Netizen Indonesia Serang Miss Grand Malaysia di Kolom IG Karena Pakai Batik dari Jawa. Segitunya ya?

Miss Grand Malaysia dan polemik kepemilikan batik Indonesia

Polemik kepemilikan warisan budaya antara Indonesia dan Malaysia kembali terjadi. Kali ini melibatkan batik bermotif parang yang berasal dari Jawa Tengah, tepatnya kota Solo. Jadi ceritanya, ada perwakilan Malaysia di ajang Miss Grand International 2018 yang mengunggah fotonya memakai atasan batik motif parang di Instagram. Tak butuh waktu lama, kolom komentar di foto itu langsung diserbu netizen Indonesia. Mereka kompak memprotes “klaim” yang dilakukan Miss Malaysia. Bahkan nggak sedikit yang sampai mengeluarkan kata-kata kotor dan menghina.

Advertisement

Perebutan warisan budaya antara Malaysia dan Indonesia itu memang sudah jamak terjadi, mulai dari reog Ponorogo, alat musik angklung, kuda lumping, hingga rendang. Untuk batik sendiri sebenarnya UNESCO sudah mengakui itu punya Indonesia sejak 2009 lho. Jadi sebetulnya yang perlu digarisbawah di sini adalah sikap warganet yang cenderung buru-buru menghakimi, padahal dilihat dari caption aja si Miss Malaysia nggak mengklaim apapun. Hmm, gimana sih fakta sebenarnya? Kali ini Hipwee News & Feature sudah merangkum infonya buat kamu. Simak deh!

Miss Grand Malaysia, Debra Jeanne Poh, mendadak jadi sorotan setelah fotonya memakai batik parang viral di dunia maya

Debra Jeanne Poh, yang merupakan perwakilan Malaysia di kontes kecantikan Miss Grand International 2018, mengunggah fotonya memakai atasan berdada rendah dengan lengan terompet yang terbuat dari batik motif parang. Foto itu disertai caption “Embrace diversity, embrace peace” (Menganut keberagaman, menganut perdamaian), dan mencantumkan akun clothing line baju yang ia pakai.

Advertisement

Kalau dilihat-lihat, memang nggak ada kata-kata yang menyatakan atau menyiratkan klaim batik milik Malaysia di sana. Bahkan ketika ditelusuri di akun brand pakaian Debra, Dona Plant Base, di beberapa foto si pemiliknya menyebut kalau batik yang dipakai buat produksi baju itu memang berasal dari tanah Jawa, Indonesia.

Situasi itu makin memanas setelah senior Debra, Miss Grand Malaysia 2017 mengunggah story yang mengakui itu benar-benar batik Malaysia. Instagramnya pun turut jadi sasaran

Unggahan Instastory Sanjeda John via www.instagram.com

Miss Grand Malaysia 2017, Sanjeda John, mengungkapkan kekesalannya karena merasa Indonesia mengklaim batik Malaysia yang digunakan juniornya, Debra. Akibat unggahannya itu situasi jadi semakin memanas. Instagram Sanjeda juga nggak luput dari serangan netizen Indonesia. Sampai akhirnya ia harus mengunci Instagramnya sendiri. Seperti yang kita tahu, Sanjeda pun pernah tersandung kasus yang sama saat berlaga di kontes Miss Grand International 2017 kemarin. Saat bagian peragaan “Busana Nasional” ia terlihat menggunakan kostum dengan kuda lumping yang notabenenya dikenal sebagai salah satu tarian tradisional Jawa.

Advertisement

Sebagai sesama orang Indonesia, rasanya tetap malu sih saat membaca komentar-komentar netizen Indo di unggahan Debra. Soalnya awalnya ‘kan cuma salah paham

Klarifikasi Debra di Instastory nya via www.instagram.com

Sekarang coba deh dibalik, apa yang orang India rasakan kalau kita mengunggah foto pakai kain sari? Atau saat kita memakai kain asli Turki saat menghadiri sebuah acara? Apakah kita bakal terima kalau mereka marah-marah dan menuduh warisan budayanya diklaim? Sama ‘kan kasusnya kayak yang dialami Debra ini. Setelah banyak menuai kritik, Debra pun angkat bicara. Intinya ia mengatakan kalau dirinya tidak mengklaim sesuatu apapun. Dan itu hanyalah pakaian yang dipakai, malah Debra mengaku bangga bisa mengenakannya.

Nah lho, kalau sudah begini citra Indonesia di mata dunia malah jadi jelek, ‘kan? Orang bakal mikir kalau netizen Indonesia ini mudah tersulut emosi, mudah menghakimi tanpa riset lebih dalam, dan lain-lain. Malu nggak sih?

Padahal yang namanya satu rumpun, adanya kesamaan budaya itu sebetulnya sudah jadi hal biasa, ‘kan?

Kita berasal dari satu rumpun yang sama via nurfaizianshori.blogspot.com

Indonesia dan Malaysia itu sama-sama berasal dari rumpun Melayu. Terutama saudara-saudara kita yang ada di Sumatera dan Kalimantan sana. Dua negara ini akhirnya terpisah karena dijajah. Malaysia dijajah Inggris, kalau Indonesia yang saat itu terdiri dari berbagai suku dijajah Belanda. Jadi sebenarnya kalau ada kesamaan wajah, bahasa, agama, bentuk tubuh, atau budaya, hal itu wajar aja. Bukan karena pengen asal klaim satu sama lain aja. Apalagi orang Indonesia juga banyak yang tinggal di Malaysia dalam waktu lama, membawa warisan budaya dari negeri asal, lalu sering dipertontonkan di sana.

Kalau memang suatu budaya sudah dipatenkan UNESCO, sebenarnya kita nggak perlu was-was lagi. Kecuali ada pihak yang memang terang-terangan mengklaim itu milik mereka

Batik resmi milik Indonesia via kimbijak.kimkotamalang.or.id

Batik sendiri sebetulnya sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya Indonesia dari 2 Oktober 2009 silam. Sejak itu menurut mantan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan, Wiendu Nuryanti , dampaknya cukup fenomenal, terutama terkait kenaikan ekonomi pengrajin atau pembatik. Belum lagi dari sisi tenaga kerja, industri batik bisa menyerap karyawan sebanyak 700 ribu – 1 juta orang lho, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tapi lucu juga ya, karena kebiasaan orang Indonesia ini (atau mungkin di kebanyakan negara?) baru heboh setelah ada negara lain yang mengklaim. Saat masih tenang-tenang, kebanyakan ya cenderung nggak peduli. Bahkan parahnya mungkin nggak tahu kalau itu warisan budaya Indonesia. Ya kalau emang nggak mau budaya kita direbut negara lain, sebaiknya dari sekarang kita ikut melestarikan kebudayaan Indonesia. Misalnya kalau wujudnya benda ya dengan memakainya dalam keseharian, atau memodifikasinya jadi bentuk lebih modern. Banyak lho caranya~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An amateur writer.

CLOSE