Keselamatan Konser Bukan cuma Kewajiban Penyelenggara, Penonton Cerdas juga Wajib Tahu Panduannya

Setelah acara-acara hiburan diperbolehkan, kini promotor dan event organizer berlomba untuk membuat acara musik dengan ragam konsep yang berbeda. Sayangnya, ternyata hal ini malah membuat beberapa oknum tak begitu mengutamakan keselamatan para penonton yang datang. Bukan hanya masalah Covid yang hingga saat ini masih belum sepenuhnya terselesaikan, desak-desakan hingga ricuh menjadi sering terdengar beberapa waktu ke belakang.

Sebut saja acara festival musik Berdendang Bergoyang Festival yang menjual tiket hingga 27.000 padahal mengajukan izin hanya untuk 3.000 orang. Akibat dari over kapasitas itu banyak penonton yang harus berdesakan hingga ada puluhan yang pingsan. Acara hari ketiga pun batal dilaksanakan. Lalu, yang paling baru adalah kisruhnya konser Neo City: Jakarta-The Link oleh NCT 127 (4/11) hingga harus dihentikan di hari pertamanya. Yang satu ini disebabkan oleh penonton yang tak tertib. Ketika para anggota idol group NCT 127 melempar bola yang bertanda tangan dari panggung, beberapa penonton merangsek mendekati panggung yang menyebabkan penonton lain terdorong hingga pingsan.

Yang membuat banyak orang waspada adalah kejadian saat acara Halloween di Itaewon yang memperlihatkan bahwa berdesakan dengan banyak orang di kerumunan ternyata bisa menyebabkan kejadian yang tak diinginkan hingga menelan korban jiwa. Makanya, banyak pihak merasa was-was takut jika kejadian ini akan terulang di venue konser.

Meskipun kejadian-kejadian ini menjadi perhatian dan beberapa konser harus rela dipindahkan atau dibatalkan, masih tetap ada banyak konser yang diselenggarakan hingga akhir tahun nanti. Di sisi lain, publik juga khawatir apabila hal serupa terjadi kembali. Maka dari itu, kita perlu tahu nih, seperti apa ciri-ciri konser yang masih aman untuk diikuti. Lalu, kita juga perlu memahami bagaimana cara menyelamatkan diri saat kondisi konser sudah tidak terkendali. Untuk menjawabnya, simak penjelasan berikut ini yuk!

Sebelum kabar kericuhan ini terdengar, konser yang menimbulkan korban jiwa juga pernah terjadi di Indonesia

Konser tragis pernah terjadi di Indonesia | Photo by Yvette de Wit on Unsplash

Konser yang berujung kerusuhan bahkan duka ternyata bukan yang pertama kali terjadi. Dilansir dari Entertainment Weekly, ada beberapa kejadian serupa yang sama-sama berakhir tragis. Pada 22 Mei 2017, konser Ariana Grande di Manchester Arena diserang oleh seorang pengebom. Akibatnya, dua puluh orang tewas dan lebih dari 800 orang terluka.

Pada tahun 2010, terjadi tragedi Love Parade di Berlin, Jerman setelah jalan bawah tanah menuju venue konser tersumbat dengan orang-orang yang memasuki terowongan. Akibat kepanikan di terowongan, 19 orang tewas di lokasi kejadian. Sementara itu, dua orang selamat berakhir meninggal di rumah sakit akibat luka-luka yang mereka derita.

Tragedi konser musik yang berakhir tragis juga pernah terjadi pada tahun 2008 silam di Bandung, Jawa Barat. Melansir dari Tirto.id, konser musik underground yang digelar di Gedung Asia Africa Culture Centre berubah menjadi kacau saat penonton di luar gedung yang tidak memiliki tiket memaksa masuk. Akibatnya, kapasitas ruangan tidak sesuai dengan jumlah orang sehingga satu per satu penonton pingsan dan merenggut korban jiwa sebanyak 11 0rang.

Di beberapa negara, sudah ada panduan standar keamanan konser yang dikeluarkan oleh lembaga profesional

Panduan keamanan konser sudah diterapkan di beberapa wilayah | Photo by Austin Neill on Unsplash

Di balik semua kejadian ini, perlu kita ketahui bahwa konser tetap bisa berlangsung dengan aman. Ada beberapa cara yang diupayakan, seperti panduan standar keamanan yang dikeluarkan oleh lembaga profesional di negara-negara maju. Misalnya, panduan keamanan konser musik oleh Health and Safety Executive yang berisi panduan keamanan dan kesehatan konser musik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis