Pilih-Coblos-Celup Tinta. Ternyata Ini 6 Alasan Kenapa Jari Harus Ungu Setelah Pemilu

Setelah hari-H pemilu terlewati, biasanya ada satu foto yang mendominasi media sosial: jari kelingking berhias warna ungu. Mulai dari pasangan pejabat yang direkam langsung oleh awak media, hingga orang biasa yang merekam sendiri dan mem-posting-nya di Instagram pribadi. Yang jelas bukan warna kutek, melainkan tinta sebagai bukti bahwa kamu sudah menggunakan hakmu sebagai warga negara dalam pemilu.

Advertisement

Sementara pemilih baru biasanya bangga setengah mati dengan celupan tinta di jari ini, pemilih lama mungkin kesal karena tintanya tidak hilang-hilang. Tapi buat kamu yang belum tahu kenapa wajib banget mencelupkan jari ke tinta setelah nyoblos di TPS, ini Hipwee kasih tahu alasannya.

1. Bukan sekadar untuk gegayaan di media sosial, celup jari ke tinta ternyata fungsinya untuk keamanan

Biar nggak curang

Biar nggak curang via edition.cnn.com

Jari yang berhias tinta ungu itu bukan sekadar bukti yang bisa kamu banggakan kalau kamu berpartisipasi dalam demokrasi, melainkan sebuah sistem pengaman untuk mencegah double voting ataupun hal-hal yang mengarah ke kecurangan pemilu. Prinsipnya, satu suara untuk satu identitas. Penandaan dengan tinta bertujuan untuk mencegah kemungkinan orang yang sudah nyoblos, nyoblos lagi memanfaatkan id atau undangan orang lain. Tinta ini tidak bisa hilang dalam jangka waktu tertentu. Ada yang 1 hari, ada juga yang 3 hari. Jika kamu mencoba nyoblos dua kali, pasti ketahuan petugas TPS karena jejak warna tinta masih tertinggal di jari.

2. Berawal dari India, metode celup tinta ini diadoptasi oleh berbagai negara di dunia

Pemakaian tinta pemilu di India

Pemakaian tinta pemilu di India via india.blogs.nytimes.com

Tapi apa cuma Indonesia aja yang harus nyelup tinta setelah nyoblos?

Advertisement

Ternyata tidak. Prosedur celup tinta sebagai bukti partisipasi pemilu ini juga digunakan oleh 44 negara lain di dunia. Di wilayah Asia Tenggara, ada Indonesia, Malaysia dan Myanmar yang menerapkannya. Metode ini awalnya dipakai di India . Pada pemilu demokratis pertamanya, India menghadapi permasalahan serius tentang pencurian identitas. Untuk mencegah satu orang memilih dua kali, mulai pada pemilu ketiga India di tahun 1962 diterapkan celup tinta di jari. Tinta yang digunakan eksklusif dari perusahaan Mysore Paints and Varnishes Ltd. Kedua perusahaan ini juga mengekspor tinta pemilu ke berbagai negara, termasuk Britania Raya dan Malaysia, dan Denmark.

3. Di Indonesia, celup tinta baru digunakan setelah pemilu 1999. Reformasi membawa banyak perubahan, termasuk tata cara pemilihan

Pemilu pasca reformasi

Pemilu pasca reformasi via kabardepok.com

Pemilu pertama di Indonesia adalah tahun 1955. Metodenya kurang lebih sama seperti saat ini. Rakyat datang ke TPS, kemudian mencoblos surat suara di bilik. Namun prosedur celup tinta baru dilakukan selepas pemilu 1995. Tidak ada sumber yang jelas mengapa metode ini tiba-tiba digunakan setelah masa reformasi. Mungkin setelah terbebas dari orde baru, di mana pemilu hanya sebatas formalitas, seluruh lapisan masyarakat benar-benar ingin merasakan sensasi demokrasi yang sesungguhnya. Apalagi jumlah penduduk yang bisa memilih juga semakin banyak. Sehingga diperlukan cara-cara baru untuk membuat pemilu berjalan sebersih mungkin.

4. Tak bisa sembarangan, sesederhana jenis tinta pun ada ketentuannya. Boleh kelingking atau ibu jari, asalkan terlihat dan tak berlebihan

Advertisement
Tapi kalau ini sih cap tiga jari namanya

Tapi kalau ini sih cap tiga jari namanya via www.lifeisunyu.com

Menilik fungsinya yang luar biasa penting, penggunaan tinta pemilu ini juga tidak bisa sembarangan. Ada prosedur ketat yang harus diikuti. Pertama, soal jenis tinta yang digunakan haruslah tinta yang terbuat dari ‘Silver Nitrate’. Bahan kimia inilah yang membuat tinta bisa bertahan hingga minimal 1 hari. Kedua, botol tinta harus dikocok dulu sebelum dipakai. Ketiga, jari harus dicelupkan hingga mengenai kuku untuk membentuk sidik jari yang bisa awet sampai tiga hari. Di Indonesia, tinta pemilu juga harus mendapat sertifikasi halal dari MUI agar tidak mengganggu syarat ibadah umat Islam.

Lalu, apa iya harus jari kelingking yang dicelup tinta? Lazimnya memang jari kelingking kiri. Namun sebenarnya kamu bisa memakai jari manapun yang kamu suka. Kalau kamu terbiasa ngupil dengan jari kelingking, maka pindahkan tintanya ke jari telunjuk. Cuma kalau kamu nekad pakai jempol, nanti apa tidak susah kalau mau ngetik di ponsel?

5. Di berbagai negara maju, celup tinta tidak lagi dipakai. Validasi dengan KTP yang canggih sudah cukup memadai

Pemilu di Korea Selatan

Pemilu di Korea Selatan via www.abc.net.au

E-voting memang sudah menjadi tanda perkembangan zaman saat ini. Namun pemilu konvensional masih menjadi pilihan utama, karena dianggap lebih aman. Buktinya banyak negara yang pernah memakai e-voting lantas kembali ke pemilu konvensional. Belanda dan Irlandia misalnya. Negara maju seperti Korea Selatan juga masih memakai pemilu konvensional. Hanya saja, rapi dan terstrukturnya data membuat penandaan via tinta tidak diperlukan. Validasi KTP dan cek sidik jari sudah bisa mengonfirmasi jati diri pemilih.

6. Pemilu di Amerika yang paling unik. Alih-alih celup tinta, stiker ‘I Voted’ adalah tanda kamu sudah menentukan pilihan

Tanda sudah nyoblos di US

Tanda sudah nyoblos di US via www.usnews.com

Di Amerika, selain bisa memilih jarak jauh melalui internet bila tidak memungkinkan datang ke TPS, kamu juga akan mendapat stiker ‘I Voted ‘ bila berpartisipasi dalam pemilu. Sebagai bukti bahwa kamu sudah nyoblos, biasanya stiker ini dipasang di dada. Uniknya, banyak restoran yang menawarkan makanan gratis untuk orang-orang yang memiliki stiker ini. Itu salah satu inisiatif masyarakat untuk turut berpartisipasi mendorong warga lain untuk menggunakan hak pilihnya. Daripada demo di jalan atau memaksa, inisiatif seperti ini bisa dicontoh.

Barangkali nanti kalau kita jadi memakai sistem e-voting yang canggih dan rapi, celup tinta tidak digunakan lagi. Tapi untuk sekarang ya metodenya masih sama. Masuk bilik – coblos / contreng – celup tinta – pulang.  Ah kalau sekarang sih beda sedikit alurnya. Masuk bilik – nyoblos / nyontreng – celup tinta – foto jari – upload ke media sosial – pulang. 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi

CLOSE