Digelar Mulai 8 Oktober, Ubud Writers & Readers Festival 2021 yang Mengusung Tema ‘Mulat Surira’ Akan Pelajari Lanskap Nyata dan Imajiner

Ubud Writers & Readers Festival 2021

Pecinta sastra di Tanah Air maupun mancanegara sepertinya sudah nggak asing dengan Ubud Writers & Readers Festival (UWRF). Acara sastra terbesar dan terkemuka di Asia Tenggara ini memang selalu berhasil mengundang perhatian pecinta sastra lewat beragam kegiatan dan deretan pembicara kenamaan yang dihadirkan ke Pulau Dewata.

Telah digelar sejak tahun 2003, UWRF tahun ke-18 yang sempat tertunda di tahun 2020 ini sayangnya masih harus digelar di tengah kondisi pandemi Covid-19. Dengan itu, tidak semua pembicara yang terdiri dari penulis hingga seniman dapat dihadirkan langsung di Pulau Dewata. Meski demikian, keseruan yang dijanjikan UWRF 2021 tidak berkurang.

UWRF 2021 akan menghadirkan lebih dari 130 penulis, jurnalis, seniman, hingga aktivis nasional dan internasional secara online dan on-site

| dok. UWRF 2021

Pada gelaran tahun ini, UWRF 2021 akan menghadirkan lebih dari 130 penulis, jurnalis, seniman, hingga aktivis nasional dan internasional untuk berbagi sudut pandang mengenai ‘refleksi diri’. Festival yang akan dimulai tanggal 8 Oktober hingga 17 Oktober 2021 ini akan memastikan pengalaman tak terlupakan salah satunya karena pengunjung dapat berinteraksi dengan para penulis dan novelis favorit lewat beragam program.

Karena tidak bisa sepenuhnya menghadirkan pembicara lantaran kondisi pandemi, UWRF 2021 mengadopsi konsep hybrid dengan memadukan kegiatan online dan on-site di Ubud, Bali. Mengusung tema ‘Mulat Sarira’ yang berarti refleksi diri, UWRF 2021 hadir sebagai wadah bagi semua elemen terlibat untuk saling berbagi sudut pandang dan merespons krisis yang diciptakan pandemi Covid-19 lewat diskusi panel hingga lokakarya penulisan

Adapun Mulat Sarira adalah filosofi Bali-Hindu yang merupakan prinsip spiritual untuk memeriksa tindakan, pikiran, dan nilai seseorang untuk akhirnya membangun pemahaman yang mendalam untuk mencapai Dharma atau kebenaran. Dalam seluruh rangkaian kegiatannya hingga 17 Oktober nanti, UWRF 2021 akan mengeksplorasi refleksi diri, instropeksi budaya dan hak asasi manusia (HAM).

Pendiri Komunitas Mahima: ekosistem literasi di Bali semakin berkembang berkat adanya media sosial

Kadek Sonia Piscayanti | dok. UWRF 2021

Dalam Press Call yang digelar secara virtual, beberapa panelis yang akan hadir menyemarakkan UWRF 2021 memberi bocoran terkait apa saja yang akan mereka bicarakan nantinya. Di antara mereka yang hadir adalah dosen sastra di Universitas Pendidikan Ganesha Kadek Sonia Piscayanti.

Kadek yang juga dikenal sebagai pendiri Komunitas Mahima, sebuah lembaga pendidikan dan budaya di Bali Utara, membahas ekosistem literasi di Bali khususnya selama pandemi. Menurut Kadek, ekosistem literasi di Pulau Dewata dewasa ini telah berkembang dengan cukup baik. Kondisi akibat pandemi yang membuat banyak generasi muda memiliki waktu lebih mengakses gawai adalah salah satu pemicu perkembangan tersebut.

“Seharusnya pandemi tidak menjadi penghalang bagi anak-anak generasi muda untuk terus menekuni dunia literasi. Di Bali, ekosistem literasi semakin berkembang berkat adanya media sosial yang bisa menjadi wadah untuk membagikan tulisan dan karya lainnya,” kata Kadek dalam Press Call, Kamis (7/10).

Selain Kadek, dalam Press Call juga hadir Mark Lynas, penulis asal Inggris yang telah menghasilkan banyak karya mengenai lingkungan dan perubahan iklim. Selain itu ada Mirandi Riwoe, penulis “Stone Sky Gold Mountain” asal Australia pemenang Queensland Literary Award kategori Fiksi tahun 2020. UWRF 2021 merupakan tahun kedua bagi keterlibatan Mirandi.

Selanjutnya dalam Press Call, ada Joshua Irwandi yang telah lama berkecimpung menjadi fotografer dokumenter dan berhasil memenangkan penghargaan storytelling pada National Geographic Society tahun 2021. Ia juga terpilih sebagai finalis The Pulitzer Prize dalam Fotografi Berita Terkini.

Mereka yang akan hadir di UWRF 2021

Beberapa di antara pembicara UWRF 2021 | dok. Tangkapan layar/UWRF 2021

Tak cuma nama-nama di atas, beberapa nama lain yang nggak kalah penting untuk disimak dalam UWRF 2021 di antaranya pemenang penghargaan Jnanpith ke-54 Amitav Ghost, penulis “Call Me by Your Name” André Aciman, penyair Ada Limón, jurnalis Australia Julia Bard dan penyiar Indonesia Desi Anwar.

Selain itu akan ada pula penyair sekaligus prosais Bali Cok Sawitri, penyair kontemporer Korea Selatan Kim Hyesoon hingga penulis “The Book of Farm and Emptiness Ruth Ozeki.

Yang nggak kalah menarik, penulis “Saman” Ayu Utami, bersama pemenang Fogarty Award Rebecca Higgie akan berbagi panggung dan layar dengan Profesor Krishna Sen untuk mengeksplorasi penggunaan karakter mitos dan realisme magis. Sementara penulis trilogi “Titik Nol” Agustinus Wibowo akan berbincang dengan travel writer asal Australia David Allan-Petale.

“Tahun ini kami akan mempelajari lanskap nyata dan imajiner. Bagian normal mana yang ingin kita kembalikan dan pelajaran apa yang akan kita ambil untuk masa depan,” kata Pendiri dan Direktur UWRF Janet DeNeefe dalam sebuah keterangan tertulis.

UWRF 2021 telah dibuka secara langsung pada tanggal 7 Oktober 2021 di Ubud, Bali pukul 18.00 WITA. Pembukaan acara sastra terkemuka ini dihadiri langsung oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim. Dalam kesempatan yang sama juga akan dilakukan penyerahan UWRF21 Lifetime Achievement Award kepada perwakilan dari mendiang Budi Darma, salah satu penulis, esais dan akademisi terbaik Indonesia yang berpulang 21 Agustus lalu.

Nggak sabar untuk jadi bagian keseruan UWRF 2021? Silakan langsung sambangi situs ubudwritersfestival.com untuk pembelian tiket, melihat daftar lengkap nama pembicara hingga mengetahui berbagai program yang dihadirkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Editor