Kematian bagi siapa pun menjadi kabar yang menyedihkan sekaligus menakutkan. Pasalnya seseorang tak pernah tahu apa yang terjadi pada dirinya usai akhir hayat mereka tiba. Namun, apa jadinya, jika hal yang identik dengan kematian muncul menjadi fenomena menakutkan di masyarakat?
Hal ini rupanya masih dipercaya sebagian orang sebagai kisah klenik. Jika sosok menyerupai jenazah seperti pocong seringkali terdengar di telinga kita, kini publik dihebohkan dengan cerita keranda terbang di atas desa yang menakutkan satu kampung.
Konon, adanya lampor atau keranda terbang ini dipercaya menandakan mara bahaya. Meski kebenarannya masih dipertanyakan, cerita klenik yang dibahas setiap tahunnya itu justru semakin jadi topik yang menarik.
Ikuti perjalanan Hipwee Premium mengikuti beberapa narasumber untuk mendengarkan cerita mereka tentang apa itu Lampor!
Sebut saja namanya Ella. Beberapa waktu lalu dia sempat melihat video viral di media sosial yang memperlihatkan keranda terbang. Meski kebenarannya tak bisa dibuktikan, unggahan yang dibagikan sukses bikin bulu kuduk merinding dan penasaran dengan cerita di baliknya. Apalagi, narasi dalam video mengatakan bahwa hal tersebut terjadi di kota yang tengah ditinggalinya.
Ella sebenarnya sudah cukup banyak mendengar kisah soal lampor yang bikin geger ini, termasuk dari teman-teman di kota asal. Kadang kala, jalan cerita yang mirip-mirip membuatnya menyimpulkan bahwa peristiwa semacam ini hanya dijadikan isu untuk menakuti masyarakat desa saja.
Sampai akhirnya, belum lama ini ia mendengar ibunya bercerita kalau ada warga di sebuah desa yang masuk ke Kabupaten Malang melihat keranda mayat terbang itu. Rumor ini muncul bersamaan dengan kemunculan pegebluk atau wabah penyakit yang menyerang dalam skala besar.
Isu semakin meluas ketika ada tetangga yang mengadakan tahlilan untuk menangkal pagebluk bersamaan dengan munculnya lampor
Tahlinan mengusir lampor | Credit: Ján Jakub Naništa on Unsplash
Sebenarnya mengadakan pengajian merupakan hal biasa yang sering dilakukan masyarakat di daerah rumah Ella. Namun, ia jadi bertanya-tanya mengapa acara tahlilan tersebut diperuntukan mengusir pagebluk dan fenomena lampor yang sedang diperbincangkan.
Ia sekeluarga lantas memutuskan untuk tetap di rumah karena satu dan dua hal. Bagaimana prosesi acara berlangsung tak bisa diceritakan secara detail karena ia tak berada di tempat kejadian. Namun, saat acara selesai, keluarganya mendapat jajanan berupa umbi-umbian, yang mana tak seperti makanan pengajian pada umumnya dan tentu kembali membuatnya bertanya-tanya.
Hal seperti ini sebenarnya semacam kepercayaan masyarakat. Wabah penyakit yang datang diibaratkan sebagai fenomena kosmologis, artinya kejadian dalam lingkup semesta yang berjalan sesuai dengan alur yang sudah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Kebanyakan, upacara bertujuan untuk menjauhkan aura jahat supaya terhindar dari bahaya yang lebih besar.
Beberapa orang percaya kalau peristiwa munculnya pagebluk dan lampor sebagai teguran agar manusia mulai menyelaraskan kembali keseimbangan yang ada, mulai dari diri pribadi, sosial bermasyarakat, sampai interaksi dengan Tuhan.
Ada berbagai versi cerita tentang lampor, salah satunya sering dihubungkan dengan sebuah mitos dari Jawa
Lampor dihubungkan dengan mitos Jawa | Credit: Tim Mossholder on Unsplash
Lampor adalah kisah mistis dari Jawa yang digambarkan sebagai penampakan keranda terbang. Kejadian ini biasanya terlihat di malam hari. Konon katanya, ada makhluk tak kasat mata yang membawa tempat jenazah ini berlalu-lalang di atas rumah warga.
Dikisahkan bahwa mereka yang keluar di malam hari dan melihat wujud lampor ini akan menghilang atau tak berapa lama setelahnya dikabarkan sakit tiba-tiba hingga merenggut nyawa. Ataupun misal kembali, orang tersebut tak akan jadi sosok yang sama lagi dengan sebelumnya, bisa hilang ingatan sampai gila.
Di sisi lain, ada pula mitos yang menyebut bahwa lampor adalah salah satu anggota pasukan gaib dari Nyi Roro Kidul. Keranda tersebut diterbangkan oleh angin dari laut Selatan hingga akhirnya terbang melewati daerah-daerah tertentu.
Menurut seorang narasumber bernama Ratna, di wilayahnya lampor justru dikenal sebagai makhluk yang kerap membuat seseorang menjadi linglung. Bukan keranda terbang pada umumnya yang dikisahkan, melainkan hantu tak kasat mata yang mengerjai anak-anak dan orang tua.
Mereka yang “dibawa” lampor ini seperti diajak ke tempat-tempat yang menyenangkan dan berkesan. Padahal, kenyataannya orang-orang ini hilang selama beberapa jam atau hari. Kemudian mereka akan ditemukan di tempat sepi atau bahkan jauh dari situasi yang bersih.
Belakangan, viral juga di media sosial, lampor atau dikenal dengan keranda terbang di Malang, Jawa Timur. Salah satu akun yang memviralkan, yakni @bang_jo26 di TikTok menyebut bahwa lampor menjadi pertanda penyakit tiba-tiba. Ia menyebut jika ada keranda terbang yang lewat kampung, pasti banyak orang yang sakit atau meninggal.
Dianggap akan membawa aura jahat, fenomena lampor nyatanya masih dipercayai oleh sebagian masyarakat
Lampor masih dipercaya masyarakat | Credit: Hipwee
Lampor dengan wujud yang identik dengan kematian membuat seseorang semakin takut. Adanya mitos ini juga dipercaya bisa membawa malapetaka kepada orang di sekitar. Maka dari itu, tak heran jika sampai sekarang kisah lampor kerap diungkit-ungkit lagi oleh publik, mengingat kondisi pandemi yang semakin memprihatinkan hingga merenggut nyawa.
Sebagian orang memiliki keyakinan untuk mengusir lampor dari wilayah atau desanya. Mereka perlu kompak untuk beramai-ramai membunyikan kentongan sehingga menimbulkan suara yang berisik. Bukan hanya itu, keterkaitan antara lampor dan pagebluk juga disebut bisa ditangkal dengan sayur lodeh, 7 bahan di dalamnya bahkan mempunyai makna tersendiri.
Layaknya kluwih (keluarga luwihono anggone gulowentah gatekne) yang berarti harus lebih memerhatikan dan merawat keluarga, cang gleyor (cangcangen awakmu ojo lungo-lungo) atau kacang panjang yang berarti anjuran untuk tidak keluar rumah jika tak bermanfaat.
Kulit melinjo (ojo mung ngerti njobone, ning kudu ngerti jerone babakan pagebluk) yang berarti warga harus menyikapi sebuah pagebluk secara mendalam, tak hanya dari luar. Waluh atau labuh diingatkan sebagai manusia harus menghindari sifat mengeluh.
Selain itu ada godong so alias daun melinjo (golong gilig donga kumpul wong sholeh sugih kaweruh) atau sering berkumpul bersama orang-orang yang pandai lagi sholeh. Terakhir, ditambahkan tempe (temenono olehe dedepe nyuwun pitulungane gusti Allah) yang dimaksud kalau Tuhan tidak akan meninggalkan hambanya dan akan memberikan pertolongan.
Meski terdengar mistis, beberapa cara yang dilakukan masih dipercaya untuk mengatasi pagebluk yang terjadi di masyarakat. Kalau kamu sendiri, adakah pengalaman serupa soal lampor di sekitar rumah?