Budaya OOTD Sudah Berkembang Sejak Dulu, Semua Berawal dari Mainan ini

OOTD alias Ouftit of The Day memang menjadi tren yang terus berkembang dari masa ke masa. Memadu padankan fashion dari atas sampai bawah beserta dengan pernak-perniknya menjadi budaya tersendiri bagi banyak kalangan. Rupanya, tren OOTD ini bukan semata-mata merupakan tren yang baru saja berkembang. Sebaliknya, OOTD ternyata sudah ada sejak zaman dulu. Tengok saja bagaimana orang-orang di masa beberapa puluh tahun silam berpakaian. Semuanya modis!

Advertisement

Setiap era masyarakat pun tentunya memiliki momen-momen unik tersendiri untuk menandai bagaimana tren fashion ini berkembang. Begitu pula dengan orang Indonesia, terlebih bagi orang-orang yang menghabiskan masa kecilnya di era 90 hingga 2000-an awal. Salah satu momen unik masa itu adalah zaman di mana mainan bongkar pasang pakaian laku keras di pasaran. Kamu pasti masih ingat dengan mainan yang satu ini.

Mainan bongkar pasang fashion jadul / Credit: Shopee

Biasanya mainan yang satu ini dijual oleh abang-abang penjual mainan yang ada di depan sekolahan

Sepeda ontel serta deretan mainan yang ditumpuk jadi satu merupakan salah satu ciri khas penjual mainan legendaris di masa itu. Dari banyaknya mainan yang dijual, jenis mainan bongkar pasang yang satu ini memang seperti harta karun di tengah tumpukan jerami. Hari ini mungkin stoknya masih banyak, tiba-tiba keesokan harinya udah ludes dibeli sama orang lain. Maklum, dulu yang bermain mainan ini nggak hanya kaum perempuan saja, bahkan laki-laki pun ikut main meski terkadang jadi bahan ejekan oleh teman lainnya.

Pengemasan mainan yang satu ini pun benar-benar dibuat seunik mungkin pada masa itu. Karakter yang lucu-lucu mulai dari Barbie sampai karakter lainnya dipadu dengan warna yang mencolok menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak. lagian siapa sih yang nggak penasaran dengan mainan unik satu ini? Sekali seumur hidup, kamu pasti pernah memainkannya meskipun sembunyi-sembunyi karena malu.

Advertisement

Semakin banyak karakter dan pilihan bajunya, biasanya semakin mahal pula harganya. Apalagi jika dibandingkan dengan uang saku anak SD di zaman itu

Satu set mainan bongkar pasang ini biasanya memiliki 2 karakter dan kurang dari 10 pilihan outfit. Namun, terkadang itu pun sudah lebih dari cukup untuk dimainkan karena bikin penasaran. Semakin banyak karakter dan pilihan outfitnya, maka biasanya semakin mahal pula harganya. Apalagi jika pilihannya benar-benar detail mulai dari rambut, kaus, gaun, sepatu, dan lain sebagainya. Jika sekarang kita bisa mengenal mainan semacam ini dengan teknologi yang lebih serius dan lebih keren, maka mainan bongkar pasang di kala itu merupakan momen keemasan tersendiri, terlebih bagi kaum perempuan.

Uniknya, permainan yang satu ini juga terkadang secara tiba-tiba bisa bikin pemainnya mendadak kreatif. Untuk mengakali pilihan outift yang hanya terbatas dari penjualnya, nggak jarang sebagian dari kita di masa itu menggambar sendiri baju-baju yang kita inginkan. Mau nggak mau hal itu memaksa kita untuk berimajinasi mengembangkan bagaimana pakaian yang cocok buat karakter kita.

Advertisement

Apesnya kalau terlalu sering diganti outfit, alhasil kepalanya rawan copot!

Namanya juga mainan dari kertas yang hanya seadanya, ketahanannya pun tentu nggak seberapa. Dulu, kalau lagi seneng-senengnya main biasanya kita bisa mengganti outfit karakter tersebut sampai berkali-kali. Mau berangkat sekolah dipakaikan baju seragam, pas pulang sekolah main lagi sama teman langsung diganti baju pesta dan lain sebagainya. Nggak heran jika kepala si karakter mungil tersebut biasanya mendadak jadi copot. Kalau udah seperti ini kamu pasti pernah menyambungnya dengan cara mengelem pakai nasi, kan?

Anak-anak zaman sekarang mungkin sudah menemukan mainan yang lebih mutakhir dan lebih mengikuti zaman. Tapi bagi generasi 90-an, mainan bongkar pasang yang satu ini sudah pasti menjadi kenangan manis tersendiri. Kira-kira kamu masih ada yang menyimpan atau memainkan mainan ini nggak?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam

CLOSE