Dua tahun sudah kehidupan masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia benar-benar porak-poranda dalam segala lini lantaran wabah COVID-19. Dua tahun pula pemberitaan di berbagai macam media massa tak henti-hentinya mengabarkan segala karut marut akibat bencana ini. Kini, kabar sekaligus fakta mengejutkan datang di mana kasus COVID-19 mendadak begitu melejit hingga nyaris bisa dikatakan sebagai gelombang kedua. Tak cuma itu, dari fakta yang ada di lapangan pun disebutkan bahwa varian dari mutasi virus yang tersebar kali ini sudah semakin berbeda-beda.
Sayangnya, keadaan yang seharusnya direspons dengan logika nalar sekaligus pikiran yang terbuka untuk menerima jika situasi memang benar-benar semakin kacau ini yang terjadi malah sebaliknya. Alih-alih semakin waspada, masyarakat Indonesia ini masih ada aja yang bebalnya minta ampun. Mulai dari yang masih tetap nggak percaya COVID-19, menganggap jika pandemi ini nggak berbahaya, hingga menyebarkan kabar miring jika COVID-19 hanyalah akal-akalan dunia medis buat cari cuan. Pada nggak belajar dari yang udah-udah apa gimana sih, ya?
ADVERTISEMENTS
Bukti udah ada, kasus juga semakin banyak, tapi sebagian orang Indonesia ini masih aja ada bebal dan percaya kalau COVID-19 itu cuma ada di media pemberitaan. Baek-baek deh lu pada~
“Coba aja media nggak usah memberitakan COVID-19, pasti juga udah hilang itu~”
Belakangan ini pasti kamu sering banget baca, dengar, atau lihat kalimat di atas, kan? Entah dari komentar warganet, tetangga sekitar, atau bahkan orang terdekat kita sendiri. Selalu ada aja yang denial kalau COVID-19 itu nggak nyata, dan cuma ada di media pemberitaan semata. Mereka selalu aja menganggap kalau media berhenti memberitakan COVID-19, otomatis pandemi akan segera mereka. Ini kenapa nalarnya jadi pada terbalik-balik sih, ya? Padahal, bukti dan kasus juga ada dan semakin banyak. Masih ingat lonjakan kasus baru di Kudus yang belakangan bikin heboh se-Indonesia karena saat ini transmisinya udah tersebar ke mana-mana? Nah, yang begituan kok nggak dianggap serius lo, heran deh. 🙁
ADVERTISEMENTS
Mulai dari mengabaikan prokes, nyebarin desas-desus kalau semua nakes itu hobi meng-covidkan pasien, positif diam aja, giliran sembuh bilang COVID-19 nggak berbahaya. Emosi bener nih!?
Selain persoalan yang pertama tadi, tingkatan orang bebal yang kedua ini belakangan juga sering banget ditemukan baik di dunia nyata maupun dunia maya. Protokol kesehatan nggak pernah dijalankan sebaik mungkin, mau ditracing nggak ngaku, sama swab takut, konfirmasi COVID-19 di RS langsung merasa di-Covid-kan, diisolasi biar virusnya nggak nyebar juga nggak betah, ada gejala langsung bikin gaduh tenaga kesehatan, giliran sembuh langsung bilang ke orang-orang kalau COVID-19 itu sama sekali nggak berbahaya.
Orang kalau semua kebebalan di dunia dimakan sendiri begini jadinya, nggak cuma bikin repot diri sendiri, tapi bikin repot orang lain juga. Memang nggak dapat dimungkiri kalau ada banyak keblunderan dari pemerintah dalam menangani situasi pandemi, ada oknum-oknum dari tenaga kesehatan juga yang nggak bertanggung jawab, tapi cuma gara-gara hal tersebut bukan berarti kita bisa denial. Begini aja kok pada nggak paham lo.
ADVERTISEMENTS
Belum lagi ada golongan orang yang percaya kalau udah divaksin itu auto kebal. Ini nalarnya di mana lagi coba?
Orang Indonesia ini ngeyelnya berasa ada yang kurang kayaknya kalau nggak sekalian totalitas. Nggak percaya corona udah, percaya kalau COVID-19 cuma ada di media pemberitaan udah, menganggap COVID-19 nggak berbahaya juga udah, sekarang tambah lagi golongan orang-orang yang percaya jika vaksin itu bikin kita kebal dari virus. Padahal, ini sebenarnya logika dasar lo, yang namanya vaksin itu gunanya untuk memperkecil risiko jika sewaktu-waktu kita terkena COVID-19. Kalau udah divaksin, tapi ke mana-mana tetap abai sama protokol kesehatan sih percuma juga. Logika jangan dibalik-balik begini dong!
Inkonsistensi pemerintah ditambah dengan kebebalan masyarakat hanya akan menjadi sebuah kolaborasi yang menyuburkan penyebaran COVID-19 semakin cepat dan luas. Kalau pemerintah memang dirasa nggak bisa diandalkan, mbok ya paling nggak kita berjuang dengan cara kita masing-masing. Nggak perlu terjun langsung bersama tenaga kesehatan, cukup jaga diri dan lingkungan sekitar. Gitu aja kok susah bener~
Ikuti Instagram @wolesjon, biar nggak ketinggalan informasi seputar cowok dan dunia hiburan lainnya, kuy!