14 Film yang Wajib Kamu Tonton Untuk Memeriahkan Semangat Emansipasi Wanita di Hari Kartini

Habis gelap, terbitlah terang…

21 April telah tiba. Segenap masyarakat Indonesia gegap gempita merayakan Hari Kartini. Tidak hanya anak-anak TK dan sekolah saja yang merayakan dengan pawai kostum. Barangkali instansi pemerintah dan juga tempatmu bekerja menyelenggarakan selebrasi khusus untuk mengenang perjuangan Kartini atas emansipasi wanita. Doa bersama atau bahkan mengenakan kebaya dan surjan, misalnya.

Berterimakasihlah kamu, khususnya para wanita kepada R.A. Kartini. Beliau telah memperjuangkan nasib bangsa lewat emansipasi wanita. Wanita kini tak lagi bekerja di rumah untuk bersih-bersih dan memasak saja. Wanita juga punya hak untuk berkembang dan bekerja seperti pria.

Kalau kamu ingin merayakan Hari Kartini dengan cara yang lain, bnarangkali kamu hanya perlu menyaksikan deretan-deretan film ini untuk merenungkan makna emansipasi dan memperjuangkan nasib wanita masa kini yang begitu kompleks.

1. Meski sempat menuai kontroversi, tak ada salahnya menonton “Perempuan Berkalung Sorban”. Semangat memperjuangkan hak yang sama dengan lelaki bisa kamu temui di sini.

Annisa

Anissa via dapurfilm.com

Anissa (Revalina S. Temat) adalah seorang wanita cerdas, berani, dan berpendirian kuat. Ia hidup dan besar dengan tradisi Islam konservatif di sebuah pesantren di Jawa Timur. Dalam lingkungan itu, al-Qur’an, Hadits, dan Sunnah adalah ilmu sejati. Buku-buku modern dianggap sebagai ajaran menyimpang. Perempuan juga harus tunduk pada laki-laki sehingga Anissa beranggapan bahwa ajaran Islam hanya membela laki-laki dan menempatkan perempuan dalam posisi lemah dan tak seimbang. Tapi protes Anissa tak pernah didengar. Hanya Khudori (Oka Antara), paman Anissa yang bisa memahaminya. Annisa pun jatuh hati pada Khudori. Namun Khudori enggan menanggapi Anissa terlalu serius karena masih berhubungan dekat dengan keluarga Kyai Hanan (Joshua Pandelaki), ayah Anissa, meski tak sedarah.

Khudori lalu bersekolah ke Kairo, Mesir dan Anissa diterima kuliah di Yogyakarta. Tapi Annisa justru dinikahkan dengan Samsudin (Reza Rahadian). Kenyataannya, Samsudin sering melakukan KDRT terhadap Annisa dan menikah lagi dengan Kalsum (Francine Roosenda). Anissa dipertemukan lagi dengan Khudori dan keduanya masih sama-sama mencintai. Film ini kemudian menceritakan perjalanan cinta Anissa dan Khudori, serta perjuangan Anissa membela hak perempuan muslim di tengah rintangan keluarga pesantrennya yang konservatif.

2. Masih saja ada wanita yang rela dimadu. Jangan sampai nasib para wanita di “Berbagi Suami” kamu alami juga.

Dimadu

Dimadu via dapurfilm.com

Film ini mengisahkan tiga wanita dari budaya yang berbeda-beda, namun masing-masing mempunyai suami yang poligami. Selanjutnya, film ini adalah kisah poligami dari sudut pandang perempuan. Ada Salma (Jajang C. Noer) yang terpaksa menerima poligami suaminya karena memikirkan nasib anaknya. Ada pula Siti (Shanty) yang terpaksa menjadi istri ketiga Pak Lik-nya ketika dibawa ke Jakarta untuk kursus kecantikan. Ada juga Ming (Dominique) yang dinikahi atasannya dengan siasat, tanpa sepengetahuan istri atasan.

Poligami memang hal yang menusuk hati nurani perempuan. Seharusnya istri menjadi sosok satu-satunya di balik suksesnya pria. Akan tetapi, poligami masih sering terjadi di lingkungan sekitar. Apabila pilihan berpoligami merupakan suatu hal yang telah didiskusikan bersama dan dipikirkan secara matang, sah-sah saja. Namun ada juga yang menerima poligami karena keadaan atau tidak bisa melawan posisi dan kekuasaan suami. Semoga tidak terjadi pada kamu, ya!

3. Jangan mau jadi perempuan yang ditindas. Kamu pasti akan merasakan kesedihan yang sama dalam “Perempuan Punya Cerita”.

Ditinggal begitu saja

Ditinggal begitu saja via www.globalindonesianvoices.com

Tidak jauh berbeda dengan “Berbagi Suami”, film ini juga ditulis dengan sudut pandang perempuan dan terdiri dari kumpulan beberapa kisah. Cerita Pulau menceritakan seorang wanita dengan keterbelakangan mental bernama Wulan (Rachel Maryam). Ia diperkosa oleh sekelompok pemuda. Apesnya, keluarga pemerkosa adalah seseorang yang memiliki kekuasaan tinggi. Sumantri (Rieke Dyah Pitaloka) dan suaminya yang selama ini mengurus Wulan, terpaksa tidak bisa berbuat apa-apa hingga mereka harus pindah ke Jakarta karena kanker yang diderita Sumantri. Masih ada Cerita Yogyakarta yang mengisahkan Safina (Kirana Larasati), seorang pelajar yang ditipu oleh seorang pria yang dicintainya dan kemudian ditinggalkan oleh pria itu begitu saja setelah diajak berhubungan intim. Cerita Cibinong bercerita tentang anak dan ibu yang terpisah karena perdagangan wanita. Sedangkan Cerita Jakarta mengisahkan Laksmi (Susan Bachtiar) yang harus berpisah dengan anaknya karena mengidap HIV/AIDS.

Kamu yang wanita pasti akan geregetan melihat nasib wanita-wanita dalam film ini. Kesal karena melihat nasib mereka yang ditindas oleh orang lain namun pada akhirnya, mereka tak mampu berbuat apa-apa.

4. Menyaksikan “Merry Riana, Mimpi Sejuta Dolar” akan membuatmu termotivasi. Kesulitan yang menghadang habis-habisan akan kalah kalau kamu berusaha keras.

dad

Film yang bikin kamu termotivasi via www.youtube.com

Ketika Indonesia sedang dilanda kerusuhan, Merry Riana dan keluarga terpaksa harus mengungsi ke Singapura. Dalam perjalanan ke bandara, harta mereka dijarah. Sisa harta yang menempel di tubuh mereka dijual dan hanya cukup membeli satu tiket. Maka berangkatlah Merry sendirian dan terlunta-lunta sesampainya di Singapura. Beruntung ia bertemu Irene, sahabat yang menolongnya. Merry pun diterima kuliah di Nanyang Technological University dengan seorang penjamin. Meski begitu, Merry juga harus bekerja keras mencari uang agar tetap bisa bertahan hidup. Setelah melalui banyak kemelut hidup, Merry sukses dan profilnya dikenal karena berhasil menghasilkan S$ 1.000.000 pada usia 26 tahun.

Mau sesukses Merry Riana? Bekerja keraslah! Barangkali film ini juga bisa memberikan bocorannya padamu!

5. Barangkali inilah kisah perjuangan Kartini masa kini. “Di Balik 98” mengisahkan bahwa wanita bisa berjuang di bidang politik.

Film ini berkisah tentang Diana (Chelsea Islan) seorang mahasiswa perempuan dan juga aktivis reformasi. Ia kerap kali berdemo dengan kekasihnya, Daniel (Boy William) dan menentang pemerintahan Soeharto. Sebaliknya, kakak dan iparnya adalah orang-orang yang bekerja untuk pemerintah. Posisi yang berseberangan tidak membuat Diana lantas gentar. Ia tetap memperjuangkan nasib rakyat. Soeharto pun turun dari jabatan presiden. Di akhir kisahnya, Diana tetap memperjuangkan semangat reformasi di masa kini walaupun Soeharto sudah tak menjabat.

Meski Hari Kartini hanya diperingati di Indonesia, film mancanegara berikut tidak perlu kamu sangsikan untuk ditonton:

6. Film yang satu ini bukan tentang sejarah Leonardo dan Vinci melukis Monalisa. Justru “Mona Lisa Smile” memberi semangat agar wanita meraih ilmu setinggi mungkin.

Julia Roberts di Mona Lisa Smile

Julia Roberts di Mona Lisa Smile via www.click.ro

Film yang dibintangi nama-nama tenar di Hollywood ini, menceritakan tentang perjuangan Katherine (Julia Roberts) yang mengajar mata pelajaran Sejarah Seni di sebuah sekolah. Di sekolah itu, ia melihat murid perempuan masih terjebak pada pola pikir bahwa tujuan utama dalam hidup adalah menikah dan mempunyai anak. Secerdas apapun, mereka harus menunggu laki-laki melamarnya, menikah, diwisuda, mempunyai anak, dan menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga. Karir cemerlang hanyalah mimpi, tanpa ada usaha untuk mewujudkannya.

Katherine tergerak membawa paradigma baru di sekolah itu. Tak sedikit pun ia gentar walau mendapat banyak tekanan dari berbagai pihak. Julia sendiri adalah sosok wanita berusia 30 tahun yang belum juga menikah karena ingin meraih mimpi-mimpinya. Ia mendorong salah satu muridnya, Joan (Julia Stiles) untuk mendaftar kuliah di Universitas Yale. Namun Katherine sadar kalau menjadi ibu rumah tangga bukanlah pilihan yang buruk. Itulah yang terjadi ketika Joan diterima di Universitas Yale, namun lebih memilih menikah dan akan membesarkan anaknya.

Wanita berhak mengejar impian tanpa paksaan orang lain. Perempuan juga bebas menentukan jalan hidup tanpa harus terjebak dalam tradisi yang berlaku di masyarakat. Apapun yang dipilih wanita kelak, entah menjadi ibu rumah tangga, wanita karir, atau keduanya, hal tersebut seharusnya merupakan keputusan yang dipilih atas kesadaran dan pemikiran matang.

7. Melepaskan kesedihan karena kehilangan orang yang dikasihi memang tidak mudah. The Piano mengajarkan kita bahwa wanita tidak lemah dan bisa bangkit dari keterpurukan.

Bangkit dari keterpurukan

Bangkit dari keterpurukan via flickr.com

Film ini bercerita tentang seorang ibu bernama Ada, yang mengalami trauma semenjak suaminya meninggal. Oleh karenanya, Ada tak pernah lagi berbicara dengan orang lain (meski tak bisu). Anak perempuannya, Flora menjadi translator antara ibunya dan orang lain. Selain berbicara dengan bahasa isyarat, Ada selalu mengekspresikan perasaannya dengan bermain piano.

Karena desakan orang tua, Ada menikah lagi dengan orang Selandia Baru bernama Alistair. Mereka pindah ke Selandia Baru dan memboyong serta piano Ada. Karena terlalu berat untuk dibawa ke gunung dari pantai tempat berlabuh, piano itu pun ditinggalkan. Ada begitu sedih dan frustasi, hingga kemudian meminta pria bernama Baines membawanya. Hanya saja, Baines meminta Ada mengajarinya bermain piano kalau berhasil membawa piano tersebut. Permintaan itu segera diluluskan Ada setelah piano berhasil dibawa Baines. Lama-kelamaan, tumbuh benih cinta di antara keduanya. Alistair mengetahuinya dan marah besar. Jari Ada diputuskan hingga tak mampu bermain piano lagi. Karena kekejaman itu, Ada, Flora, dan Baines memilih pergi. Mereka hidup bersama dan tinggal di kota lain. Baines yang tulus mencintai Ada, membuatkan jari palsu agar Ada mampu bermain piano lagi. Ada pun memulai hidup baru yang bahagia dengan Baines dan mengajarkan pelajaran bermain piano di rumah barunya.

Karena film ini, kita mempelajari lika-liku kehidupan rumah tangga dari sudut pandang wanita yang cukup rumit. Banyak pergolakan batin yang dipikirkan Ada. Kehilangan orang yang dikasihi memang begitu sedih dan terasa memilukan. Apalagi setelahnya Ada merasakan kekerasan dalam rumah tangga. Namun dengan dukungan dan kasih sayang dari keluarga, wanita bisa bangkit dan melupakan masa lalu. Dari film ini pun, kamu perlu menyadari pentingnya melawan kekerasan pada perempuan khususnya dalam rumah tangga.

8. Seorang wanita juga layak mendapatkan cinta sejati. “Mamma Mia” mengisahkan perjuangan seorang gadis untuk mempersatukan kembali kedua orang tuanya.

Anak dan Ibu

Anak dan Ibu via www.amazon.com

Adalah Sophie (Amanda Seyfried) yang sebentar lagi hendak melangsungkan pernikahannya bimbang karena selama ini hanya hidup berdua dengan ibunya, tanpa tahu ke mana ayahnya. Lewat buku harian ibunya semasa muda, Sophie menemukan Sam, Harry, dan Bill. Konflik terjadi saat ketiganya ingin menjadi wali nikah untuk Sophie. Di hari-H pernikahan, ayah kandung Sophie tak juga jelas. Namun Sophie menjadikan hari pernikahannya tersebut sebagai hari pernikahan ibunya dan Sam yang masih saling mencintai. Yang membuat film ini menarik adalah ketika Sophie merelakan hari pernikahannya demi kebahagiaan ibunya. Pengorbanan yang tidak mudah tentunya, namun Sophie bahagia.

9. Kata orang, ibu tiri itu jahat. Namun lewat “Stepmom”, Julia Roberts mematahkan anggapan tersebut.

Julia Roberts sebagai ibu tiri

Julia Roberts sebagai ibu tiri via hookedonhouses.net

Isabel (Julia Roberts) adalah seorang fotografer profesional yang menjalin cinta dengan seorang duda beranak dua bernama Luke. Sebagai seorang ibu tiri, tentu saja perjuangan Isabel tidak mudah. Anak-anak Luke tidak menyukai kehadiran Isabel dalam kehidupan mereka. Tak hanya anak-anaknya, mantan istri Luke yang bernama Jackie pun kurang menyukai Isabel. Akan tetapi, penyakit kanker yang diderita mengharuskannya memberi kepercayaan penuh pada Isabel untuk mengasuh anak-anaknya. Lama kelamaan, ketulusan hati Isabel mampu meluluhkan Jackie dan kedua anak-anaknya.

Setiap wanita tentunya tak ingin menjadi ibu tiri, apalagi bila disangkutpautkan dengan citra jahat. Tapi siapa yang bisa mengelak dari takdir dan keadaan? Bersikap bijak, mau belajar, dan sabar bisa jadi pilihannya. Begitulah yang dilakukan Isabel sebagai wanita modern masa kini.

10. Julia Roberts Emang gak ada duanya, “Eat Pray Love” juga layak masuk ke jajaran ini. Ceritanya tentang menemukan kembali kebahagiaan dan jati diri.

Elizabeth Gilbert (Julia Roberts) memutuskan bercerai dengan suaminya. Elizabeth merasa begitu frustasi dan minggat ke luar negeri. Ia segera meninggalkan pekerjaannya dan mengunjungi Italia, India, dan Bali. Di ketiga tempat itulah, ia berhasil menemukan kebahagiaan barunya setelah bercerai. Ada kelezatan kuliner Italia yang membuatnya naik berat badan, ibadah di India yang begitu menentramkan hati, dan cinta sejati di Bali.

Proses menyembuhkan patah hati dari sebuah perceraian memang bukanlah hal yang mudah, sekalipun Elizabeth sendiri yang memutuskan. Apalagi jika ditambah dengan keinginannya untuk mencari kebahagiaan sejati. Namun dengan melalui masa perenungan (keluar dari kerja dan traveling sendiri) serta mendekatkan diri pada Tuhan, Elizabeth bisa melalui semuanya seolah-olah semesta mendukungnya.

11. Menjadi ibu bukanlah perkara mudah. “We Need to Talk About Kevin” memberi gambaran untuk tetap menyayangi anak meskipun banyak kelainan.

Ada yang salah sama Kevin.

Ada yang salah sama Kevin. via www.sky.com

Film bergenre psychological thriller ini menceritakan tentang keluarga Eva (Tilda Swinton) yang dikarunia seorang anak laki-laki bernama Kevin. Kebahagiaan Eva tak berlangsung lama karena ia mulai menemukan kejanggalan pada anaknya. Tingkah lakunya amat brutal sejak kecil. Kebrutalannya itu hanya ditunjukkan saat bersama ibunya. Sedangkan ayahnya selalu membela Kevin karena tingkah lakunya tak pernah macam-macam di depannya. Beranjak dewasa, Kevin ahli memanah karena terpengaruh buku Robin Hood yang dimilikinya. Sayangnya keahliannya itu tidak tepat disalurkan. Ia dipidana karena membunuh sejumlah kawannya di sekolah dengan panah. Sebelum membunuh kawannya, ia bahkan telah lebih dahulu membunuh ayah dan adiknya di belakang rumah.

Bayangkan jika kamu adalah Eva! Sanggupkah kamu menangani segala kebrutalan Kevin? Belum lagi dengan kasus kejahatan yang dilakukannya? Tak heran jika Eva begitu sedih, marah, dan nampak gregetan. Hubungan antara Eva dengan suaminya bahkan sempat merenggang karena Kevin. Akan tetapi Eva tetap menyayangi dan memaafkan Kevin di akhir filmnya.

12. Perjuangan single mother patut diacungi jempol. Kamu dapat menyaksikannya di “Where the Heart Is”.

Single mother

Single mother via www.fanpop.com

Tak pernah terbayangkan sebelumnya tentang mengandung di usia 17 tahun dan ditinggalkan oleh kekasih bagi Novalee (Natalie Portman). Nyatanya, itulah nasib yang diterimanya. Kekasihnya meninggalkannya begitu saja di sebuah supermarket. Ia pun jadi sorotan media karena melahirkan di dalam supermarket. Karena harus menghidupi anaknya, ia mengambil kesempatan untuk bekerja di supermarket tempat ia melahirkan. Setelah pertemuannya dengan seorang fotografer, ia berhasil mengukir namanya sebagai fotografer profesional berprestasi. Meski telah sukses mengubah nasib, Novalee masih saja terkena apes. Rumahnya terkena badai. Memang dasarnya Novalee adalah wanita yang kuat, ia mampu melewati semua. Cinta sejati pun berhasil ditemukan dari seorang pria yang juga mau menerima masa lalu dan putri Novalee.

Kita harus salut dengan Novalee. Meskipun anaknya lahir dari hubungan di luar nikah, tak sedikit pun Novalee ingin menggugurkannya. Apalagi mengingat Novalee yang belum bekerja dan mapan secara finansial, ia tak gentar. Malahan ia termotivasi terus agar menjadi wanita sukses dan bisa menghidupi putrinya dalam kesendirian. Ia juga tak dendam pada pria yang menghamilinya. Justru ia menjenguk pria tersebut dengan membawa anaknya. Salut untuk Novalee!

13. Tak mengapa dianggap ‘aneh’ oleh orang sekitar. “An Invisible Sign” mengajarkan kalau wanita aneh sekalipun bisa bermanfaat.

Si guru MTK

Si guru MTK via www.aceshowbiz.com

Mona Gray (Jessica Alba) adalah gadis kecil yang selalu ceria dan memiliki keluarga harmonis. Seperti ayahnya, ia sangat menyukai matematika. Tapi keadaan berubah ketika ayahnya mengidap suatu penyakit. Mona menjadi orang yang murung dan punya dunia sendiri. Ia juga selalu berimajinasi akan lingkungan sekitarnya yang menyerupai bentuk angka. Suatu ketika, ia mendapat tawaran pekerjaan sebagai guru matematika SD. Setelah sempat kewalahan mengurusi anak-anak nakal, ia berhasil merebut perhatian mereka dengan permainan angka. Seorang guru lainnya pun simpatik padanya dan jatuh cinta.

Barangkali kamu merasa kalau kamu adalah wanita yang aneh, tidak punya teman, dan dikucilkan? Jangan bersedih! Awalnya kamu akan merasa tidak percaya diri persis seperti Mona. Tapi kamu pasti dilahirkan dan dikarunia Tuhan dengan sebuah potensi besar, yang nantinya akan membuatmu bermanfaat bagi sesama lainnya.

14. Ada banyak wanita dalam “My Sister’s Keeper”. Mereka semua adalah keluarga yang bersatu dan saling menguatkan demi kesembuhan Kate.

Demi

Demi Kate via sites.google.com

Sara (Cameron Diaz) memiliki dua orang anak, yang satu laki-laki dan satunya lagi perempuan bernama Kate (Sofia Vassilieva). Di luar dugaan, Kate memiliki leukimia yang sangat sulit disembuhkan. Agar Kate dapat bertahan hidup, dokter memberi opsi agar Sara memiliki seorang anak lagi dari proses bayi tabung. Maka lahirlah Anna (Abigail Breslin) sebagai donor sumsum tulang belakang bagi Kate. Lama-kelamaan, Anna sadar kalau ia tidak punya hak untuk hidupnya sendiri. Ia selalu dipaksa mendonorkan sumsumnya demi Anna tanpa bisa berkata “ya” atau “tidak”. Rasa sakit ketika donor pun sudah terlalu sering dirasakannya. Karenanya, ia berniat menuntut orang tuanya ke jalur hukum.

Keinginan itu akhirnya sirna juga. Anna melihat ibunya kecewa dengan keputusannya. Tapi Sara juga tak punya pilihan, selain mengupayakan yang terbaik untuk anaknya yang lemah. Anna sendiri juga amat menyayangi Kate dan sedih melihat Kate sakit-sakitan. Selanjutnya, mereka saling bahu-membahu menolong Kate. Mereka juga memberi Kate kesempatan untuk menemukan cintanya, sebelum akhirnya meninggal. Demikianlah menjadi wanita masa kini. Di luar kehidupan sosialmu, kamu juga dituntut peka terhadap masalah keluarga dan bahu-membahu mengatasinya secara bersamaan.

Kartini masa kini bisa berjuang melalui macam-macam cara. Entah itu bidang politik, hukum, ekonomi, sosial, budaya, seni, dan lain-lain. Bekerja agar sukses dan berguna untuk sesama pun merupakan upaya melanjutkan perjuangan Kartini agar lepas dari belenggu dan ketergantungan.

Selamat Hari Kartini!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mesin karaoke berjalan yang gemar film hantu