Friends with Benedikta [6] – The Heart That Break

Friends with Benedikta Aya Widjaja

Begitu tahu siapa Lakes sebenarnya, amarah langsung menyergap Prinsa. Ia merasa dikerjai dan dibohongi. Terlebih, ia juga malu mengingat kebodohannya selama ini. Demi apa pun, bagaimana bisa dia menjelek-jelekkan sepak bola di depan mantan pemain sepak bola nasional?
***

Aku menekan dadaku yang tiba-tiba sesak. Mataku jadi panas dan berkabut saat menatap Taksa yang masih menatapku dengan pandangan bertanya.

“Gue….”

Taksa menepuk kening dan ketika telapaknya turun, aku malah melihat dia tersenyum. Sungguh-sungguh tersenyum. Dia menggelengkan kepalanya. “Gue nggak tahu lo sengaja bikin surprise atau gimana, pokoknya gue senang banget!”

Kepalaku rasanya berputar-putar. Aku berpikir Taksa terluka atau bahkan murka, tapi dia malah gembira. Aku berusaha mendengar Taksa, tapi ingatan tentang Lakes bergejolak di kepala.

Taksa memegang bahuku. “Terserah orang bilang apa soal Kanigara, gue tetap fans dia.” Taksa mulai emosional dan mengguncang bahuku—bagiku, semua kenyataan yang diungkap Taksa lebih mengguncang jiwa. “Terima kasih sudah bawa dia ke sini, Prinsa!”

Bibirku ternganga. Tidak ada kata yang bisa kumuntahkan, bahkan saat Taksa menggamitku kembali ke dalam kafe.

Pertandingan masih berlangsung, tapi fokus semua orang tak sepenuhnya di sana. Kursi yang aku tempati tadi kini lebih sesak dengan kursi yang ditarik mendekat. Lakes masih duduk di tempat yang sama sambil meladeni obrolan yang ditujukan padanya. Sesekali kamera di arahkan padanya, minta foto bersama. Ahay-ahay di layar putih raksasa kehilangan daya pikatnya. Hanya beberapa meja yang tetap setia fokus pada pertandingan, sesekali bicara dengan bibir mencibir ke arah Lakes. Taksa bergabung ke dalam lingkaran utama, tempat Lakes berada.

Apa yang terjadi malam ini benar-benar membuatku marah sekaligus jengah. Pilu tapi juga malu. Aku masih mencoba mengingkari apa yang terjadi. Lakes mengelabuhiku dan dengan bodohnya, aku sama sekali tidak tahu. Bukankah mendadak semua ini jadi lucu tapi juga sanggup menggores hatiku?

Bayangkan, aku jelas-jelas sharing ketololanku soal bola dengan pesepak bola. Apa coba yang dipikirkan Lakes selama ini padaku?

Tanpa disadari Lakes atau pun Taksa, aku menarik tasku dari atas meja dan diam-diam berlalu dari sana. Tanpa seorang pun sadar, aku meninggalkan tempat itu. Tanpa aku sendiri sadar, mataku sudah basah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Bagi Aya Widjaja, menulis novel lebih menyenangkan daripada menulis profilnya sendiri. Aya telah menulis enam novel (Starstruck Syndrome, Failure Tale, Editor’s Block, Monster Minister, Hellove & Alegori Valerie). Karyanya yang lain bisa dikepoin di IG @ayawidjaja

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi