Gudang Warisan Bapak: Chapter 3

gudang warisan bapak chapter 3

Pertemuan dengan Kak Sabit tidak singkat, tapi tidak lama juga. Kendati telah ia jelaskan panjang lebar mengenai kondisi bapak, rasanya masih saja ada hal yang janggal. Tak ayal bila muncul beberapa pertanyaan baru di benakku yang tak sempat kupikirkan sebelumnya. Kak Sabit berjanji besok akan datang lagi bersama kakak-kakak tiriku yang lain. Katanya ada hal penting yang harus dibahas bersama, sepertinya lebih penting dari soal kesehatan bapak.

Usai Kak Sabit pulang, aku kembali ke dapur. Bapak belum keluar kamar. Makanan di meja sama sekali tak disentuh. Padahal semalam dia sampai menyusulku ke kamar karena lapar. Ini sudah hampir jam 11 siang, melewatkan sarapan adalah pantangan terbesar bagi orang yang sedang sakit. Oleh sebab itu, aku sajikan nasi dan lauk di atas nampan, lalu kubawa ke kamar bapak.

Seperti biasa, ada debar yang aneh saat aku mendekati pintu kamar yang dulunya gudang itu. Aku teringat tentang percakapan dengan Kak Sabit soal sosok yang kulihat malam itu. Bukannya dapat jawaban, Kak Sabit malah bersikap seolah-olah aku sedang mengkhayal. Tak ada siapa pun di rumah ini selain bapak, katanya. Aku tak ingin berdebat tentang sesuatu yang aku pun ragu kebenarannya, karena itulah selain untuk membawakan sarapan bapak, tujuanku pergi ke kamarnya adalah untuk membuktikan sesuatu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis novel Midnight Restaurant, Midnight Hospital, Post Meridiem dan Timur Trilogi.