Gudang Warisan Bapak: Chapter 2

Gudang Warisan Bapak chapter 2

Sesampainya di ruang tamu, aku langsung membuka pintu. Namun, yang berada di balik pintu bukanlah Kak Sabit, melainkan seorang bapak-bapak berkopiah, bersarung, mengenakan kemeja putih yang seragam dengan serban yang tersampir di pundak kanannya. Aku tidak kenal orang ini. Mungkin pernah kenal, tapi lupa. Dari dapur suaranya mirip Kak Sabit, lagipula dia jelas-jelas memanggil namaku.

“Zara,” kata bapak itu.

“I-iya. Maaf, siapa, ya?” tanyaku.

Masih kupegang daun pintu. Kubuka hanya separuh. Aku tak ingin menerima tamu asing malam hari, terutama dalam kondisi seperti ini. Aku menoleh ke belakang. Berharap bapak tidak menyusulku ke ruang tamu.

“Wah, sudah lupa. Ini saya, Pak Sukril, yang jualan ikan,” tutur bapak itu.

Aku ingat! Pak Sukril adalah pedagang ikan yang setiap hari keliling desa menggunakan motor. Ia langganan ibu dan hampir setiap hari mampir ke rumah. Kalau tidak salah ingat juga, Pak Sukril ini ketua RT, tapi itu dulu. Penampilannya sekarang beda dengan saat jualan ikan. Pantas kalau aku tak segera mengenalinya.

“Oh, maaf, Pak. Saya pangling.”

“Ya, Nduk, ndak apa-apa.”

Pak Sukril sedikit memiringkan kepalanya. Ia mengintip ke dalam celah pintu yang kubuka.

“Zara sendirian?” tanyanya.

“Nggak, Pak. Bapak Zara ada di dalam, lagi tidur.”

Ya, itu jawaban terbaikku. Tak mungkin aku ceritakan yang sebenarnya. Sekarang tinggal berharap bapak tidak menyusulku ke pintu. Ada yang salah dengan kondisi bapak sekarang dan aku tidak mau orang lain tahu.

“Oh, ya sudah. Sebenarnya gini, kemarin Sabit menelepon saya, katanya hari ini Zara mau datang dan mulai tinggal di sini lagi. Nah, saya ke sini mau—“

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penulis novel Midnight Restaurant, Midnight Hospital, Post Meridiem dan Timur Trilogi.