Review Film Hujan di Balik Jendela: Sebuah Kisah Tragedi di Atas Tragedi

Review film "Hujan di Balik Jendela"

7/10

Film "Hujan di Balik Jendela" berhasil menggunakan konsep drama romantis yang berakhir dengan tragedi yang nggak berlebihan. Film ini juga merupakan bukti bahwa aktor-aktor muda Indonesia nggak kalah hebat dari aktor senior.

“Hujan di Balik Jendela” adalah film drama Indonesia yang baru saja dirilis tahun 2021. Film yang disutradarai oleh Dyan Sunu Prastowo ini menghadirkan talenta baru sekaligus aktor terkenal pada filmnya. Beberapa orang yang tergabung dalam film ini antara lain Clara Bernadeth, Bio One, dan Yasamin Jasem.

Advertisement

“Hujan di Balik Jendela” adalah film tragedi romantis yang mengangkat tema tentang kerinduan. Film ini juga menggunakan metode alur maju-mundur untuk menceritakan setiap kisah yang berujung pada sebuah kerinduan dan kisah cinta yang abadi. Nah, setelah menonton filmnya beberapa hari lalu, akhirnya Hipwee Hiburan berkesempatan untuk mengulas film ini.

“Hujan di Balik Jendela” merupakan film tragedi romantis yang menceritakan cinta segitiga antara seorang laki-laki dan dua perempuan

Hujan di Balik Jendela/Credit: Klikfilm via klikfilm.com

“Hujan di Balik Jendela” mengisahkan tentang cinta segitiga antara Dika (Bio One), Gisel (Clara Bernadeth), dan Alda (Yasamin Jasem). Film dibuka dengan rasa rindu sekaligus penyesalan Dika di hari pernikahannya. Adegan selanjutnya adalah cerita soal kisah cinta Dika dan Alda yang teramat romantis. Namun kisah cinta tersebut perlahan pudar apalagi saat Dika bertemu dengan Gisel yang merupakan guru privat piano Alda.

Layaknya film-film cinta segitiga, “Hujan di Balik Jendela” menyuguhkan hubungan yang penuh kebohongan, perselingkuhan dan tangisan. Dika yang merupakan seorang aktivis yang idealis harus luluh pada sosok Gisel yang ia anggap mengerti dirinya. Sepanjang menonton, kita akan merasakan egoisnya tokoh Dika yang memiliki messiah complex. Buat kamu yang belum tahu, messiah complex adalah sifat manusia yang cenderung ingin menyelamatkan orang lain. Dalam kasus “Hujan di Balik Jendela”, Dika ingin menyelamatkan mental dan menghilangkan trauma yang dirasakan Gisel sebagai korban selamat tragedi 1998.

Advertisement

Hal yang menarik dalam film “Hujan di Balik Jendela” adalah perjuangan seorang perempuan yang merupakan korban selamat dari tragedi tahun 1998

Hujan di Balik Jendela menyajikan tragedi/Credit: Klikfilm via klikfilm.com

Hal yang menarik dari film “Hujan di Balik Jendela” adalah latar belakang setiap tokohnya. Film ini secara sederhana menceritakan trauma seorang perempuan bernama Gisel yang kehilangan tunangannya saat tragedi 1998 berlangsung. Kejadian berdarah tersebut membuat Gisel trauma berat. Hasilnya, ia nggak berani untuk keluar dari rumah dan bertemu banyak orang terutama laki-laki. Ia menjadi perempuan yang hidup sebatang kara dan kesepian.

Lalu ada tokoh Dika, seorang aktivis kemanusiaan yang cukup idealis. Dika beberapa kali diceritakan sangat membeci pekerjaannya sebagai pengacara di salah satu perusahaan besar. Kehidupannya berubah setelah ia bertemu dengan Gisel, korban selamat dalam tragedi mengerikan tahun 1998. Dika terbawa hanyut suasana dan akhirnya jatuh cinta. Begitupun dengan Gisel yang memiliki perasaan yang sama pada Dika.

“Hujan di Balik Jendela” pada akhirnya menyajikan tragedi di atas tragedi. Bagaimana perasaaan Gisel yang kehilangan tunangannya harus dirasakan oleh Dika yang kehilangan Gisel karena meninggal dunia di akhir cerita. Tragedi yang sama juga dirasakan tokoh Alda yang harus kehilangan cinta Dika menjelang hari pernikahannya. Penggambaran tragedi yang sangat menyayat dan mendetil inilah yang menjadi daya tarik utama film “Hujan di Balik Jendela”.

Advertisement

Meski dibintangi aktor-aktor muda, penampilan mereka sangat baik dan membawa alur cerita menjadi lebih dramatis

Aktor-aktor muda bermain keren di film Hujan di Balik Jendela/Credit: Klikfilm via klikfilm.com

“Hujan di Balik Jendela” adalah film yang cukup rumit baik itu dari segi cerita maupun teknis. Dialog dengan bahasa baku dengan kalimat-kalimat panjang jadi pekerjaan rumah sendiri bagi para aktor. Penggunaan bahasa Indonesia baku dalam film ini cukup baik meski terkadang hit and miss.

Meski begitu, sudah sepatutnya kita memberikan apresiasi pada para aktor dan aktris yang bermain dalam film ini. Mereka mampu membangun chemistry satu sama lain. Mereka juga mampu menghafalkan dialog yang panjang dan baku. Hal ini menjadi menarik sangat menarik mengingat para pemeran utama dalam film ini terhitung masih muda. Ada Clara Bernadeth yang masih berusia 24 tahun, lalu Bio One yang masih berumur 23 tahun dan Yasamine Jasem yang berusia 16 tahun. Sebagai aktor muda, mereka mampu membuktikan diri dan memberi penampilan terbaik pada film “Hujan di Balik Jendela”.

Apakah kamu sudah nonton filmnya? Nah, buat kamu yang memang tertarik untuk menyaksikan film ini, kamu bisa nonton “Hujan di Balik Jendela” lewat situs Klikfilm hanya dengan harga 10 ribu rupiah. Murah banget, kan? Tunggu apalagi~

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Represent

CLOSE