We (Don’t) Talk About Love – Chapter 3

we (don't) talk about love chapter 3

“Aku nggak bisa.” Itu kalimat pertama yang meluncur dari bibirku setelah hening yang terasa seabad. 

Candra bingung. “Maksud kamu?”

“Aku nggak bisa ke rumah kamu,” jelasku. “Harusnya kamu bilang dulu sama aku sebelum minta izin ke Mama.”

“Kira.” Candra mengulurkan tangan, meraih jemariku yang entah sejak kapan menjadi dingin. “Ada yang salah? Aku pikir ini waktunya, kita sudah satu tahun—”

“Atas dasar apa kamu merasa ini waktu yang tepat?”

Tampak kerutan di dahi Candra. Dia benar-benar belum paham. “Kenapa kamu pikir ini bukan waktu yang tepat?”

Ini juga salah satu kebiasaan Candra yang membuatku kesal, dia gemar menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Dan, seringnya, pertanyaan itu seakan menyudutkan. Membuatku merasa tidak punya pilihan selain mengikuti apa yang Candra inginkan. Namun, kali ini aku tidak lagi bisa menahan. Candra benar, sudah waktunya.

“Karena aku mau putus.”

Sedetik setelah aku mencetuskannya, tidak ada perubahan. Candra tetap tenang. Suaranya tidak membocorkan apa pun yang mungkin dirasakannya. 

“Kenapa putus? Apa kita punya masalah?” tanyanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

I’m an author of 21 novels under the pen name Nureesh Vhalega. Besides writing, I’m a member of the bookstagram community with account @nuifebrianti.

Editor

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi