Diburu-buru Nikah Dengan Alasan “Expired” Itu Nggak Enak. Kami Bukan Susu Formula!

Cewek itu nggak expired

“Kamu kapan nikah?”

“Kapan-kapan deh, yang jelas kalau nggak Sabtu ya Minggu. Hahaha…”

“Serius nih. Jangan lama-lama nundanya, nanti keburu expired lho…”

Cara mendorong cewek untuk segera menikah memang macam-macam. Mulai dari bertanya ‘Kamu nggak pengen kayak si ini?’ ‘Kamu nggak mau kayak si itu?’ sampai dibilang nanti keburu “expired”. Itu lho, “expired” alias berumur dan lebih sulit punya keturunan.

Kalau kamu perempuan, dan sudah memasuki usia-usia ‘layak menikah’, apalagi kalau penghasilanmu sudah cukup lumayan dan teman-teman seangkatanmu sudah nikah semua, kamu pasti nggak asing dengan percakapan di atas. Ungkapan ‘keburu expired’ itu memang sungguh ambigu. Dibilang bercanda, enggak juga, dibilang serius tapi kok “gitu banget” istilahnya. Bagaimanapun juga, diburu-buru menikah dengan alasan expired itu nggak enak, seolah-olah cewek adalah susu formula atau barang apa saja yang bisa kadaluarsa 🙁

Menikah adalah keinginan sebagian besar orang. Kami juga, meski tidak sekarang

Tidak semua perempuan memiliki impian menikah di usia yang sama atau cara yang sama | Photo by nikki gibson via unsplash.com

“Kok kamu masih sendiri aja sih? Kapan mau nikahnya kalau gitu?”

“Hahaha nantilah, kalau udah siap lahir dan batin.”

“Kamu nggak pengin nikah emang?”

“Ya pengin lah!”

“Terus?”

“Ng…”

Semua ada waktunya sendiri-sendiri. Kesendirian kami saat ini bukan berarti kami ingin hidup sendiri selama-lamanya. Bukan berarti kami memang nggak berniat menikah. Suatu hari nanti, kami juga ingin menikah dan membina keluarga. Tapi saat ini belumlah waktu yang tepat untuk itu semua. Masih banyak yang ingin kami lakukan dan yang harus kami kejar. Lagipula jodoh yang klik di hati juga belum ada. Kalaupun saat ini keinginan untuk menikah itu belum ada, sebenarnya saat ini kami juga sedang menuju ke arah sana.

Kami tahu masa subur perempuan ada batasnya. Tapi bukan berarti kami bisa expired lalu dibuang begitu saja karena nggak lagi berguna

Perempuan itu jelas nggak sepatutnya disebut bisa dibuang atau expired | Photo by Paul Green via unsplash.com

Iya sih, peringatan ‘nanti keburu expired’ itu ada benarnya. Sebagai perempuan kita memang diberi waktu produktif yang terbatas. Menjelang usia 50 tahun ke atas, perempuan akan mengalami menopause dan tidak lagi subur. Di usia itu, hamil dan melahirkan jelas mustahil. Karena itulah istilah ‘nanti expired’ muncul.  Rahim perempuan ada batasnya.

Tapi kalau dibilang “expired”, kami merasa seolah-olah seperti susu formula atau barang-barang lainnya yang bisa kadaluwarsa. Kalau misalkan kamu punya makanan, tapi ternyata makanan itu sudah kadaluwarsa, apa yang kamu lakukan pada makanan itu? Pasti kamu akan membuangnya daripada nekat makan dan keracunan. Nah, apakah kami juga akan dibuang karena nggak berguna lagi jika sudah tiba di masa ‘expired’ itu? Kan enggaaak….

Mengatakan kami harus segera menikah sebelum kadaluwarsa tidak membuat kami lebih semangat. Bete sih iya. Frustrasi bisa juga

Bete juga lama-lama disamain sama benda | Photo by Dollar Gill via unsplash.com

Kami tahu, niatnya adalah untuk memotivasi kami. Mungkin juga untuk mengingatkan kami yang terlalu asyik sendiri, untuk segera mencari jodoh dan membuat keturunan. Kami paham, itu bentuk perhatian masyarakat kepada status kami yang masih begini-begini aja. Tapi diingatkan dengan cara dibilang ‘expired’ seringnya malah membuat kami sebal. Ya itu tadi, kami merasa seperti barang kadaluwarsa yang nggak bisa digunakan lagi. Kami juga bisa frustrasi sih, karena khawatir keburu expired padahal gebetan belum ada-ada juga.

Saking sebelnya kadang kami ingin jawab : “Toh punya anak nggak harus dari rahim sendiri. Bisa adopsi, bantu negara mengurusi anak-anak telantar.” Tapi pasti kemudian kami dicaci 🙁

“Pasti beda dong kalau anak adopsi dan anak yang lahir dari rahim sendiri. Memangnya kamu nggak mau merasakan proses kehamilan dan kelahiran?”

Iya sih. Tapi….

Kami juga mau naik ke pelaminan, lalu membina keluarga dan anak yang lucu-lucu. Tapi memang waktunya yang belum ketemu

Suatu saat nanti juga ingin merasakan kebahagiaan seperti ini | Photo by Pixabay via www.pexels.com

Ke pelaminan, hidup berumah tangga dengan pasangan, lalu dikerumuni anak kecil yang lucu-lucu juga menjadi salah satu mimpi kami juga. Ingin menikah, tapi pacar saja nggak punya, lalu gimana? Pengin menikah, pacar ada, tapi rasanya belum siap, lalu gimana? Pengin nikah, pacar ada, mental juga sudah siap, tapi dananya belum ada, lalu bagaimana? Soal nikah atau nggak nikah bukan semata perkara pengin atau nggak. Apakah jika kami sudah ingin menikah, lalu calon, dana, dan sebagainya dan sebagainya bisa langsung ada?

Pernikahan juga menjadi hal yang kami inginkan, tapi kesempatan yang belum datang.

Banyak pertimbangan yang menghampiri. Bagus jika seseorang bisa cepat siap untuk membina rumah tangga. Tapi toh kesiapan masing-masing orang nggak sama

Masih banyak yang harus dan ingin diurus sendiri | Photo by Marcus Aurelius via www.pexels.com

Pernikahan jelas bukan hal yang sederhana. Banyak persiapan yang harus dilakukan. Bukan semata-mata soal materi, atau jumlah umur yang sudah mencukupi persyaratan menikah dari KUA. Persiapan batin adalah yang lebih utama. Betul, kamu memang mempertimbangkan banyak hal. Mungkin itulah yang membuat kami belum menikah sampai sekarang. Tapi toh, kesiapan seseorang memang berbeda-beda. Meski usia sama, penghasilan sama, belum tentu kondisi mental kita sama. Butuh waktu untuk kami mempersiapkan semuanya. Bukankah semua memang ada prosesnya?

Plis, daripada bilang kamu harus segera nikah sebelum kadaluwarsa, mending doakan kami saja

Cewek-cewek  yang belum nikah meski (menurut orang-orang) sudah waktunya tuh cuma butuh doa~ | Photo by Elle Hughes via www.pexels.com

Kami bukannya hanya berdiam diri, tapi juga sedang mencari. Jika nanti sudah ada yang tepat, dan waktunya juga tepat kami juga akan segera ke pelaminan. Daripada menyemangati kami dengan mengatakan tanggal ‘expired’, lebih baik doakan saja supaya kami nggak mudah menyerah dan pencarian kami pun segera ada hasilnya. Lebih adem dan bikin tenang lho.

Tentang pernikahan, kami juga sudah sering memikirkan. Jika kami belum ingin menikah sekarang, kami juga punya banyak pertimbangan. Belum ingin sekarang, nggak berarti nggak ingin selamanya. Toh semua memang ada waktunya. Meski kami tahu rahim kami ada batasnya, tapi bukan berarti rahim adalah satu-satunya alasan kami untuk membina rumah tangga. Di sini, sebenarnya kami juga mencari. Di sini, sebenarnya kami sedang berusaha memantaskan diri. ‘Keburu expired’ jelas-jelas bukan kata penyemangat favorit kami, karena kami bukan makanan yang harus dibuang saat sudah kadaluwarsa. Ya Mas? Ya Mbak? Ya Bu? Sepakat?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat kopi dan aktivis imajinasi