5 Standar Kesuksesan yang Aneh, tapi Nyata Ada di Indonesia

Kesuksesan bagi tiap orang mempunyai pengertian dan standar yang berbeda-beda. Begitu juga dengan masyarakat Indonesia. Di negara kita ini ada beberapa tolok ukur tak kasat mata yang telah hidup turun-temurun.

Seiring berkembangnya zaman, para generasi muda mulai ingin menghilangkan beberapa standar karena dinilai sangat toxic dan sering menimbulkan tekanan mental. Ada sekitar 5 standar kesuksesan salah kaprah yang akan kita bahas di bawah ini. Penasaran?

1. Sudah menikah atau belum?

pic by @alvarocvg via unsplash.com

pic by @alvarocvg via unsplash.com via https://unsplash.com

Poin yang pertama ini mungkin sudah tidak asing, apalagi untuk generasi milenial dan gen Z. Saat menginjak usia dewasa muda, kita akan dicecar dengan pertanyaan

Kapan nikah?

Kok belum nikah?

Ih, kasian dia belum nikah juga!

Di Indonesia, menikah seperti salah satu pencapaian terbesar dalam hidup. Mau gaji kita dua digit ataupun berpendidikan tinggi, tetap saja akan dipandang sebelah mata.  Dengan menikah, kita seperti naik ke kasta sosial yang lebih tinggi.

Julukan seperti perawan tua dan bujang lapuk sudah ada sejak dahulu. Anggapan bahwa nikah adalah salah satu ciri kesuksesan telah mendarah daging dari zaman nenek buyut. Padahal, nikah atau belum, tidak menjamin bahwa seseorang bisa bahagia.

2. Punya anak berapa?

pic by @omarlopez1 via unsplash.com

pic by @omarlopez1 via unsplash.com via https://unsplash.com

Nyambung dari poin pertama, ternyata menikah bukanlah puncak dari kesuksesan. Masih ada tantangan lain yaitu mempunyai anak. Ketika sudah menikah, pertanyaan Sudah isi belum? akan datang menghantui.

Tidak mempunyai anak sering dianggap sebagai kegagalan dalam rumah tangga, yang nantinya menjadi excuse agar pasangan mencari yang lain. Pihak perempuan sering menjadi kambing hitam akan adanya standar kesuksesan yang nyeleneh ini.

Tidak mempunyai anak seperti mempunyai kekurangan dalam hidup yang membuat kita berbeda dengan yang lain.

3. Kerja kantoran adalah koentji

pic by @christinhumephoto via unsplash.com

pic by @christinhumephoto via unsplash.com via https://unsplash.com

Di Indonesia, sadar nggak sadar kita lebih dihargai bila mendapat pekerjaan yang ‘formal’ seperti berseragam atau kerja di kantor. Tidak jarang para pekerja WFH sering dianggap tidak bekerja sama sekali karena terlihat di rumah saja. Para pelaku WFH ini bahkan disangka melakukan pesugihan karena nggak kelihatan berangkat kerja, tapi paket online shop tiap hari berdatangan. Waduh!

Restu dari calon mertua pun akan sangat berbeda antara si Pekerja kantoran dengan yang bukan. Nggak percaya? Cobain aja!

4. Mempunyai mobil adalah simbol kekayaan

pic by @_byulli via unsplash.com

pic by @_byulli via unsplash.com via https://unsplash.com

Jika kita melihat ke jalanan yang macet karena begitu membludaknya jumlah kendaraan yang ada, kita mungkin tidak akan percaya bahwa jumlah penduduk miskin Indonesia pada Maret 2022 mencapai 26,16 juta jiwa. Berbagai jenis mobil dari yang jadul hingga keluaran terbaru ada di sana.

Mobil bagi orang Indonesia, bukan sekadar memenuhi kebutuhan transportasi, tapi juga sebagai simbol atas kesuksesan dan kekayaan. Tak jarang, untuk memenuhi standar kesuksesan tersebut, mereka memaksakan diri untuk mengambil kredit.

5. Bersekolah di sekolahan favorit

pic by @taypaigey via unsplash.com

pic by @taypaigey via unsplash.com via https://unsplash.com

Jika kita pikir standar kesuksesan Indonesia hanya terbatas pada 4 poin di atas, itu salah besar. Masih ada lagi nih, salah satunya sekolah di tempat favorit.

Pasti sering mendengar dong kisah orangtua yang rela menyogok agar anaknya bisa bersekolah di salah satu instansi pendidikan? Nah, sekolah di tempat bergengsi bisa menjadi hal-hal yang dibanggakan saat pertemuan keluarga seperti saat lebaran, natal, arisan atau reuni. Luar biasa bukan?

Itu tadi adalah 5 standar kesuksesan yang aneh tapi nyata yang sering muncul di kehidupan masyarakat Indonesia. Apakah menurut Sohip standar tersebut relevan dengan zaman sekarang?

Yang jelas, kesuksesan bukan hanya bersifat materi maupun pengakuan atas status sosial. Lebih dari itu adalah ketenangan dalam menjalani kehidupan, kesehatan, juga adanya kemampuan untuk mandiri secara finansial. Sehingga kita tidak perlu menjadi benalu dan bisa berkontribusi banyak untuk sesama.

Jika 5 tolok ukur di atas tadi menurut Sohip wajar, ya tak mengapa. Semua orang punya pandangan tersendiri dalam kehidupan, asalkan tidak menjadi alasan untuk merasa superior sehingga memandang orang lain dengan sebelah mata.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

penyuka buku, coklat, kamu, dan SEVENTEEN. 90 Line :)

Editor

Kadang menulis, kadang bercocok tanam