Meski Berkompetisi dengan Diri Sendiri Itu Baik, tapi Tetap Ingatlah Selalu 5 Hal Ini. Biar Nggak Kebablasan!

berkompetisi dengan diri sendiri baik

Sudah menjadi hal wajar apabila seseorang memiliki target-target dalam hidupnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa target-target tersebut merupakan suatu perwujudan jalan untuk mencapai goals tertentu. Berbagai motivasi target sangat bisa mempengaruhi listing target seseorang. Motivasi ini bisa bersumber dari keberhasilan orang lain, keinginan orang tua, tujuan bersama sahabat, dan motivasi-motivasi eksternal lainnya. Namun, motivasi juga bisa timbul karena faktor internal, seperti kegagalan maupun keberhasilan yang didapat, tingginya rasa tanggung jawab, dan lain sebagainya. 

Apapun asal motivasinya, seluruh target akan menjadi tantangan atau lawan main bagi diri sendiri. Seseorang yang telah memiliki target akan bersaing dengan dirinya sendiri dalam mencapai target tersebut. Inilah yang kemudian menjadi salah satu definisi “Kompetisi dengan Diri Sendiri”. Hal ini tentunya sangat mempengaruhi ketercapaian target bagi seseorang, namun apakah berkompetisi dengan diri sendiri selamanya menjadi hal yang baik buat dirimu? Simak pembahasan selengkapnya, berikut ini.

Advertisement

1. Baik jika semua target selalu tepat kamu capai

Photo de Markus Winkler provenant de Pexels

Photo de Markus Winkler provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Seseorang yang targetnya tercapai, tentu akan mendapatkan rasa kepuasan tersendiri. Ia merasa telah menepati sesuatu pada dirinya sendiri. Tujuan awal penulisan target tentu saja berpeluang besar ia raih. Dengan demikian ia akan merasakan senang dan normalnya termotivasi untuk membuat targetan-targetan untuk hari atau waktu berikutnya. 

Orang yang demikian biasanya memanajemen waktunya dengan baik dan mengerti standar kemampuan untuk merealisasikan targetnya. Nah, tapi apakah setiap orang selalu bisa mencapai setiap targetnya? 

Advertisement

2. Baik jika kamu tidak memiliki rasa sesal berlebih karena ketidaktercapaianmu

Photo de Polina Zimmerman provenant de Pexels

Photo de Polina Zimmerman provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Senang karena mampu mencapai sesuatu, identik dengan sesal jika terjadi ketidaktercapaian atas sesuatu. Apabila kompetisi dengan diri sendiri selalu mendapatkan kemenangan, maka peluang untuk menyesal bernilai 0. Akan tetapi, bukankah mendapatkan kemenangan besar peluangnya sama dengan mendapatkan kekalahan? Maka dari itu, seseorang harus siap mendapatkan keduanya.

Apabila mendapat kekalahan atau tidak berhasil mencapai target, jangan serta merta menyesal. Bukankah masih ada waktu berikutnya untuk mencoba kembali, di lain kesempatan misalnya. Usahakan untuk tidak menyesal secara berlarut-larut, karena ia akan membunuh semangatmu dan menghambat mimpi-mimpi besarmu yang lain. Yakinlah bahwa di balik kekalahan, maka akan terbit kesempatan lainnya tentunya dengan tidak mengulangi kesalahan sebelumnya.

3. Baik jika kamu bisa dengan tepat memprediksi kapasitasmu dalam merealisasikan targetmu

Advertisement
Photo de Startup Stock Photos provenant de Pexels

Photo de Startup Stock Photos provenant de Pexels via https://www.pexels.com

Kompetisi dengan diri sendiri sama halnya dengan berbicara dengan diri sendiri. Jika seseorang tidak memiliki topik dan kapasitas yang baik dalam berbicara dengan diri sendiri, ia akan menghentikannya, malah tidak akan memulai. Atau akan memulai namun asal bicara saja. Begitu pula ketika seseorang berkompetisi dengan dirinya sendiri. Ia harus tau apa yang akan dia menangkan, bagaimana cara memenangkannya, dan apakah cara itu sanggup ia lakukan? 

Target yang membuatmu berkompetisi dengan diri sendiri haruslah dilengkapi dengan 5W + 1H. What, untuk apa targetmu dan apa yang harus kamu lakukan untuk mencapainya? Who, siapa yang akan terlibat dalam pencapaian targetmu, segera komunikasikan! Where, di mana kamu bisa menyelesaikan targetmu agar tidak terganggu, misalnya.

When, kapan targetmu harus tercapai dan kapan kamu harus mengerjakan suatu hal untuk bisa menepati target waktumu? Why, mengapa kamu mengambil target itu beserta jalan mencapainya? How, bagaimana nasib hati dan perasaanmu jika kamu tidak bisa mencapai target itu? Setidaknya itu merupakan contoh persiapan prediksi sebelum seseorang mengeksekusi targetnya.

4. Baik jika target yang kamu capai atau tidak capai: menguntungkanmu

Keuntungan akan membuat dirimu bahagia dan semangat untuk berkompetisi di hari-hari berikutnya

Keuntungan akan membuat dirimu bahagia dan semangat untuk berkompetisi di hari-hari berikutnya via http://pixabay.com

Hukum untung rugi juga berdampak pada hasil kompetisi dengan diri sendiri. Semakin ia merasa diuntungkan atas hasil capaian, ia akan makin kaya akan kepercayaan untuk mencapai target berikutnya. Ini tidak hanya berdampak pada ketercapaian, namun juga ketidaktercapaian.

Misalnya saja seseorang yang tidak berhasil mencapai target untuk menghadiri suatu undangan merasa diuntungkan karena nyatanya di titik jalan yang sebenarnya akan ia lalui terjadi kecelakaan tepat pada waktu seharusnya ia berada di sana. Begitu pun secara normal, seseorang yang berhasil naik ke mimbar karena usahanya merasa diuntungkan atas targetnya karena berdampak pada peliputan media massa yang berujung pada baiknya karir yang ia peroleh. 

Ketika tidak ada keuntungan yang ia rasakan, 'seperti' ada sia-sia yang ia peroleh. Meski tidak semua orang demikian, namun hal ini adalah lumrah adanya. Meninggalkan sesuatu yang tidak menghasilkan profit dianggap lebih baik, padahal seseorang tidak pernah tau itu merupakan jalan awal untuk ia mendapatkan profit yang lebih besar.

5. Baik jika kamu selalu bersyukur dan tidak mudah insecure

Kuncinya adalah bersyukur, dan selelah-lelahnya berkompetisi dengan diri sendiri akan menjadi nikmat yang indah

Kuncinya adalah bersyukur, dan selelah-lelahnya berkompetisi dengan diri sendiri akan menjadi nikmat yang indah via http://pixabay.com

Keempat list sebelumnya selalu menyisakan tanda tanya. Bagaimana jika kita tidak bisa mencapai target? Pasti kompetisi diri sendiri berdampak negatif sangat besar. Bagaimana jika saya adalah orang yang tingkat sesalnya tinggi? Saya tidak mau lagi berkompetisi dengan diri sendiri, saya tidak mau lagi bertarget. Wah, bahaya. Tidak ada jalan untuk mencapai mimpi dong. Bagaimana jika saya tidak mampu memprediksi kemampuan saya? Bagaimana jika target saya hanya merugikan saya di akhir?

Bersyukurlah. Terkadang seseorang insecure karena ia lupa bersyukur. Target yang tidak bisa dicapai atas kompetisi diri sendiri adalah hal yang patut disyukuri karena Tuhan memberi tahu ketidaktelitian kita. Sesal memang lumrah, jadi jangan lama-lama. Kita bisa memanajemen itu kok. Memahami diri sendiri butuh waktu, bersyukurlah jika hari ini belum sesuai kapasitasmu, itu akan jadi pelajaran terbaik untuk memperbaiki di esok hari. (Dan) semua kejadian ada hikmahnya, jadi jangan lupa bersyukur. Tidak ada yang tidak baik dengan self competition selagi kita bersyukur.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

une femme libre

CLOSE