Bucin: Manifestasi Ekspresi Romansa atau Manifestasi Cinta berlebihan

Bucin atau budak cinta adalah salah satu istilah dan fenomena yang tumbuh dan menjamur di antara muda mudi masa kini.  Istilah ini biasa digunakan untuk seseorang yang diperbudak oleh cinta, seolah seseorang yang menjadi bucin ini nggak membangunkan logikanya dan berusaha untuk terus membahagiakan kekasihnya, bukan mencari jati dirinya.  Tidak hanya itu, seseorang yang bucin akut justru terkadang selalu ingin menunjukan rasa cintanya dan kehilangan tujuan lain yang bisa lebih membangun hidupnya.

Beberapa orang menganggap bucin ini sebagai manifestasi dari ekspresi rasa cinta dan kisah indah romansa, ada pula yang beranggapan bucin ini sebagai manifestasi dari cinta yang berlebihan hingga membuat manusia bisa kehilangan nalar.  Keadaan bucin ini jelas nggak selalu datang dari faktor internal orang yang mengalaminya aja,  namun juga faktor eksternal yang bisa mempengaruhi gaya pacaran atau gaya mencintai seseorang.  Serial drama, film dan sosial media turut andil dalam pengaruh dunia perbucinan dan gaya pacaran muda mudi masa kini.  Akibatnya tidak heran banyak tindakan diluar nalar dengan mengatasnamakan cinta.  Kemudian tidak berlebihan pula jika menganggap hubungan yang kandas secara tragis adalah buah dari kesalahpahaman dalam mengoperasikan cinta.  Bagi kamu yang lagi bucin, yuk kita bahas beberapa hal tentang bucin.

Advertisement

1. Fenomena Bucin akut dan Fanatik

Silluet in Golden Hour by Rodrigo Souza on Pexels.com

Silluet in Golden Hour by Rodrigo Souza on Pexels.com via https://www.pexels.com

Jika ada pertanyaan demikian bucin manifestasi ekspresi cinta yang romantis atau manifestasi cinta berlebihan, kadang bisa menjadi keduanya.  Manusia bisa saja diperbudak oleh cinta ketika nggak bisa mengontrol perasaannya.  Dasarnya memang manusia sendiri deprogram agar dapat merasakan jatuh cinta, sakit hati, senang, sedih dan perasaan lainnya.  Hal itu tentu nggak jauh dari reaksi hormonal pada manusia.

Fenomena bucin akut atau fanatik biasanya akan dialami oleh orang pada fase awal jatuh cinta.  Dan hal tersebut juga tergantung dari keadaan mental dan emosionalnya.  Semakin rendah keadua keadaan tersebut, maka akan makin besar juga peluang seseorang akan menjadi bucin akut.   Contohnya ketika seseorang sedang berada pada fase terbawah dalam hidupnya lalu datanglah seseorang yang menjadi secercah harapan dalam hidupnya, kemudian darisitu timbulah benih-benih perasaan yang membanting setir tujuan hidupnya dan terobsesi dengan orang yang datang pada fase tidak mengenakan dalam hidunya. Tentu saja hal tersebut bisa terjadi pada orang yang belum bisa memegang kendali atas dirinya.

Advertisement

2. Bucin dalam Perspektif Sosiologi Nggak Melulu Menjurus Ke Hal Negatif

Pasangan yang Berjalan di Lorong by cottonbro studio on Pexels.com

Pasangan yang Berjalan di Lorong by cottonbro studio on Pexels.com via https://www.pexels.com

Bucin selalu dikaitkan dengan hal yang negatif yang menjurus pada cinta yang berlebihan.  Stigma tersebut mungkin datang dari akronim bucin itu sendiri yang mengandung kata budak. Dalam perspektif sosiologi dikenal juga ekspresi cinta transdental, realistik dan idealistik dimana ketiganya merupakan ekspresi cinta atau jenis bucin yang cenderung sehat.  Bucin atau ekspresi cinta transdental adalah salah satu ekspresi cinta yang menerapkan nilai dan norma agama dalam relasi hubungannya.  Dalam gaya menjalin relasi hubungannya, ekspresi cinta ini selalu menghindari perzinaan seperti bertatap muka terlalu lama, menghindari kontak fisik dan bahkan memutuskan untuk segera menjalin hubungan yang sah.

Ekspresi cinta lainnya dikenal dengan nama realistik, jenis jalinan relasi hubungan ini juga salah satu ekspresi cinta yang sehat.  Ekspresi cinta realistik akan selalu sejalan dengan nilai dan norma yang berlaku. Selain itu juga cinta yang diberikan hanya cinta sewajarnya yang nggak berlebihah. Beda halnya dengan ekspresi cinta atau bucin fanatik yang sangat berlebihan hingga menjurus kepada overprotektif dan ingin menguasai penuh pasangannya atau juga melakukan tindakan diluar nalar yang mengatasnamakan cintanya.

Advertisement

Selain kedua jenis diatas, ada juga nih ekspresi cinta yang dinamakan Idealistik, dimana hubungan idealistik ini berkaitan erat dengan prinsip yang dibangun oleh kedua pasangan dan tidak membedakan – bedakan perlakuannya. 

Meskipun begitu ekspresi cinta yang akan dipilih atau digunakan tentu saja bergantung individu dan pasangannya.  Logika harus selalu melekat pada dirikita walau diterjang oleh badai cinta.  Meskipun dalam kacamata psikologi saat seseorang membucin, orang tersebut tidak lagi meliha seseorang dari kacamata yang logis. Pun ada juga istilah Cinta dengan logika adalah kefanaan belaka hehehhe

3. Film, Serial Drama, Kisah Romansa Serta Sosial Media Berperan dalam Perilaku Ekspresi Cinta Seseorang

Menonton Film by Andrea Piacqualdo on Pexels.com

Menonton Film by Andrea Piacqualdo on Pexels.com via https://www.pexels.com

Film menjadi jendela masyarakat yang yang dapat membangun nilai dan gaya hidup yang berlaku.  Kehadiran film dan drama percintaan tentu didalamnya menghadirkan nilai, norma dan tingkah laku berpacaran itu sendiri.  Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa film akan mempengaruhi seseorang secara emosional dan tingkah laku jika ditonton secara terus menerus.  Misalnya ketika seseorang menonton film atau drama yang penuh romansa, dimana kisah romansa tersebut memberikan emosional yang “ngena” kepada yang menontonnya.  yang didapatkan saat menonton film percintaan itulah yang sekiranya dapat mempengaruhi dan membangun serta mengidealkan gaya berpacaran seseorang. Terlebih yang menontonnya adalah muda-mudi yang sedang diterjang asmara cinta. Hehehe

4. Bucin Tetap Harus Tetap Berlogika

Lilin Hati dan Otak by DS Stories on Pexels.com

Lilin Hati dan Otak by DS Stories on Pexels.com via https://www.pexels.com

Jika dilihat kembali, jatuh cinta seolah berjalan diluar tatanan logika.  Hal tersebut bukan semata-mata terjadi pada satu orang saja.  Pada masa awal jatuh cinta reaksi kimia dan hormonal dalam tubuh akan membuat perasaan euphoria dalam diri, perasaan berbunga-bunga, sehingga mendorong diri kita melakukan sesuatu diluar nalar itu.  Sekali lagi, cinta selalu harus dengan logika.  Itu sebabnya ada hal yang disebut “PDKT” untuk meminimalisir diri dari mencintai orang yang salah berakibat patah hati sedalam-dalamnya.  Maka disana pula lah kita perlu membangun logika kita dalam mengenali pasangan. 

Setelah jatuh cinta orang akan berusaha menciptakan cinta itu sendiri karena tubuh tidak bisa membuatnya secara otomatis lagi.  Hal tersebut pula mungkin yang membuat hal bosan dalam menjalin hubungan muncul.   Evaluasi dengan logika dalam menjalin hubungan dengan seseorang memang diperlukan agar tidak mengalami patah hati berat kemudian.

5. Jadi Bucin Itu Gak Salah kok

Karya Seni Batu by Pixabay on Pexels.com

Karya Seni Batu by Pixabay on Pexels.com via https://www.pexels.com

Dengan semua stigma negatif yang beredar, menjadi bucin itu nggak salah kok.  Menjadi bucin sah-sah saja.  Bahkan beberapa orang menganggap menjadi bucin sendiri memberikan suatu energi atau semangat dalam menjalani harinya.  Ada secercah tujuan yang selalu membuatnya menjadi fokus dalam melakukan suatu hal.  Seperti bucin ala anak SMA atau mahasiswa yang dikatakan dapat meningkatkan semangat belajarnya.  Atau ekspresi cinta yang dikaitkan dalam semangat bekerja karena harus segera meminang kekasihnya.  Semua wajar-wajar saja.  Asalkan dalam porsi dan kadar yang sewajarnya juga.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE