Surat Terbuka untuk Ayah Tercinta. Terima Kasih untuk Segala Kasih Sayangmu yang Tak Terkira

Kisah bersama ayah

Kekhawatiran saat engkau mengenggam tangan ibu untuk menyambut kedatanganku di bumi ini berbuah senyum sumringah di bibirmu saat tangisanku menggema dalam ruangan. Kau menyambutku dengan kedua tanganmu, menggendongku yang terus menerus menangis tiada henti. Kau kumandangangkan panggilan adzan dalam telingaku, mancoba menenangkanku dengan lafaz-lafaz Allah yang indah. Perlahan tangisan ini memudar, merasa nyaman berada dalam dekapanmu, Ayah.

Advertisement

1. Kau berjuang untukku

berjuang untukku | Photo by Katie E

berjuang untukku | Photo by Katie E via https://www.pexels.com

Engkau memang tak selalu bersamaku, tapi aku tahu kau tengah berjuang untukku. Kau bekerja membanting tulang untuk memenuhi segala kebutuhanku. Tak ingin aku kekurangan sedikitpun. Penatmu akan musnah saat bertemu dengaku. Dan senyumku akan sumringah saat melihatmu. Menyambutmu dengan tawa suka cita.

Walau tak selalu bersama, kau tetap menemaniku mulai dari aku belajar merangkak, berjalan, hingga berlari. Kau selalu ada di setiap moment-moment itu. Membantuku melakukan semuanya dengan segenap jiwamu. Saat waktu luang kau menghabiskan waktu denganku, bermain bersenda gurau, mengajakku jalan-jalan dan banyak mengenalkan berbagai hal baru padaku. Kala itu aku hanya ingin bersamamu.

Advertisement

2. Kau mengajarkanku arti sebuah kemandirian

arti mandiri | Photo by Josh Willink

arti mandiri | Photo by Josh Willink via https://www.pexels.com

Saat aku mulai memasuki usia sekolah, kau perlahan mengajarkanku arti sebuah kemandirian. Kau yang dulu senantiasa selalu siap untuk mengantarku setiap paginya, perlahan mulai melepaskanku untuk berangkat dan pulang sekolah sendiri. Awalnya mungkin ku merasa takut, namun berkat doronganmu aku mulai memberanikan diri. Pada masa itu, kau mulai memperlihatkan kemarahanmu jika aku melakukan suatu kesalahan. Kau akan marah, membentakku terlebih jika aku menangis. Tangisanku akan semakin membuatmu marah, karena kau membenci tangisan yang membuatku lemah. Saat itu ketergantunganku padamu mulai berkurang.

3. Mulai ada jarak dalam hubungan kita

ada jarak | Photo by Ketut Subiyanto

ada jarak | Photo by Ketut Subiyanto via https://www.pexels.com

Saat ku mulai beranjak remaja hubungan kita mulai berjarak. Aku tak lagi menceritakan semua hal padamu. Kaupun juga mulai menjaga jarak denganku karena diriku kini yang sudah bertumbuh dewasa yang tidak bisa kau dekap seperti dulu saat ku masih kecil. Kau lebih memilih untuk sibuk dengan urusanmu. Hubungan kitapun sudah tak seperti dulu lagi.

 

Advertisement

4. Kemandirian yang kau ajarkan membuatku berani

jadi berani | Photo by just name

jadi berani | Photo by just name via http://https

Kemandirian yang kau ajarkan memantapkanku untuk membuat keputusan merantau untuk menuntut ilmu. Engkau dan ibu pun mendukungnya. Kau berkata untuk selalu menghubungimu jika membutuhkan sesuatu, kau akan selalu siap untuk membantuku apapun itu, sejauh apapun itu. Meski tak sedekat dulu, kau selalu siap kapanpun aku membutuhkanmu. Tanpa dekapan, tanpa pelukan, hanya ciuman tangan yang bisa kulakukan untuk membalasmu. Kaupun tak berkomentar.

5. Saat aku berhasil menggapai impianku

mencapai mimpi | Photo by Andre Furtado

mencapai mimpi | Photo by Andre Furtado via https://www.pexels.com

Saat ku berhasil menggapai mimpiku, kau memang tak mengucapkan selamat. Kau hanya tersenyum bangga mengatakan pada orang itu anakku, dia berhasil, dia hebat. Fikiranku yang dangkal menganggapmu terlalu berlebihan menyombongkan diriku yang masih belum apa-apa pada orang lain. Hubungan kita bertambah renggang. Aku tak lagi berbicara padamu jika tak penting.

6. Aku mulai mengkhawatirkanmu

mulai khawatir | Photo by Matthias Zomer

mulai khawatir | Photo by Matthias Zomer via https://www.pexels.com

Waktu berjalan berlalu. Pekerjaanku yang terkadang bertemu pria paruh baya yang sudah tua mengingatkanku padamu yang semakin menua. Aku yang jauh darimu terkadang merindukanmu. Bertanya dalam hati apa kabarmu? Bagaimana keadaanmu? Apakau baik-baik saja? Kerenggangan hubungan kita membuatku gengsi untuk bertanya secara langsung. Tapi sungguh, aku mengkhawatirkan dirimu.

7. Kukenalkan dia padamu

kenalkan dia | Photo by Furkanvari

kenalkan dia | Photo by Furkanvari via https://www.pexels.com

Dan tibalah saat aku membawa seorang pria lain, mengenalkannya padamu dan yang lainnya. Kau menyuruhku untuk pergi sebentar meninggalkanya dengan dirimu untuk berbicara berdua. Kau tanyakan berbagai hal padanya tentang diriku. Kau ingin memastikan dia adalah yang terbaik untukku, untuk kehidupanku selanjutnya. Kau memastikan agar dia selalu ada untukku, selalu sigap membantuku. Kau memastikan dia orang yang tepat untuk menjadi penggantimu menjaga diriku.

8. Kau mengantarkanku dalam kehidupan berikutnya

aku meninkah | Photo by Cleyder Duque

aku meninkah | Photo by Cleyder Duque via https://www.pexels.com

Hingga pada saatnya kalian 2 pria yang paling berarti dihidupku berjabat tangan berhadapan satu sama lain. Dengan sebuah ijab qabul, kau mengantarkaku dalam kehidupan selanjutnya dimana ada pria lain yang akan melanjutkan perjuanganmu menjagaku. Tangisanku pecah saat dirimu menyelesaikan kalimat ijab yang berarti menyerahkan diriku padanya. Aku tak kuasa membendung air mata ini. Senyummu saat ijab qabul berakhir, senyum yang ku lihat dalam bayangan saat aku terlahir ke bumi ini. Terima kasih telah menjagaku dalam suka maupun duka. Bagiku kau akan tetap menjadi laki-laki yang pertama dalah hatiku. Ayah.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just ordinary girl who likes to write

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE