Pendidikan Tinggi dan Terkenal Tidak Menjamin Seseorang Memiliki Moral yang Baik.

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak memiliki etika, sama saja bohong

Di zaman sekarang ini, kenapa sih malah makin banyak orang-orang yang semakin kehilangan etikanya, padahal sudah banyak masyarakat khususnya di kota-kota besar itu berpendidikan tinggi dan juga mempunyai tanggung jawab sebagai individu.

Makin banyak tindakan manusia di media sosial yang kita lihat sehari-hari semakin tidak beretika. seolah mereka lakukan hal-hal tersebut seperti tidak ada beban moral sama sekali sebagai manusia.

Sebagai contoh, misalnya tentang kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan, publik figur yang terjerat kasus prostitusi online dan narkoba, politikus yang terkena kasus korupsi, pemerkosaan seorang guru kepada murid nya dan lain  sebagainya.


Sebelum kita membahas lebih jauh, kita akan memahami dulu apa itu etika. 
Secara etimologis etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti  custom atau kebiasaan yang berkaitan dengan tindakan atau tingkah laku manusia, juga dapat berarti karakter manusia. ethos memiliki makna anaction the is ones own suatu tindakan yang di lakukan seseorang dan menjadi miliknya. makna ethos semacam ini juga di miliki bahasa latin mores yang dari nya kata moral diturunkan. dengan demikian etika dan moral adalah sinonim.

Ada 5 hal yang menjadi sebab kurang nya etika dan moral dari masyarakat modern belakangan ini. dan tentu itu bukan terjadi begitu saja, ada yang menjadi sebabnya. dan alangkah baiknya kita memahami ini, untuk menjadi reminder untuk keluarga dan terutama diri kita sendiri.

1. Pendakalan Nilai Manusia Modern

Kaique Rocha Potret Manusia di jalan Kota Pexels

Kaique Rocha Potret Manusia di jalan Kota Pexels via https://www.pexels.com

Kita manusia di ciptakan oleh sang Pencipta tentu nya bersama dengan akal budi. perbuatan moral mencetuskan kodrat manusiawi sekaligus mulia, perbuatan macam inilah yang menjadi lapangan penjelasan etika, karena perbuatan ini normatif mengajukan nilai-nilai.

Sederhana nya suatu nilai berkaitan dengan perbuatan manusia. artinya perbuatan manusialah ( dalam makna perbuatan di cakup pula aktivitas berpikir, mempertimbangkan, memutuskan, mempraktikkan, menindaklanjuti dan seterusnya ) yang berperkara dengan suatu nilai.

Sebagai contoh seorang wanita yang menjalani hubungan percintaan dengan kekasihnya, lalu hal yang tak terduga pun terjadi. wanita itu hamil akibat hubungan nya dengan kekasihnya itu. dan karena mereka berdua belum siap untuk menikah dan takut nanti akan mendapatkan masalah lebih berat, mereka memutuskan untuk mengaborsi nya.

Ada pergeseran nilai yang ketika mereka memutuskan mengaborsi janin tersebut. secara akal budi mereka, pasti ada perdebatan batin yang luar biasa, tapi karena ketakutan dan pergeseran nilai alhasil keputusan aborsi tetap mereka pilih. entah di zaman sekarang aborsi sudah menjadi lumrah dan biasa, atau karena lingkungan pertemanan mereka menganggap aborsi adalah jalan keluar paling benar terlepas dari perdebatan batin mereka. karena bagaimanapun juga itu berarti mereka membunuh darah daging mereka sendiri.

2. Distorsi Teknologi dan Media sosial

Lisa Fotios Selective focus fotografi Pexels

Lisa Fotios Selective focus fotografi Pexels via https://www.pexels.com

Perkembangan teknologi dan media sosial, tentu saja yang menjadi faktor yang sangat berpengaruh besar dalam merosotnya nilai etika masyarakat modern khususnya generasi milenial. 

 

Di media sosial kita sering menjumpai postingan kekerasan, perkelahian atau tindakan yang terlalu vulgar dan sebagainya.   kurangnya kita juga memfilter setiap informasi yang di posting orang-orang di media sosial,  membuat kita menjadi semakin terbawa distorsi dalam pergeseran nilai etika dan moral kita. 

 

Sebagai contoh ada anak muda postingan di media sosial seorang anak yang menjahili orang tua nya, ada yang memaki orang tua nya atau lebih parah lagi sampai berani menyiksa orang tua nya. media sosial seperti nya sudah tidak bisa di bendung lagi, kita sendirilah yang mestinya harus membatasi diri kita dan keluarga kita dari media sosial yang tentunya lebih banyak bias dan distorsi Infomasi dan fakta. 

 

Lalu untuk teknologi, penemuan alat kontrasepsi kita tidak bisa di pungkiri mungkin awal di ciptakan  memang untuk mencegah HIV/AIDS atau lainnya. tapi semakin ke sini justru prespektif nya berubah, seolah teknologi itu di gunakan untuk mengesahkan hubungan di luar pernikahan agar tidak menjadi janin. padahal kalau kita pikirkan secara etika hal itu justru bertentangan, dan di tambah lagi sudah menjadi bisnis, maka. tak akan ada  yang bisa membendung nya, urusan itu mempunyai landasan etika atau moral di kesampingkan.

3. Gaya Hidup dan Juga Kebiasaan

Andrea Puacadio Woman Wearing Maroon Pexels

Andrea Puacadio Woman Wearing Maroon Pexels via https://www.pexels.com

Belakangan ini kita sering melihat berita perihal korupsi. sebelum kita membahas lebih jauh, tentu kita sepakat secara etika dan moral bahwa korupsi itu perbuatan yang tidak baik atau melanggar hukum. tapi mengapa masih banyak yang melakukan nya ? 

Tentu saja karena gaya hidup dan kebiasaan, seperti yang kita tahu bahwa mereka yang korupsi dengan jumlah angka yang sangat banyak, adalah mereka yang juga sebenarnya juga sudah lebih dari cukup secara materil. tapi seperti kata pepatah korupsi itu layaknya kita melepas dahaga dengan air di lautan, makin banyak kita meminum nya maka akan semakin merasa dahaga kita. 

Saya rasa mungkin di masa 200 tahun yang akan datang jika etika dan moral suatu bangsa tidak di perbaiki, secara hukum positif / hukum manusiawi, bisa jadi korupsi akan di anggap biasa-biasa saja. tidak ada beban moral ketika kita ingin melakukan korupsi, dan ketika itu terjadi hanya akan ada kehancuran dan kerusakan.

Gaya hidup seperti memang menjadi sumber dari perubahan setiap individu dan komunitas. ketika kita terbawa akan gaya hidup tertentu kita tidak akan mempersoalkan lagi, apakah dampaknya baik atau buruk untuk kita kedepannya. terlalu terperdaya akan globalisasi dan media sosial dari luar sana, yang mungkin justru lebih banyak dampak negatif nya untuk kita baik secara materil dan moral.

4. Mengikis nya pengetahuan soal moralitas perihal agama

Tima Miroshniche Photo Of Man Pexels

Tima Miroshniche Photo Of Man Pexels via https://www.pexels.com

Sebagai mana kita tahu bahwa agama selalu mengajarkan setiap pemeluknya untuk melakukan hal yang baik. sebagai umat Islam saya mengenal yang di sebut akhlak. akhlak adalah pondasi setiap umat Islam untuk menjaga setiap gerak dan pikirnya dalam memutuskan sesuatu, apakah ini bertentangan dengan ajaran agama saya atau tidak. 

Bahkan sebagai manusia saya tahu di agama islam di ajarkan perihal jujur, tidak boleh berbohong, tidak boleh membunuh, harus menghormati orang yang lebih tua dan sebagainya. 

Itu harusnya menjadi pondasi setiap individu untuk senantiasa mengedepankan etika, moral dan akhlak nya dalam setiap gerak dan keputusan yang ia pilih ambil. karena setiap pilihan yang kita akan ambil, tentu akan di pertanggung jawaban kembali ke kita. 

Karena sejatinya manusia terikat oleh hukum baik secara terikat maupun secara etika dan moralitas. menurut Thomas Aquinas hukum di bedakan menjadi : eternal ( hukum Abadi ), natural ( Hukum Natural ), divine ( Hukum Ilahi ), Human ( Hukum manusiawi ).

5. Ketika Kepedulian di Anggap Aneh

Pixabay 2 Person Holding Pexels

Pixabay 2 Person Holding Pexels via https://www.pexels.com

Ketika orang peduli takut di bilang kepo, ketika orang bermaksud respect di kira modus, ketika orang bertanya di kira bodoh. Mengapa kita jadi begitu cepat menyimpulkan sesuatu ? padahal kita belum tahu maksud dari tujuan orang itu ke kita. dengarkan lah dulu, diskusikan terlebih dahulu, bukankah dengan diskusi kita bisa lebih bisa saling memahami satu sama lain. 

Banyak di luar sana orang-orang yang mempunyai pendidikan  tinggi bahkan sampai pergi ke luar negeri, tapi sayangnya miskin moralitas. memandang orang lain lebih rendah dari dirinya. Padahal manusia itu derajat sama di mata hukum.  tapi karena arogansi kita, keangkuhan kita merasa yang paling pintar, kaya, berwawasan dan sebagainya. membatasi diri kita sendiri. 

Ketika ada kecelakaan kita lebih suka merekam video dan memposting di media sosial kita ketimbang membantu nya secara langsung. atau ketika kita melihat ibu-ibu berteriak minta tolong karena tas nya di copet, kita lebih suka pura-pura tidak tahu sama sekali dan pergi meninggalkan nya begitu saja, karena kita pikir itu bukan urusan kita. 

Atau ketika ada ibu-ibu tua renta yang mengemis di depan rumah kita, malah di maki-maki dan di usir. toh jika pun kita tidak ingin memberikan nya sedekah kita bisa berbicara dengan sopan kepada mereka.

Atau ketika ada seseorang yang fisiknya tidak sesempurna kita, lebih sering mengejeknya dan menghina nya sebagai bahan canda tawa kita.

Apakah hati dan akal kita sampai sesakit itu hingga kita tidak bisa membedakan lagi mana yang bertentangan dengan etika dan moral, mana yang tidak ? 

Apakah kita semakin mudah kita mendapatkan sesuatu, semakin maju peradaban kita, justru menghilangkan esensi kita sebagai mahluk yang beretika dan bermoral ? 

Lalu apakah akan tiba di suatu masa manusia  mulai kehilangan rasa dan nilai nya sebagai manusia, yang tak lebih dari sekedar cangkang kosong yang tak mempunyai makna sama sekali ? 

Mari mulai asah kembali kepekaan kita, kepedulian kita, sebagai mahluk yang mempunyai akal budi yang luhur sebagai manusia, bukan sebagai zombie. 

 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Cuma ingin menulis, semoga bermanfaat dan terhibur.