6 Hal yang Menyebabkan Makin Dewasa Seseorang, Sifat Nggak Enakan Makin Susah Hilang

Kenapa makin dewasa, sifat nggak enakan makin susah hilang

Bagimu bilang tidak adalah suatu dosa besar yang harus dihindari. Apalagi jika yang minta bantuan orang-orang terdekat, semacam ada aturan tak tertulis yang bikin kamu harus mengiyakan permintaan mereka. Awalnya kamu berpikir sifat nggak enakan ini akan pudar ketika kamu dewasa nanti. Makanya dari kecil sampai remaja dulu kamu iyain aja setiap permintaan. Namun kenyataannya, saat kamu udah dewasa seperti saat ini, sifat nggak enakan masih melekat erat pada diri. Jangankan hilang, berkurang pun tidak. Kamu justru  merasa semakin nggak enakan sama orang-orang.

Advertisement

Nggak perlu menyalahkan keadaan kalau makin dewasa kamu malah semakin nggak enakan. Yuk sama-sama dipelajari kenapa sifat nggak enakan ini tak lekas hilang meski kamu udah makin dewasa menjalani kehidupan.

1. Sebab tak punya teman yang bertahan di sisi itu rasanya tak enak sekali. Dan sifat nggak enakan ini merupakan usahamu agar tak merasa sendiri

Kalau menolak, kamu takut seumur hidup akan sendiri via www.unsplash.com

Salah satu ketakutan terbesar ketika menjadi dewasa adalah hidup kesepian. Apalagi ada sebuah kenyataan bahwa makin bertambah usia, teman makin berkurang. Udah teman makin sedikit, pacar pun tak punya. Baru membayangkan saja kamu udah telrihat menyedihkan. Hal inilah yang akhirnya buatmu berpikir untuk tetap menjadi orang yang selalu mengiyakan agar kelak tak berakhir selamanya sendirian.

2. Makin dewasa kamu juga makin berpikir panjang. Daripada kelak tak ada yang membantu kala kesulitan, lebih baik diiyain aja kalau ada teman yang minta pertolongan

Duh, gimana kalau… via nessakphotography.com

Tak bisa dipungkiri semakin kamu tumbuh dewasa, pola pikirmu juga makin berkembang. Kamu yang dulu hanya berprinsip, jalani dulu aja, sekarang lebih berpikir panjang. Misal kalau sekarag menolak permintaan orang, pasti akan ada akibatnya di masa depan. Makanya sifat nggak enakan ini kamu pertahankan sampai sekarang, meski seringnya kamu keteteran sendiri karena kewajiban malah dikesampingkan. Tujuan kamu mempertahankan sifat nggak enakan ini pun hanya satu, supaya masih ada yang membantumu di masa depan. Namanya cobaan nggak ada yang tahu kan?

Advertisement

3. Kehidupan sebagai orang dewasa ternyata jauh lebih sulit dibanding dulu saat masih remaja. Salah satu penolongmu ya dengan mengandalkan “iya” tiap permintaan

Hidup jadi orang dewasa ternyata makin sulit juga via www.unsplash.com

Saat masih kecil dulu, masalah terbesarmu hanya seputar PR matematika. Pun ketika saat remaja, masalah paling kamu takuti hanya ketahuan bolos les sama orangtua. Berbeda lagi ketika kamu semakin dewasa seperti saat ini. Hidupmu seakan tak hentinya dihadapkan dengan masalah yang semakin menantang. Mau resign tapi bingung mau lanjut dimana, mau jalan-jalan buat penyegaran tapi harus segera bayar tagihan, pun kamu tetap butuh teman meski mereka kadang nusuk dari belakang. Agar bisa bertahan di kehidupan orang dewasa, kamu pun mencari banyak cara. Salah satu cara paling logis dan dekat denganmu ya dengan mempertahankan sifat nggak enakan ini. Meski pun kamu tahu, ketika kamu mempertahankan sifat ini, kesempatan untuk berkembang makin sulit lagi.

4. Hukum alam yang ada ketika kamu dewasa juga makin ganas. Sekali bilang tidak, selamanya orang-orang akan menganggapmu sosok yang minim peduli

hukum alam ketika udah dewasa memang ganas! via www.unsplash.com

Eh jangan mau nebengin dia. Dulu dia pernah nolak bantuin aku soalnya!

Layaknya hukum aksi reaksi dalam fisika, kehidupanmu sebagai orang dewasa juga punya hukumnya sendiri. Kalau bisa dikatakan, hukum alam yang berlaku sebagai orang dewasa jauh lebih rumit dan berat. Salah satunya ketika kamu sekali mengatakan sesuatu. Ketika kamu sekali bilang tidak pada permintaan seseorang, mereka akan menganggapmu sosok yang minim peduli. Anggapan ini pun akan bertahan lama, tak hanya sampai hitungan hari. Dan menjalani hidup dengan anggapan negatif itu memang sulit sekali. Makanya kamu tak punya pilihan lain, selain jadi orang nggak enakan ini.

Advertisement

5. Makin ke sini, usaha orang-orang untuk mendapatkan bantuanmu juga makin beragam. Kamu jadi sering nggak sadar telah mengiyakan padahal awalnya nggak minat

Mereka semakin tricky via www.unsplash.com

Awalnya mereka baik-baikin kamu. Mereka mengajakmu masuk ke lingkungan mereka, katanya sih hanya karena ingin berteman aja. Namunlama kelamaan kamu jadi kayak disetir sama mereka. Tiap ada masalah, kamu jadi seseorang yang harus maju paling depan. Makin ke sini, usaha orang-orang untuk memanfaatkanmu makin beragam. Pengalaman selama menjadi orang nggak enakan selama ini pun ternyata kurang cukup untuk buatmu paham. Akibatnya kamu jadi terjebak dalam lingkarang pertemanan nggak sehat ini. Mau keluar pun sulitnya setengah mati karena kamu udah masuk terlalu dalam.

6. Karena udah terbiasa jadi orang nggak enakan, alam bawah sadarmu merasa enggan untuk meninggalkan zona nyaman. Giliran dicoba, kamu seakan jadi orang lain

Kamu terjebak dalam sifat ini terlalu dalam via www.unsplash.com

Kalau dihitung-hitung, udah 20 tahun lebih kamu hidup sebagai orang nggak enakan. Dari kecil sampai detik ini, semua permintaan dari orang kamu iyakan. Karena terlalu lama ‘nyaman’ dengan sifat ini, kamu jadi merasa bukan dirimu lagi ketika berusaha menghilangkannya. Kamu bahkan merasa aneh dan jahat sekali ketika hanya menolak tawaran sales yang menghubungi untuk menawarkan asuransi. Kalau udah seperti ini, kamu mau tak mau tetap mempertahankan sifat nggak enakan ini sampai sekarang. Daripada terus menjadi orang lain dan menjalani hidup dengan tidak nyaman.

Kamu yang sampai sekarang masih terjebak di zona nggak enakan, semoga lekas diberi kekuatan untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi. Toh jadi orang nggak enakan tak sepenuhnya merugikan. Masih ada hal-hal positif yang bisa kamu pertahankan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Not that millennial in digital era.

CLOSE