Sekolahku Mesin Pencetak Nilaiku

Status pendidikan seseorang di Indonesia adalah hal yang sangat dipandang. Hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengenyam pendidikan 12 tahun dan tidak jarang bahkan sampai perguruan tinggi. Mereka percaya bahwa pendidikan diperlukan untuk menciptakan manusia seutuhnya. Pendidikan yang semakin tinggi juga menentukan kualitas SDM di negara tersebut. Anggapan ini tidaklah salah karena sudah terbukti di berbagai negara. Namun, di Indonesia terjadi kesalahanpemahaman mengenai hasil dari pendidikan. Nilai-nilai pengetahuan dijadikan tolak ukur seberapa cerdas seseorang tanpa melihat faktor lainnya.

"Lihat itu, nilai Si B nilainya 96, pintar sekali, masa kamu nggak bisa sih?" Kata-kata yang mudah saja terlontarkan oleh para orang tua kepada anaknya. Kalimat membandingkan dan paksaan dari orang tua yang menekan putra-putri mereka harus mendapatkan nilai bagus. Hal tersebut memunculkan suatu pemahaman yang salah kepada peserta didik, bahwa mendapatkan nilai bagus adalah segalanya.

Orientasi yang tinggi terhadap nilai ini menekan anak untuk selalu membaca buku serta melakukan aktivitas yang berhubungan dengan buku. Aktivitas bermain dan bersosialisasi anak pun menjadi berkurang. Akibatnya, waktu untuk menyalurkan hobi anak tidak ada. Hal ini berdampak pada tidak berkembangnya bakat anak dengan optimal. Padahal, belajar tidak melulu tentang buku. Lingkungan sekitar atau lingkungan masyarakat pun bisa dijadikan media pembelajaran. Kemampuan untuk bersosialisasi dan berkolaborasi banyak kita dapatkan di lingkungan masyarakat sehingga tanpa sentuhan dari lingkungan masyarakat, seorang anak akan sulit peka terhadap permasalahan sosial. Hal ini menyebabkan ilmu anak tidak berkembang di mata sosial. Bahkan akan tertinggal jauh dari kehidupan abad 21 ini.

Selain berpengaruh terhadap perkembangan sosialisasi anak, obsesi untuk mendapatkan nilai yang tinggi ini juga berpengaruh pada keadaan psikologi anak Orang tua atau guru yang menuntut anak untuk selalu bergaul dengan buku menyebabkan anak tertekan, stress, bahkan frustasi. Akibatnya timbul rasa tidak nyaman dalam diri anak. Apabila diteruskan, akan berdampak tidak baik bagi kesehatan maupun kepribadian anak. Akibat tekanan ini, terkadang peserta didik akan terdorong menempuh jalan yang tidak baik demi memenuhi tuntutan yang dibebankan.

Kompetisi yang tidak sehat pun tercipta, peserta didik terobsesi untuk mendapatkan nilai yang tinggi untuk memenuhi syarat siswa cerdas agar terhindar dari ucapan membandingkan yang dilontarkan orang tua mereka. Menyontek menjadi jalan keluar bagi para siswa yang sulit menghafal dan untuk mencapai nilai yang bagus dalam bidang pengetahuan.

Pendidikan adalah proses untuk membentuk perkembangan anak dan membiasakan kebiasaan yang baik dan sifat-sifat yang baik guna mencapai kebahagiaan anak. Pendapat Ibnu Sina, seorang ilmuwan muslim yang menguasai hampir semua bidang pada masanya.

Menghalalkan berbagai cara kotor untuk mencapai nilai bagus sangat jauh dari arti kebiasaan baik. Pendidikan yang telah berjalan di Indonesia sangat jauh dari arti pendidikan menurut Ibnu Sina. Siswa merasakan tekanan dari keluarga serta atmosfer kompetitif yang sangat tidak sehat untuk pembelajaran di sekolah. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pendidikan seharusnya tidak terdapat pemaksaan kehendak seorang pendidik (orang tua) kepada peserta didik. Menciptakan kondisi yang kondusiflah yang harus dilakukan oleh pendidik agar memudahkan peserta didik mengembangkan dirinya secara optimal.

Perlu ditekankan kembali kepada para orang tua bahwa kemampuan setiap anak berbeda. Selain itu, di samping kemampuan pengetahuan (kognitif), kemampuan keterampilan (psikomotorik) justru sangat penting karena akan berguna saat memasuki dunia kerja. Pendidikan karakter juga harus berjalan di setiap bidang yang diajarkan.

Perlu diadakannya keseimbangan pembelajaran pendidikan pengetahuan (kogitif) serta keterampilan (psikomotorik) yang diimbangi dengan pendidikan karakter. Menciptakan perilaku terpuji yang akan terus terbawa higga lulus. Dengan keseimbangan tersebut, akan tercipta lulusan SDM yang berkualitas.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini