Ada Saatnya Kita Harus Merelakan Setelah Kesetiaan Diabaikan, Sembari Berharap Ada Orang Baru yang Menggantikan

kita merelakan setelah kesetiaan diabaikan

Sudah bukan waktunya lagi untuk memperjuangkan masa lalu. Bukan karena gampang menyerah. Bukan juga karena sudah tidak ada lagi kenyamanan dalam kebersamaan. Ini soal pilihan. Kita butuh bergerak. Membalut luka yang terlanjur membuat hari-hari terasa tak berarti. Menghentikan usaha keras yang selalu menentang garis takdir. Kita perlu melupakan dan memberi kesempatan orang baru untuk singgah dalam hati, sehingga suatu hari mungkin saja ia akan menetap di dalamnya.

Advertisement

Persis saat ini, aku yang telah melepas beban sejarah. Sehingga, aku tidak tenggelam lagi pada kenangan yang hanya membuatku seakan mati. Aku masih ingin hidup. Dan seseorang hadir membantu serta menyembuhkan perasaan itu.

Lalu, waktu yang berjalan rupanya menuntun aku mencoba lebih dekat, dengannya. Berusaha mengenal satu sama lain. Memunculkan perasaan, menguatkan cinta. Terkesan terlalu cepat. Tapi, sejatinya tidak ada yang bisa menebak, perasaan bisa datang melalui apa, kapan dan pada siapa saja. Aku benar-benar menyimpan hati untuknya.


Perkenalan singkat bisa menumbuhkan cinta, tanpa peduli alasan yang menyertainya.


Advertisement

Meski pertemuan hanya sebatas dunia layar monitor, hadirnya tetap nyata. Dia yang berada di seberang sana telah menyadarkanku bahwa yang kualami belum seberapa. Memang, jarak dan waktu sedang tidak berpihak. Namun apalah arti keduanya, hanya sebatas hitungan angka. Rasa ini justru meringkas segalanya dan membuatku seolah dekat bersamanya.

Mungkin sudah jalannya, aku harus meniadakan sepi yang selama ini melahap hidup. Sebab tidak sedikitpun aku menduga akan menemukan sosoknya. Dia yang dapat melupakanku pada tiap pilu di masa silam.

Advertisement

Segenap rindu yang selalu lahir, cuma mampu kubayar dengan potret dirinya. Penawar sendu kala aku merasa sunyi. Wajahnya menjadi candu, ingin selalu memandangnya. Dengan iris berwarna cokelat, mata itu semakin menggetarkan hati yang kupunya. Kemudian bibir yang melengkapi indah rupanya menjadi alasan aku bungkam dan membiarkan jiwa yang berbicara bahwa aku menyayanginya dengan mantap.


Foto selalu menyimpan histori

Foto sebagai obat saat ingatan mulai pudar

Foto adalah penguat, penawar rindu


Sampai sejauh ini, aku dan dirinya belum berkomitmen. Yang jelas aku sudah mengutarakan isi hati ini padanya. Aku tidak mau memutuskan sepihak, memaksanya memilih diri ini. Biarkan dia juga bisa menentukan pilihan, memperbaiki jalan, menetapkan langkah. Karena yang aku tahu, dia juga sedang berusaha berpaling dari ingatan-ingatan yang dahulu. Melepas diri dari belenggu mimpi dan andai-andai bersama seseorang yang dipilih tapi tak memilihnya.

Aku sadar, loyalitas memang baik, tapi tidak berguna apabila yang disetiakan malah abai. Biarkan siapapun itu akan menyesal telah menyia-nyiakan janji yang diingkari. Aku pun pernah berada pada posisi serupa. Saat aku kembali pulang dengan mengabaikan konsekuensi akan merasakan kesakitan yang sama. Benar saja, berkali-kali pahit itu selalu datang. Kali ini, mungkin kita butuh pergi, mencari rumah baru. Kita berhak bahagia. Dan ingin kucapai kebahagiaan itu, bersama dia.


Masa lalu bukan penghalang untuk menjadikan hari ini lebih indah


Aku ingat ketika aku pertama kali memulai menyapanya melalui pesan instan. Mengajaknya berkenalan. Namun hanya ditanggapi seadanya. Dan aku pasrah saja. Tetap, hal itu tidak menyurutkan nyaliku, hingga keyakinan hinggap membesarkan tekadku untuk dapat bercengkerama dengannya. Itulah yang membikin aku berani memperkenalkan diriku dengan sejujur-jujurnya. Mengungkapkan dengan setulus-tulusnya. Sebab aku tidak akan pernah putus asa, sebelum aku sungguh-sungguh dalam berjuang, sampai aku tahu jawaban yang sekiranya nanti akan kuterima dengan ikhlas, apapun itu.

Tidak sebatas saling melempar kata lewat tulisan. Dirinya sempat melakukan panggilan suara untukku kala hari telah menginjak tengah malam. Tanpa pernah aku sangka sebelumnya. Dia menelepon seusai langit meluruhkan segala bentuk kesedihannya. Langit yang berupaya menghibur atas rindu yang terus tersimpan untuknya. Itu adalah momen pertama aku dan dia berbincang dalam suara. Senang rasanya. Seperti pelangi yang muncul selepas hujan berlalu, momen tersebut mengganti bias cahaya yang enggan muncul ketika langit pekat begitu menguasai malam.


Hujan, sebuah jelmaan rasa yang lahir akibat dua raga tidak berkawan dengan waktu dan jarak.


Lumayan banyak hal yang dibicarakan. Serius maupun bercanda. Semua lebur menjadi satu. Dan titik terang akan perjumpaan mulai mencuat dari sana. Aku mampu menunggu dengan baik, bersama waktu yang semakin dekat terhitung sejak obrolan itu berakhir. Sebenarnya, aku tidak ingin menyelesaikan kehangatan malam itu. Namun sebagai manusia yang bijaksana, kita harus memberi hak kepada tubuh untuk rehat dari bermacam-macam bentuk aktivitas yang melelahkan. Sedikit terpaksa. Lalu, jiwa mengantar lelap yang begitu dalam. Sudah lama tidak merasakan begini setelah berhenti dengan yang dulu.

Hari terus berganti, menggulirkan detik demi detik. Mengukir cerita segar. Relung hatiku tertawan rindu dengan hebat pada dirinya. Untung saja, berkat bertukar foto lagi, dapat kujadikan sebagai penawarnya. Mempertebal rasa, meneguhkan cinta.

Hadirnya telah memberikanku kesempatan mencintai kembali. Sebuah perasaan yang tidak mampu disingkap secara lengkap. Bahkan barisan aksara ini hanya menggambarkan secuil dari rasa itu. Sebab rasa sayang yang kupunya melebihi yang dia tahu.


Tidak ada rangkaian kalimat yang mampu merefleksikan arti cinta sesungguhnya. Cinta itu abstrak, hanya dapat dirasakan.


Kedepannya, aku hanya bisa berharap kisah ini mencipta kasih. Biarkan aku dan dia dapat saling memberi kesempatan untuk saling membuktikan bahwa aku baik untuknya, dan dia sempurna untukku. Izinkan aku mengisi harinya, dunianya. Izinkan aku mengasihinya dengan cinta terbaik yang kumiliki. Cinta penuh kesederhanaan, dan mungkin cinta yang biasa saja. Aku hanya akan menyerahkan segenap rasa ini sebaik-baiknya, semaksimal mungkin. Semoga kelak dirinya juga dapat mencintaiku dengan cara terbaiknya. Senantiasa berteman dengan rasa saling percaya satu sama lain. Berkawan dengan makna sebenar-benarnya cinta.

Akhirnya aku ingin bertanya, bagaimana bisa dia mencuri jantungku sesegera ini? Terlepas dari apapun jawabannya, semoga kasih sayang ini dapat membentuk hidup untuk menjadi lebih baik.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pria kelahiran 25 Januari dengan talenta sederhana, pecinta film thriller/horror/action, penyuka musik ballad, pencurhat lewat tulisan, perupa lewat lukisan.

Editor

une femme libre

CLOSE