Aku Mencintai Seorang Gay

Jika kau melihat tingkahku akhir-akhir ini, sudah selayaknya kau menduga bahwa aku tengah jatuh cinta.

Advertisement

Memang benar. Aku merasakan beberapa hal yang di miliki seorang gadis di mabuk kasmaran. Aku membenci romantisme, sebuah picisan murahan yang menurutku sangatlah norak. Aku membenci kesetiaan dalam hubungan, karena aku tahu realitanya kesetiaan hanyalah manis semata di mulut seseorang. Aku membenci segala hal yang berbau jatuh cinta, karena aku tidak percaya kalau perasaan itu benar-benar ada.

Namun.. Percaya atau tidak.. aku mulai meragukan pendapatku itu. Mungkin semenjak aku bertemu dengan dia.

Aku tidak yakin, apakah aku mencintainya? Tidak. Aku tidak berkeinginan untuk memilikinya.

Advertisement

Apa aku memperhatikannya? Ya, dan aku pun melakukannya tanpa sadar.

Dia menawan, meski ia selalu mengelak dan merendahkan dirinya sendiri, mengatakan kalau dirinya itu buruk rupa dan sebagainya hingga nyaris kupikir, "Mungkin ia tidak sadar kalau ia memiliki pesona yang kuat."

Advertisement

Dia tampan, terlalu tampan hingga ia terlihat cantik di mataku. Matanya bulat, hitam sehitam batu sungai yang basah oleh segarnya embun pagi. Bibirnya, merekah dan ranum seperti buah jambu yang masak, menawan dan begitu sensual di mata setiap orang yang memandang. Kulitnya halus dengan kesempurnaan pahatan wajah secantik aphrodite, hidung menjulang dan bulu mata lebat yang membuat setiap orang bernapas tertahan.

Ia terlalu sempurna. Terlalu sempurna sebagai seorang lelaki. Terlalu menawan seperti setangkai amaranthine yang tumbuh di antara kolam biasa.

Apa mungkin dia jelmaan malaikat? Entahlah, tapi kurasa ia mewarisi setiap jengkal kesempurnaan seorang malaikat.

Berhati rapuh, lembut selembut aroma gladiol di musim semi, namun terkadang ia dingin dan menakutkan seperti sebuah kaktus yang menyendiri di tengah gurun.

Aku tak pernah tahu.. apa yang sebenarnya ada dalam kepalanya. Aku terlalu takut mendekat karena sosoknya yang terlalu sempurna hingga aku merasa.. aku tak patut bersanding dengannya.

"Aku masih ingin menikmati masa lajangku.."

Benar. Aku dan dia pernah mengatakan hal serupa. Namun, terkadang aku penasaran.. apakah batin dan kedua belah bibirnya itu sejalan?

"Pernahkah kau jatuh cinta?"

"Pernah.."

"Pria atau wanita?"

"Aku pernah mengagumi seorang pria.."

Dan saat itulah, kepalaku serasa terbentur begitu keras. Aku tidak sakit hati, sejak awal mengenalnya, aku sudah mewanti-wanti diriku untuk tidak mudah jatuh dalam pesonanya. Aku tidak mencintainya, pun suka, tapi aku memperhatikan dan peduli padanya, itu saja.

"Kau mencintainya?"

"Tidak."

"Hei, dari sikapmu aku tahu kau menyukainya.."

"Aku sadar.."

"Sadar? Sadar akan apa?"

Aku menatap sepasang mata di depanku dengan tegas, ada pilu dan ketidak berdayaan dalam mataku yang berusaha kusembunyikan.

"Aku sadar.. mungkin aku telah jatuh dalam pesonanya."

"Lalu kenapa kau egois dan tidak mau mengakuinya?"

"Nuraniku berkata agar aku terus menolak perasaan ini."

"Mengapa?"

"Karena ia tidak tertarik padaku."

"Apa? Itu omong kosong. Kau cantik."

"Bukan aku.." aku menjeda, "Dia tidak tertarik dengan seorang wanita."

"A-apa?!"

"Benar.." aku tersenyum, berlawanan dengan kedua mataku yang berlinang air mata..

"Aku jatuh cinta.. dengan seorang pria gay.."

Apa yang menurut kalian menyakitkan di dunia?

Mencintai tapi tidak bisa memiliki?

Salah!

Bagiku..

Apa yang membuatmu sakit adalah..

Kau diam-diam berangsur mencintainya.. tapi sebelum kau memetik hasil akhir.. kau sudah tahu.. kalau ia tak pernah menjadi milikmu..

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

A little poor girl with amateur hobby about writing story

19 Comments

  1. Maretin Sandy berkata:

    aku pun mengalaminyaahh

  2. Saya juga mengalaminya.

  3. Onie Dian berkata:

    Saya juga…

  4. Paulina Lim berkata:

    Aku mngalaminya sekarang

  5. Syuhada Suraya berkata:

    Allah. Memang sakit. Aku pun merasakan nyaaa. Hmmm

CLOSE