Bekerja Sambil Berskripsi: Dilema Mahasiswa Semester Akhir

Perasaan campur aduk dari mahasiswa semester tua. Cek dulu skripsimu!

Menginjak semester 8 atau tahun terakhir dari masa perkuliahan pada umumnya memang menjadi masa-masa yang campur aduk.  Di mana pertanyaan kapan sidang? kapan lulus? kapan wisuda? sudah menjadi santapan sehari-hari. Dengan kegiatan yang repetitif setiap harinya, hanya mengerjakan skripsi, bimbingan, makan, dan tidur tentu membuat mahasiswa semester tua seperti saya merasa bosan dan gabut dengan waktu luang yang banyak. Apalagi jika progres skripsi kita sedang mentok ga ke mana-mana, hihi.

Advertisement

Untuk menyiasati kejenuhan dan mengisi waktu luang (serta rasa tidak enak untuk minta uang ke orang tua yang semakin meningkat hahahah) maka banyak mahasiswa akhir yang mengisinya dengan mencari cuan, baik dengan freelance, part time, ataupun full time. Setelah berbagai keluhan dan percobaan yang saya lakukan untuk mendapatkan pekerjaan yang sempat saya tulis sebagai artikel pertama saya di Hipwee, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan di masa masa akhir kuliah saya (setelah berbagai lamaran kerja yang dikirimkan dari awal masuk kuliah :D) but thats okay karena waktu dan momentum setiap orang berbeda. Namun, ketika sudah mendapatkan pekerjaan, beberapa hal ini sempat saya rasakan. Mungkin para pembaca juga ada yang relate dengan kondisi tersebut.


  • Mengatur waktu

Waktu sudah pasti hal yang terlihat sepele namun berakibat fatal, apalagi bagi mahasiswa akhir yang skripsiannya saja tergantung mood. Dengan tersitanya waktu untuk bekerja, maka kemampuan manajemen waktu sangatlah dibutuhkan apabila kita ingin bisa bekerja dengan baik. Namun, skripsi pun tetap berprogres. Dalam hal ini saya masih berusaha untuk mengatur waktu yang pas antara skripsi dan pekerjaan agar dapat konsisten mengerjakan skripsi tanpa bergantung pada mood sehingga 24 jam yang saya miliki setiap harinya tidak terbuang sia-sia.

Advertisement


  • Penyesalan sesaat

Ketika belum bekerja, mencari info lowongan kerja dan apply cv sudah menjadi hobi baru saya. Tetapi setelah mendapatkan pekerjaan, sambatan atau keluhan malah hampir selalu menghampiri. Adapun sambatan yang biasanya saya utarakan adalah waktu senggang yang semakin sedikit, masih ingin rebahan terus, dan takut waktu untuk mengerjakan skripsi semakin sedikit. Jadi kepikiran apa seharusnya tidak bekerja saja ya biar fokus skripsi atau wah harusnya ga usah kerja aja sih daripada waktu luang semakin sedikit, skripsi tidak tergarap. Pikiran semacam itu sempat menghampiri diri saya. Namun, semua sambatan itu bisa teratasi dengan mengingat kembali bagaimana perjuangan saya mencari pekerjaan yang sangat sulit, sehingga dengan diterimanya saya bekerja membuat saya seharusnya bersyukur karena doa saya selama ini tentang pekerjaan akhirnya dikabulkan oleh Tuhan.

Advertisement


  • Zona nyaman terancam

Poin ketiga ini didukung dengan kepribadian yang intovert dan butuh waktu untuk membaur, sehingga adanya kebiasaan baru yang asing ini membuat diri saya belum terbiasa. Ketika hendak berangkat kerja, pasti bawaannya deg-degan seperti khawatir tidak ada topik dengan rekan kerja, khawatir dianggap tidak seru, atau membosankan yang membuat saya seperti berat untuk meninggalkan kosan dan pergi ke tempat kerja. Padahal kenyataannya ketika sudah sampai di tempat kerja, ya biasa aja tetap bisa mengobrol dengan rekan kerja yang lain heheh. Mungkin ini yang namanya keluar dari zona nyaman kali ya. Memang keluar dari zona nyaman kita tuh rasanya aneh, asing, dan membuat kita overthinking. Padahal ya seharusnya dijalani saja karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial, sehingga kemampuan untuk bersosialisasi sudah pasti menjadi naluri alamiah manusia.

Itulah beberapa hal yang saya rasakan ketika baru mulai bekerja. Meskipun banyak hal campur aduk yang dialami, tapi overall mendapatkan pekerjaan ini sesuatu yang saya dambakan sekali semenjak kuliah. Baik buruknya bakal tetap saya jalanin sekuatnya (dan karena butuh duit sih tentunya :D). Namun, tidak melupakan identitas saya yang sesungguhnya yaitu sebagai mahasiswa yang harus menyelesaikan skripsinya dan lulus sebagai sarjana.

Untuk para pembaca yang sekarang kondisinya mungkin sama, pesan saya jangan lupakan tanggung jawab utama untuk menyelesaikan studi yang telah dimulai. Jangan takut untuk keluar dari zona nyaman, karena untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi kita harus berani keluar dari zona nyaman kita.


Hidup penuh dengan ketidakpastian, tetapi perpindahan adalah salah satu hal yang pasti. Kalau pindah diidentikkan dengan kepergian, maka kesedihan menjadi sesuatu yang mengikutinya. Padahal, untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. – Raditya Dika, Manusia Setengah Salmon


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seorang mahasiswa yang sedang mencari peruntungan dalam berbagai hal.

CLOSE