Sebuah Goresan Ketenangan Usai Kepergianmu. Terima Kasih Telah Meninggalkanku

Setelah kau tinggalkan

Genap hampir tiga tahun sudah dirimu pergi.

Advertisement

Hanya sekedar pergi dari kehidupanku, bukan pergi dari dunia ini.

Sekuat-kuatnya aku bilang bahwa aku baik-baik saja, tetap saja aku rasanya perlu mengatakan sesuatu padamu, sesuatu yang aku ingin sekali kamu mengetahuinya.


akankah kau akan segera kembali kepadaku?

Advertisement

sedangkan banyak orang di luaran sana yang juga menginginkanmu


Memang selama kepergianmu aku tak bisa naif mengenai aku masih mengharapkanmu kembali, namun disamping itu juga aku merasa takut denganmu, takut mengenai semua hal yang berkaitan denganmu. Aku bahkan pernah beberapa kali sempat menangis ketakutan jika membayangkan semisal di kehidupan nanti aku akan bertemu denganmu. Aku tidak tahu pasti apa penyebab utama traumaku terhadapmu, entah kepergianmu yang menyakitkan, atau segala hal yang telah kau ukir di kehidupanku sebelumnya.

Advertisement

Di saat-saat yang seperti itu, sebagai manusia biasa yang yakin dengan Tuhannya, aku telah berusaha melakukan berbagai hal bahkan perubahan dalam hidupku dan sekuat mungkin aku menyibukkan diri dalam hal-hal yang berbau positif meskipun belum sepenuhnya lepas dari rasa sakit yang sewaktu-waktu datang.

Pada awalnya, kehidupan yang seperti itu sangat menyakitkan dan berat bagiku, bagaimana tidak, aku seakan akan harus seketika saat itu juga berubah jadi orang lain untuk mengubur lukaku, aku harus melupakan diriku bahkan apa yang telah kulakukan, tak ada cara lain yang kutemukan selain melakukan pilihanku tersebut.

Aku tetap berlari meski tali tambang mengikat kakiku erat, perih, kulitku robek karenanya, saat berlari saat-saat aku menahan luka, rasa sakitnya tak begitu terasa karena terkalahkan oleh angin semangat, keringat dan air mata yang menghempaskan kekeringan, darah yang memberi warna, dan kekuatan dari Allah ku utamanya.

Meskipun begitu, aku hanyalah manusia biasa, sama seperti layaknya pekerja, mau segiat apapun dalam bekerja, akan tetap merasa lelah dan butuh sekedar rehat sejenak.

Begitupun aku, di sela-sela pelarianku dari luka, kakiku mengatakan rehat, dan apa? terlihat lebam bahkan setetes demi setetes darah keluar, tapi bukan hanya itu, semuanya rasanya sakit, begitu menyakitkan keadaan saat itu.


akhirnya aku sampai pada titik dimana melihatmu atau mendengar namamu, aku merasa biasa saja


Seiring berjalannya waktu, atas kebaikan Allahku, aku sampai juga pada titik dimana aku merasakan kemerdekaan dari luka tersebut, aku mulai terbiasa dengan semuanya, kehidupanku tanpamu, perkataan-perkataan buruk untukku, bahkan kedatanganmu kembali secara tiba-tiba di kehidupanku yang masih perlu diberi tanda tanya besar :)

Dan kembali lagi dengan, perlu kamu tau…

Aku tak ingin kamu mengartikan semua sikapku ini sebagai bentuk kekanakan.

Bahkan aku menulis semua ini, aku hanya ingin berbagi cerita dan sekedar meringankan bebanku, aku juga akan bersyukur sekali jika kamu suatu saat sampai membaca ini, karena bagiku tidak ada lagi cara lain untuk menjelaskan ini semua padamu. Aku takut merasa bodoh lagi, dan aku takut mengganggu kehidupanmu.

Aku ingin berterima kasih sekali kepadamu atas semuanya, aku menganggap semua yang telah terjadi sebagai pelajaran berharga bagiku, ternyata tak selamanya luka itu ada jika kita mau berusaha memahaminya.

Terima kasih atas janji-janji yang pernah kau janjikan kepadaku, walau kini tak tau bagaimana kondisi sebetulnya janji tersebut.

Terima kasih atas pengyakinan-pengyakinan dirimu untukku mengenai kita berdua dan juga ruangmu untukku masuk mencampuri berbagai permasalahan hidupmu dan juga meredakan ketakutanmu, walau kini kamu lebih memilih sibuk menyakinkan seseorang mengenai dirinyalah yang telah menemanimu dari nol.

Terima kasih kembali tentunya atas segala kisah dan kasih, juga keberadaanmu di sampingku dahulu. Terima kasih telah pernah membuatku merasa tidak sendirian dalam berjuang, merasakan kasih sayang layaknya seperti kakak kandungku sendiri, dan terima kasih telah pernah membuatku merasa diriku layak dan bahwa aku bisa.

Tentang kepergianmu, kurasa tak sepenuhnya hanya tentang luka untukku. Kalaupun tentang luka, namun banyak darinya hikmah dan nikmat yang kurasakan saat ini. Bahkan terkadang aku merasa,


jika kemarin aku tidak sakit, pasti tidak akan sebahagia dan setenang saat ini

Alhamdulillah…


Jadi, terima kasih telah meninggalkanku, semoga Allah senantiasa membukakan pintunya untuk kita masing-masing, karena yang ku tahu, semuanya akan begitu nikmat dan mudah jika Allah sudah membukan pintu-Nya untuk hamba yang dikehendaki-Nya.

Mengenai perasaan kita berdua di masa lalu, meski tak diikat dengan kata seperti pacaran, namun tetap saja haram, kita bahkan tak terikat oleh sebuah hubungan yang halal, jika kita masih dibersamakan saat ini, entah berapa banyak dosa karena perasaan yang tak halal saat itu.

Alhamdulillah Allah masih memberiku nikmat sehingga aku segera dijauhkan dari hal-hal yang mendekati zina. Meski dengan luka, tapi Allah selalu ada untukku dan akupun berusaha agar aku selalu ada untuk Allahku sehingga aku bisa keluar dari semuanya. Perjuangan yang penuh pembelajaran hingga aku sadar bahwa,


hidup telah mengajariku untuk tidak berharap pada apapun dan siapapun, cukup hanya kepada Tuhan.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE