#HipweeCerpen-Kafe Daging Segar

Ketika kau tidak benar-benar tahu apa yang kau makan

Hari ini, hari pertama aku menginjakan kaki di sebuah tempat yang terbentang jauh dari tempat tinggalku. Aku bergegas keluar dari rumah tamu untuk memulai cerita perjalananku. Dengan menyusuri trotoar kecil di sisi jalan utama yang tak begitu lebar, aku menyalakan kamera dan memotret keadaan kota yang sedikit ramai. Melihat beberapa orang yang berinteraksi satu sama lain. Potret suasana kota yang begitu hangat membuatku ingin terus mengabadikannya.

Advertisement

Langkahan kaki membawa ke sebuah kafe bernama ‘Dr. Meat’ yang terletak tepat di perempatan jalan. Meski dalam keadaan ragu, perut yang keroncongan berhasil membawaku masuk kedalam kafe yang didominasi warna putih dan merah. Mungkin karena namanya itulah yang membuat suasana kafe tampak seperti warna potongan daging.

Aku memilih meja yang berada di ujung dengan jendela besar. Tempat terbaik untuk menyantap sarapan dengan memperhatikan suasana kota. Seorang pramusaji tiba-tiba datang menghampiriku dan memberiku menu. Baiklah, semuanya benar-benar hidangan daging. Mempertimbangkan waktu pagi hari, aku akhirnya memilih sebuah roti isi dan milkshake untuk ku santap.

Sembari menunggu hidangan, tatapanku terpana melihat kebersihan lingkungan kota yang mayoritas penduduknya menggunakan sepeda untuk berpergian ini. Beberapa orang tampak berlalu lalang di jalanan. Aku menatap mereka melalui kaca jendela besar dalam kafe yang ku kunjungi untuk menyantap sarapan.

Advertisement


"Ini pesananmu.", ucap seorang pramusaji yang tiba-tiba menghampiriku.


Dia kemudian pergi dengan senyuman hangatnya dan menghampiri meja lainnya. Aku menatap potongan roti isi yang terlihat begitu rapi. Meski ada sebagian saus yang tumpah. Entah kenapa, aku belum ingin menyantapnya. Aku beralih mengambil gelas berukuran sedang berisi milkshake vanilla yang ku pesan, lalu menyesapnya sedikit. Baiklah, rasanya sedikit aneh. Tiba-tiba, seorang anak laki-laki menampakkan dirinya di kaca jendela besar tepat dihadapanku. Wajahnya kotor begitu juga penampilannya yang berantakan.

Advertisement


"Pergi dari sana!", teriaknya kepadaku yang menatapnya heran sambil menangis.


Tak lama, beberapa pria menangkapnya dan membawanya menjauhi kafe. Ia teriak sekuat tenaga dan berusaha melepaskan diri dari genggangman pria itu.


"Tolong aku!", teriaknya lantang yang hampir mengejutkan sebagian besar orang di jalanan.


Namun tak ada satu pun dari mereka yang membantunya. Mereka hanya menatap lalu kembali menyibukkan dirinya masing-masing. Aku segera berdiri dan berusaha keluar untuk menyelamatkannya. Seorang pramusaji tadi menghampiriku dan menutup jalanku. Dia menatapku dengan tatapan matanya yang sedikit berbeda.


"Maaf, kau tidak bisa meninggalkan tempat ini sebelum kau menghabiskan makananmu,"


Aku terkejut dan menyadari seluruh pengunjung kafe yang juga mentapku tajam. Aku mundur dengan terpaksa ke mejaku dan kembali melihat anak laki-laki yang sudah dalam keadaan tak sadar digotong seorang pria dan memasukannya ke dalam mobil van. Para pengunjung itu masih menatapku dengan mata tajamnya hingga aku duduk kembali dan memegang roti isi daging yang kupesan. Dengan terpaksa, aku menyantapnya.

Rasanya seperti ingin muntah, aku tak tahu kenapa daging yang ku kunyah tampak tidak matang sama sekali. Bau darah segar segera tercium. Aku mengunyahnya perlahan sambil menatap seluruh pengunjung. Hingga akhirnya mereka kembali fokus pada makanannya masing-masing.

Aku menelan roti isi daging yang sungguh ingin membuat muntah itu, lalu mengintip sedikit roti isi yang sudah sedikit ku makan. Dengan tatapan tak percaya dan berusaha meyakinkan diri bahwa aku benar-benar dalam keadaan sadar, aku menemukan potongan daging tipis yang masih berlumur darah dengan beberapa ornamen yang tampak kotor. Rasa mual memuncak hingga kepalaku. Aku kemudian mengangkat tangan dan seorang pramusaji menghampiriku.


"Apa isi dari hidangan ini?" tanyaku penasaran.

"Potongan daging tangan dari adik anak laki-laki tadi." jawabnya dengan tatapan tersenyum.


Mataku terbuka lebar menyadari potongan daging segar manusia yang baru saja ku santap.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE