Inginku Memang Kamu. Namun Jika Takdir Berkata yang Sebaliknya, Aku Bisa Apa?

Inginku memang kamu

Kecewa ini datang berkali-kali kepadaku. Seperti saat ini saja, aku lagi-lagi harus merasakan kehilangan harapan itu, harapan untuk bisa hidup bahagia bersamanya. Tak ada alasan yang kuat, kau berlalu begitu saja, kau pergi begitu saja, dan kau tinggalkan rasa yang telah aku bangun kembali setelah hancur berkali-kali dengan semaumu.

Advertisement

Apa yang salah dariku? Aku telah belajar banyak tentang kesalahan yang pernah aku perbuat terhadap mereka yang pernah singgah dalam hatiku, Namun tetap saja aku masih harus belajar kembali setelah hari ini kau tanamkan lagi pelejaran kecewa dalam waktuku.

Apa yang kau inginkan dariku, aku telah mencoba untuk tampil sebaik mungkin agar kau tak mengucapkan kata, “Maaf, kita tak bisa lanjut lagi”. Apa yang membuatmu bosan? Menungguku yang masih belum sampai mengucapkan kepastian kepadamu? Atau memang kau tak inginkan aku berada dalam hidupmu lagi?

Jika alasan yang pertama itu alasanmu, Aku akui itu kesalahanku. Tapi bukan karena aku segaja, tapi bebanku masih berat untuk mengatakan itu kepadamu, karena aku harus bertanggungjawab dengan adikku dulu dalam menyelesaikan sekolahnya, dan aku adalah harapan satunya, karena orang tuaku tidak mampu membiayainya. Bukankah kau mengerti tentang kondisiku saat ini.

Advertisement

Jika alasan kedua memang pilihanmu, aku bisa apa. Pergi adalah hakmu, dan aku hanya mampu berkata, “Jangan” Itu senjata terakhirku untuk menahanmu. Pada akhirnya, senjata itu tak mampu menahanmu untuk tetap pergi, lalu aku harus mengatakan apalagi, selain berucapa, semoga kau bahagia.

Aku in,i selalu saja seperti ini. Entah akunya yang masih saja bodoh tak mengerti sapaan sang pencipta jika berharap itu bukan kepada manusia, tapi kepada-Nya, Ya Begini jadinya. Atau bisa jadi ini pertanda jika Allah SWT masih sayang kepadaku, masih perhatian sama aku, masih percaya sama aku, dan tak ingin aku merasakan kecewa yang lebih dahsyat lagi nantinya, sehingga apa yang aku miliki saat ini dilepaskan dan di singkirkan dariku hingga diberi kebahagian yang tiada tara suatu hari nanti.

Advertisement

Semoga saja seperti itu, Semoga saja apa yang menjadi hak atas kecewa yang aku rasakan saat ini adalah bahagia, bukan derita kembali. Aku tak sanggup Ya Robb, Walaupun aku mengerti jika cobaan dan rintangan-Mu tak akan melebihi batas kemampuanku untuk melewatinya, tapi tetap saja aku rapuh.

Harus bagaimana lagi aku memulai, sementara yang aku jalani berakhir dengan kenangan yang menyakitkan. Harus bagaimana lagi aku harus melangkah, sementara setiap jejakku rasa sakit yang aku temukan.

Apakah itu takdirku yang telah tertulis dibuku harian-Mu, atau aku yang salah, tak pernah paham akan konsep hidup diatas di dunia ini. Jika betul, Ajarkanku perlahan mengenal-Mu lebih dekat lagi. Agar semua yang terasa, semua yang terjalani dan ingin dijalani, dapat aku pahami semuanya tentang Hadir-Mu untukku.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

"Jejak Rindu Di Telaga Nurani"

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE