Kebijakan Pemerintah dan Alasan Terjadinya Psikosomatik Pada Pelajar

Hubungan psikosomatik dan kebijakan pemerintah

Eh, jangan salah paham dulu, loh. Maksud dari kebijakan pemerintah ini mengacu pada PERMENDIKBUD nomor 719 tahun 2020 tentang pedoman pelaksanaan kurikulum pada satuan pendidikan dalam kondisi khusus. Apa sih yang salah pada kebijakan pemerintah ini? Sebenarnya tidak ada yang salah dari peraturan ini karena PERMENDIKBUD nomor 719 tahun 2020 ini adalah salah satu upaya pemerintah untuk mencegah penularan Covid-19 di lingkungan pendidikan. Lalu apa hubungan antara kebijakan pemerintah ini dengan penyakit psikosomatik? Yuk kita baca lebih dalam lagi biar ga salah paham.

Sebelum kita mengetahui hubungan antara kebijakan pemerintah ini dengan penyakit psikosomatik, kita harus mengetahui terlebih dahulu penyakit psikosomatik apa sih? Psikosomatik sendiri bisa diartikan sakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif atau emosi di dalam diri seseorang yang menyebabkan strees dan rasa cemas berlebihan. Sakit yang biasa dirasakan oleh penderita psikosomatik seperti nyeri ulu hati, sakit punggung, sakit kepala, mudah lelah, telapak tangan berkeringat dan nyeri otot jika dibiarkan maka akan menimbulkan gejala sesak napas atau asma, nyeri dada serta jantung berdebar kencang.

Seperti yang kita semua tahu bahwa di Indonesia sudah 1 tahun lebih berperang dengan pandemi Covid-19. Para siswa maupun mahasiswa diharuskan untuk belajar di rumah atau biasa disebut belajar daring (dalam jaringan). Banyak para pelajar yang mengeluh karena beberapa faktor yaitu jaringan internet dan jumlah kuota internet yang dimiliki diharuskan stabil dan cukup, penyampaian materi pembelajaran tidak sejelas pembelajaran tatap muka, serta jadwal akademik yang mundur atau tertunda. Selain masalah yang berhubungan langsung dengan proses pembelajaran, terdapat juga masalah dari kehidupan sehari-hari pelajar itu sendiri. Faktor itulah yang memungkinkan seorang pelajar menjadi strees dan cemas berlebihan serta pikiran negatif yang menghantui para pelajar dapat membuat pelajar mengalami psikosomatik.

Kebijakan pemerintah pada proses pembelajaran daring ini sangat mempengaruhi mental health pelajar tetapi demi untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 dilingkungan pendidikan kebijakan ini harus dilakukan. Seperti yang dikatakan oleh bapak Nadiem Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi COVID-19.

Tidak perlu khawatir karena gangguan psikosomatis bisa disembuhkan. Namun, memang penyembuhannya membutuhkan waktu. Hal ini dikarenakan kamu harus belajar cara mengelola stres yang kamu alami, tapi di saat yang sama harus mengobati penyakit yang kamu derita. Psikosomatik sendiri dapat disembuhkan dengan Konseling untuk membantu mengelola stress, Melakukan meditasi atau teknik relaksasi, Berkonsultasi pada ahli psikosomatis dan Mengkonsumsi obat berdasar resep dokter, seperti anti depresan.

Sebagai pelajar yang baik kita harus mematuhi perintah tersebut, maka dari itu kita sebagai pelajar harus sebisa mungkin untuk mencegah psikosomatik ini dengan merubah pemikiran kita yang negatif menjadi positif harus meyakinkan diri kita bahwa kita mampu dan bisa untuk melewati masa-masa sulit ini, makan-makanan yang bergizi, cerita masalah kepada seseorang yang dipercayai dan tingkatkan ibadah kepada tuhan yang maha esa. Dengan begitu program pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 akan terwujud dan kita pun sebagai pelajar dapat mematuhi peraturan tersebut dengan senang hati tidak terbebani dan tidak menimbulkan strees dan rasa cemas berlebih di diri kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini