#KesehatanMental – Pasca Melahirkan Ibuku Mengalami Baby Blues, Aku Harus Apa?

Kesehatan mental pasca melahirkan

Beberapa bulan yang lalu, aku sempat menemukan sebuah artikel yang mengangkat topik seputar baby blues. Walau istilah tersebut sudah sangat familiar untukku, namun pengetahuanku tentang kondisi mental pasca melahirkan tersebut masih sangat minim. Akhirnya aku mencoba untuk menelusurinya lebih dalam hingga aku terjebak dalam sebuah peristiwa yang pernah aku alami beberapa tahun lalu.

Cerita ini terjadi pada 2015 silam dan saat itu usiaku masih menginjak 15 tahun. Usia remaja awal yang tentunya masih sangat awam akan hal-hal seputar kehamilan. Fyi, aku adalah anak pertama dan hanya memiliki satu adik, sebelum akhirnya ibuku mengandung anak ke tiga.

Aku tidak bisa mendefinisikan bagaimana perasaanku ketika mengetahui realita bahwa aku akan menjadi kakak dari 2 adik. Sebagai anak, yang aku lakukan adalah berusaha menjadi support system bagi ibuku dan membantu pekerjaan rumah.

Kehamilan ibuku adalah anugerah Tuhan yang sangat orang tuaku syukuri. Sejujurnya aku tidak menyangka bahwa ibuku menjalani kehamilannya dengan enjoy walaupun harus menjalankan tugasnya sebagai full time mom ditambah lagi masih harus LDM (Long Distance Marriage).

Mungkin dikarenakan kehamilan ini adalah kehamilan ke tiga, jadi beliau tidak lagi kaget dan lebih bisa beradaptasi. Ditambah lagi dukungan penuh dari keluarga juga turut menjadi sumber kekuatan bagi beliau. Sungguh, selama masa kehamilan tidak banyak kendala yang terjadi pada ibuku, hanya kelelahan yang masih pada taraf wajar.

Melihat betapa tegarnya ibuku selama hamil baik secara fisik maupun mental, sayangnya hal tersebut tak lagi terlihat pada beliau setelah melahirkan. Aku bingung, mengapa ibuku menjadi lebih pemurung, sensitif, dan tidak bahagia. Beliau juga mudah tersinggung dan sangat marah ketika aku lebih fokus pada urusan sekolah dibanding membantu ibu menngerjakan pekerjaan rumah.

Aku kurang mampu menerjemahkan situasi apa yang sedang terjadi. Hal ini membuat pikiranku menjadi kacau dengan menduga yang enggak-enggak. Jangan-jangan ibuku merasa tertekan menjalankan peran baru sebagai ibu tiga anak? Atau ibuku tidak senang menjadi seorang ibu? Aku pun bingung apa yang harus aku lakukan.

Aku tahu ini tidak mudah bagi ibuku. Beliau terlihat kewalahan namun enggan untuk beristirahat dan makan. Sesekali aku mengajaknya berbicara dengan harapan supaya ibuku tidak merasa jenuh dan menciptakan suasana hati lebih baik. Sebisa mungkin keluarga-pun juga selalu ada untuk saling menguatkan, karena itu yang bisa kami lakukan sebagai keluarga. Syukurnya keadaan ini hanya berlangsung kurang dari 1 bulan. Perlahan-lahan ibuku terlihat membaik dan jati diri ibuku kembali lagi.

Setelah beberapa tahun kemudian, aku akhirnya mengetahui bahwa apa yang pernah ibuku alami tersebut dinamakan baby blues syndrome. Sebuah perubahan negatif pada kondisi mental yang terjadi pada ibu yang baru saja melahirkan. Apakah ini normal? Ya, ini normal. Perasaan tersebut wajar terjadi sebagai manifestasi dari perubahan hormon, perubahan fisik, perubahan peran, dan krisis identitas, sehingga berdampak pada perubahan kondisi psikis sang ibu.

Walau baby blues adalah sesuatu yang normal, namun hal ini sama sekali tidak boleh disepelekan. Karena bagaimanapun, kesehatan mental ibu adalah hal utama untuk mampu membangun koneksi intens dengan si buah hati, menjaga kesejahteraan mental pribadinya dan keluarganya. Jika diabaikan, baby blues yang terjadi akan menjarah gangguan mental mental yang lebih parah, salah satunya adalah postpartum depression.

Dengan membagikan pengalaman ini, aku ingin banyak orang mengetahui bahwa segala bentuk gangguan psikologis pasca melahirkan seperti gangguan mood, baby blues, postpartum depression adalah hal nyata dan bukan semata-mata terjadi karena seorang ibu tidak bersyukur akan kehadiran sang bayi. Maka dari itu, jangan sampai kita terlambat mengetahui gangguan mental ini terlebih jika yang mengalaminya adalah orang yang kita sayangi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Selalu berusaha mencintai diri sendiri ✨