Malam Terakhir Romantisme Yogyakarta

Cangkirku tak lagi mengepulkan, namun aromanya melekat.

Aku tak lagi ingat kapan terakhir kali menghantar secangkir kopi bersua bersama lembar tisu dan pena. Bahkan aku tak juga ingat meja mana menjadi alas mengadu aksara ketika senja undur diri dari semesta. Aromanya terasa sama namun ketika kusesap, masam mampir dilidah.

Advertisement

Kupikir lamat-lamat cangkir mana yang pernah menghantar rasa masam ini. Di kedai itukah? Di kota inikah? Atau diracikan tangan itu? Pikirku menari-nari di masa silam. Mencoba menyelami kembali kumpulan cerita dalam tempurung kepalaku. Terurai sudah semua rasa dan karsa yang mendekam.

Membentuk bongkahan-bongkahan kenangan yang kapan saja siap saling mengadu makna. Kunikmati tiap sesapnya sedang aromanya tanpa malu-malu merasuk dikedua lubang hidungku. Memperkosa indra penciumanku hingga mendebarkan jantung. Ntah berdebar sebab kopi yang pekat atau rindu yang tak lagi sanggup menanti temu.

Dalam diam pikirku masih juga melayang-layang. Tak juga menyerah pada cangkir mana masam ini dibawa. Hingga pikirku beranjak dan batinku meneriakkan 'cukup!' sebab mata terpesona akan mahakarya yang dengan sengaja dipertontonkan untuk ditelanjangi peminatnya.

Advertisement

Betapa setiap bingkai saling mengadu keindahan dengan semburat warna yang meresap kuat diatas kertas-ketas tak berdosa. Goresnya nampak kuat. Tak sejajar memang namun sarat akan cerita dan rasa. Beberapa petak lainnya berhias kokohnya kayu dan besi. Berhias pernis dan tumpukan kisah fiksi dan nonfiksi.

Maka nikmat mana lagi yang kau dustakan akan ruang yang siap menanggulangi keganasan dirimu akan ketenangan dan kenyamananmu?

Advertisement

Bawa kakimu beranjak dari persembunyianmu akan kebisingan ego duniawi. Buka kedua matamu akan gulita yang membayangi. Hingga kau sadarkan diri tak sampai mati terlelap dalam kesunyian laramu. Temukan warna dan cerita yang tak senyawa namun membuatmu penasaran. Ijinkan dirimu beranjak dari lingkaran setan yang memeluk erat batinmu.

Sebab lagi-lagi waktu tak akan pernah sudi menantimu hanya karena beratnya beban yang melingkupimu. Beranikan diri membuka mata demi keselamatan jiwamu dari malaikat-malaikat malam yang siap menghunus hatimu dengan tombak 'kebebasan'nya. Jika getir lidahmu temani cangkirmu dengan sebatang bakaran.

Sebentar.
Ada yang tak biasa diruang ini.

Tatapku berlarian pada setiap sudutnya akan ruang yang kujamah dan angin yang menyapa di pelataran. Tak jua ku temui puntung yang dengan angkuhnya merajai. Betapa tak biasanya kedai ini. Tanpa bermaksud untuk mencaci atau melukai mereka penikmat sebat. Betapa hebat kedai ini menyelami pikiranku. Tiada sebat dan aroma tembakau. Terasa begitu asing namun penuh cinta.

Lantas harus kunamai apa kagumku ini?

Pikirku menangkap ruang ini tak bermaksud mengasingkan mereka yang memadu kasih dengan tembakau. Sebab bungkamnya kedai ini pada sebat akan melindungi mereka dari cela tak bertanggungjawab hanya karena prinsip hidup yang tak senada dari para penikmat kopi.

Sudah kau kenali kedai mana yang menarik perhatianku untuk menarasikannya?

Ketahuilah! Racikannya begitu lembut menceritakan betapa cinta akan rasa dan karsa pada setiap biji kopinya. Bahkan dengan beraninya setiap sesap membawaku pada waktu-waktu yang terlampau lama telah berlalu. Sial benar malam ini! pikirku. Tapi tak membuatku khawatir. Ketenangan akan tutur katanya membawa setiap pendatang ingin berlama-lama menatap setiap jemari yang menari – nari pada setiap gelas. Betapa aku menjadi penasaran jika mampir saat senja diwaktu lainnya.

Rasa dan cita apa gerangan yang akan merasuk dalam relungku?

Sayang seribu sayang, tak banyak sisa hari yang kumiliki untuk kembali menyua kopi dan tisu serta pena pinjaman di kedai orang-orang beraroma kopi ini. Mungkin lain tahun akan kubawa kembali kaki ini menapak pada lantai kopi dingin di selatan romantisme Yogyakarta untuk sekedar mencecap pekatnya kopi dan membebaskan aromanya kembali memperkosa indra penciumanku.

Salamku pada jemari peracik dan orang-orang beraroma kopi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Author. Ghostwriter "You Only Live Once" "My Attitude My Life My Rules" "Philippians 4:13"

CLOSE