Masih Ada Rasa Rindu di Kopiku dan Aku Harap Ia Berlalu

Ya, aku berharap ia berlalu karena kau kembali menemuiku atau Tuhan menggantinya dengan yang sepertimu.

Dan kopiku masih mengandung rindu yang belum juga berlalu.

Rindu yang tersisa dari sebuah kisah lama, yang masih nyata setiap ku melihat postinganmu di sosial media.
Rindu yang teras pekat, dan tetap melekat meskipun kisah kita hanya terjalin sesaat.
Rindu yang terasa pahit, dan ku ungkap dalam bait-bait yang aku harap dapat melepas rasa sakit.

Ya, masih ada rindu di kopiku. Rindu yang belum dapat digantikan oleh siapapun itu.

Rindu akan aroma tubuhmu yang tak terlupakan, juga rindu akan tatapan dan senyuman yang selalu menghanyutkanku dalam sebuah lamunan.
Rindu akan genggaman dan dekapan, juga rindu akan nasehat-nasehat yang kau lontarkan.

Rindu akan keluhan-keluhan kita tentang pekerjaan, dan bagaimana kita saling menguatkan dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Rindu akan rayuan yang kau ungkapan dan tak pernah sedikitpun ada keraguan dari setiap perkataan yang kau ucapakan.

Ya, rasa rindu di kopiku belum juga beranjak pergi.

Seringkali ia menjelma menjadi mimpi di malam hari yang dapat mengobati perihnya hati.
Dan kubuka mata di pagi hari ditemani secangkir kopi sambil berharap rasa ini pergi.
Saat kopi tetap tak mampu menemani rasa sepi, aku akan menunggu malam tiba kembali.

Dan ketika malam datang, aku berharap pada bintang yang paling terang, kau kembali pulang dan kisah kita bisa kembali diulang.

Ya, rindu di kopiku belum juga berakhir.

Aku hanya mencoba menerima takdir dan membiarkan rindu ini mengalir.
Mengalir seiring waktu yang bergulir hingga ia mencapai hilir.

Sesekali kopi ini masih berharap kau kembali hadir setelah sekian lama kita tidak bertemu dan hubungan ini kembali cair setelah sekian lama dia membeku.

Dan kini, aku hanya berdoa supaya rindu di kopiku segera berlalu.

Berlalu karena kau kembali menemuiku.
Berlalu karena Tuhan membantuku untuk menghapus bayangmu.
Atau pun berlalu karena Tuhan menggantikannya dengan yang baru, yang sama sepertimu.

Tapi, aku masih tetap berharap akan opsi nomor satu.

Ya, tak ada yang perlu disesali dari sebuah stori yang dimulai di kedai kopi pada bulan Januari tahun ini.

Semuanya telah terjadi dan masa lalu tidak mungkin diganti.

Tidak ada yang salah, tidak ada yang perlu diubah.

Setidaknya ia telah mengajariku untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi.

Dia telah mengajari untuk lebih membatasi diri dalam mencintai.

Dan dia juga telah mengajari untuk lebih menggunakan intuisi daripada hati.

Biarlah dia mengisi satu bagian dari sebuah perjalanan kehidupan.
Biarlah dia menjadi impian yang pernah aku bayangkan.

Kini semua hanya tinggal kenangan yang tak mudah untuk dilupakan.
Selama masih ada kopi hangat, kenangan-kenangan itu akan sulit untuk tidak diingat.

Tapi, selama masih ada kopi hangat, masalah yang berat akan terasa nikmat.
Salam rindu, dari kopiku yang masih setia menunggu kabarmu dan berharap kita segera bertemu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An introvert. An explorer. A dream-chaser.