Fakta Baru Menyebutkan, Ternyata Memasak Itu Terapi yang Bisa Menyembuhkan

Haduuuh, nggak semangat nih, lagi puasa!

Ini adalah kata-kata yang paling sering kita dengar ketika Bulan Suci Ramadhan datang. Entah apa salahnya bulan baik ini selalu dijadikan alibi. Bahkan penulis sendiri juga melakukannya. Sering terjadi ketika hari yang kita sebut sebagai hari kapal. Itu adalah hari dimana kapal penumpang yang melayani rute Kupang-Kalabahi berlabuh. Mengingat waktu berlabuhnya yang bisa dikatakan tengah malam sehingga waktu untuk beristirahat sedikit berkurang. Terutama hari Rabu.

Debarkasi atau kedatangan kapal yang langsung bersambut dengan embarkasi, keberangkatan penumpang benar-benar menguras tenaga. Ditambah dengan panas yang luar biasa di bulan –bulan ini.Sehingga keluarlah kata-kata ajaib tersebut diatas. Terkadang malu juga mengingat pasti di luar sana banyak orang-orang yang jam kerjanya lebih parah tapi tetap semangat dan tidak berkurang kreativitasnya.

Satu yang pasti terlepas dari keluarnya kata-kata tersebut diatas bagi penulis sendiri bulan Ramadhan selalu bisa memacu semangat untuk lebih sering bereksperimen di dapur. Entah itu adalah hal yang bagus atau tidak. Biasanya paling malas untuk memasak, apalagi ketika pekerjaan menumpuk yang bikin tulang punggung langsung mau rebah saja begitu buka pintu kos dan melihat kasur. Harus puas dengan makanan yang ‘itu lagi,itu lagi’.

Namun ketika bulan puasa datang tak peduli bagaimana capeknya, memasak wajib hukumnya. Rasanya kok nggak afdol ya kalo nggak masak. Pengen makan masakan yang berbeda setiap hari. Jadilah kreatifitas di dapur mulai meningkat. Mengingat penulis sendiri orang minang yang sudah terkenal seantero jagad dengan masakan yang berbumbu, memasak simple bukanlah pilihan. Hahaha

Selain menulis,memasak sebenarnya bisa menjadi pengobat stres ketika semua berjalan bukan sebagaimana mestinya. Ada terapi tersendiri ketika kita bermain dengan bumbu. Seni tersendiri ketika melakukan langkah demi langkah ketika membuat sesuatu. Memasak bukan hanya sekedar mengolah bahan menjadi sesuatu yang bisa dimakan. Ada terapi dan seni ketika kita memotong,menggiling atau mengupas bahan-bahan yang akan kita olah untuk menjadi makanan.

Di kutip dari food.detik.com menurut psikolog dari Northwestern University Feinberg School of Medicine, memasak dan membuat kue merupakan kegiatan yang cocok untuk jenis terapi behavioral activation. Tujuannya untuk mengurangi depresi dengan menambah aktivitas positif, meningkatkan perilaku yang berorientasi pada tujuan serta mengurangi sifat menunda dan pasif.

Memasak sebagai terapi bisa efektif karena membutuhkan banyak kreativitas. Ketika memasak kita menggunakan sebagian besar dari badan kita . Tangan,bahu,pergelangan tangan, siku bahkan leher. Bagaimana cara kita menyeimbangkan semuanya agar berjalan sebagaimana mestinya merupakan salah satu bagian dari terapi. Bagaimana kita bisa melakukan beberapa hal sekaligus juga bisa meningkatkan keseimbangan kita dalam melakukan sesuatu.

Memasak bisa membuat kita merasa senang apalagi ketika makanan yang kita buat disukai oleh orang lain. Bagi penulis sendiri yang entah bagaimana tidak pernah bisa memasak dalam porsi yang kecil, selalu merasakan bahagia yang luar biasa ketika makanan yang dibagi benar-benar dinikmati oleh teman-teman satu kos.

Mungkin banyak yang masih bertanya bagaimana bisa memasak bisa menjadi terapi untuk diri masing-masing. Situs Idiva telah merangkumnya menjadi beberapa poin sebagai berikut :

1. Menyalurkan kemarahan

Kamu bisa melampiaskan kemarahanmu ketika kamu membuat adonan kue. Kamu bisa memukul,membanting dan menarik-narik adonan tersebut sepuas hatimu tanpa harus khawatir kamu akan menyakiti si adonan.

2. Rasa damai dan Berhasil

Menyiapkan segala sesuatu dari awal,memilih bahan,membersihkan kemudian mengolahnya sampai menghasilkan makanan yang siap dimakan bisa memberikan perasaan damai dan berhasil serta bangga terhadap diri sendiri.Wangi bahan-bahan segar yang bisa menjadi aromatherapy. Membawa perasaan gembira didalam diri. Gabungan dari aroma aroma yang keluar bisa mengingatkan kita pada masa kecil, masa-masa tanpa beban.

3. Katarsis

Ketika kamu merasa lelah, cemas atau tegang dan rasanya ingin menangis,memasak bisa menjadi obatnya. Kamu bisa menangis didepan orang lain tanpa takut diledekin. What a better way to do it than chopping onions? Yaaap kamu bisa menangis dengan memotong bawang. Hahaa

Jadi, mari kita berkreasi di dapur serta tetap jaga produktivitas walaupun sedang puasa!!

Sumber :

http://idiva.com/news-health/why-cooking-can-be-therapeutic/15367

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

4 Comments

  1. Adri Perdana berkata:

    Iya masak bisa jadi obat mujarab.. apalagi makannya.. ??

  2. RiesaIsmail berkata:

    Tapi bukannya biasanya yang masak malah makannya dikit ya? hahaha

  3. Aca Hasria Rasyid Alang

  4. tarmaernawati berkata:

    Natal sudah dekat, yuk persiapkan kado-kado terbaikmu untuk yang tersayang, hanya di ToneStudio.
    Kunjungi retail online kami di http://bit.ly/2AdMGD8