#HipweePuisi Menemukan Rumah

puisi keluarga

Menemukan Rumah

Advertisement

Nyata, terlaksana, tak hanya kata-kata yang tumpang-tindihnya adalah kemayaan

Saat itu pun tiada yang tahu kaki itu harus melangkah ke ruang yang mana?

Ibunya berpulang

Advertisement

Bapak telah pergi duluan

Saudara tak punya: lalu mengisyaratkan "aku berdiri di kaki sendiri saja"

Advertisement

Dibangun pondasi-pondasi mulai dari yang kecilnya tak terlihat sampai tinggi-besarnya menyilaukan: memiliki kekhasan bangunan yang hanya dirinya punya

Semenjak bangunan itu utuh jadi rumah huniannya

Perlahan ia mengisi kekosongan dalam rumah itu dengan hati menerima

Ia menemukan rumah dengan hati menerima

Sapa tentang "Rumah untuk Pulang"

Setelah menulis rumah untuk pulang

Aku tambah merasa tak punya rumah yang utuh buat sekadar pulang

Sepertinya bakal susah, jika memulai segalanya dari rumah yang sama

Kita memang bisa, aku yakin demikian

Cuma aku belum menemukan rumah yang kurasa cocok untuk sekadar singgah atau berdomisili panjang

Sesuap sapa sesiang tadi dari bilik pada secuil kutu di rumahmu menggapai laraku

Aku juga sudah di ujung jalan, masih berjalan, jatuh, bangkit, terjerembab, menangis sejadi-jadinya

Kutak ingat keesokan harinya aku cuma ingat:

Sesaat setelah kutulis rumah untuk pulang

Aku melihat kupu-kupu dalam kenangku di jurang perbatasan

Mereka berdua berkejaran di antara pohon bambu yang saling gesek, di antara jalan yang menyulitkan buat sampai rumah

Keduanya mengingatkanku akan sapamu: pulanglah pulang sepulang-pulangnya, pada rumah yang mau kau tuju

"Ucapkan padaku jika bertemu, aku menemukan rumahku"

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis, membaca, berkebun, dan beres-beres.

Editor

Not that millennial in digital era.

CLOSE