#MudaBerkarya – Gejolak Kawula Muda, Antara Ambisi dan Pesimis

Tak jarang timbul perasaan campur aduk antara bahagia, cemas, dan gelisah melihat teman sebaya telah sukses. Mereka merupakan sosok yang berhasil meraih impiannya dan membanggakan orang tercintanya. Pujian dan ucapan selamat, tak henti-hentinya mereka terima. Lalu bagaimana dengan diri ini? Rasanya seperti berlari ditempat. Tak tau arah walau rasanya ada bara dalam jiwa.

Advertisement

Banyak yang bilang, manfaatkan waktu sebaik mungkin ketika masih muda. Gunakan waktu dengan kegiatan yang menunjang produktivitasmu dan jangan sia-siakan waktu untuk hal yang tidak berguna. Tapi nyatanya? kita masih berada dalam lingkaran kebingungan. Entah langkah apa yang harus dipilih. Padahal impian sudah menumpuk di angan masing-masing.

Setiap diri ini mulai melangkah, ada saja yang mengundang rasa pesimis. Melihat orang-orang yang sudah memulai langkah duluan. Hal ini seakan-akan menurunkan hasrat karena merasa tertinggal jauh. Wajarkah kita merasa seperti itu? Jawabannya iya. Kita tak bisa mengontrol apa yang dirasa, namun bukan berarti itu menjadi alasan untuk berhenti berambisi.

Berbicara tentang ambisi, kita pasti sudah tak asing dengan istilah ini. Sebuah perasaan kuat ingin meraih apa yang diinginkan. Ambisi bagaikan amunisi yang siap ditembakkan kapan saja. Namun perlu diingat, ambisi perlu disikapi sebaik mungkin atau dapat menjerumuskan kita terhadap jurang kelalaian.

Advertisement

Makna dari kata ambisi  bisa dikatakan multitafsir. Ambisi dan ambisius sering dianggap negatif. Padahal ambisi tak melulu berarti negatif. Ambisius sering dikaitkan dengan sifat pribadi seseorang. Seperti halnya celetukan Wih anak ambis ya kamu! atau Ambis banget deh orangnya, biar apa sih? Kalimat tersebut diucapkan kepada seseorang yang terlihat bersikeras mencapai tujuannya.

Terkadang celetukan tersebut terdengar seperti ejekan, padahal yang kita lakukan hanya berusaha semaksimal mungkin. Alhasil, beberapa dari kita menjadi down seakan-akan tak pantas untuk berusaha atau ada juga yang semakin terdorong untuk bergerak maju.

Advertisement

Ambisi berkonotasi positif apabila digunakan untuk memotivasi diri meraih cita-cita. Terlebih seiring berkembangnya zaman, dunia pendidikan dan pekerjaan semakin kompetitif. Persaingan diperketat karena melihat kuantitas yang terus membludak. Jadi, ambisius itu termasuk positif atau negatif ya? Jawabannya tergantung pada tindakan yang kamu lakukan. Ambisi dibutuhkan agar lebih bersemangat lagi dalam mengerjakan sesuatu.

Semua pekerjaan dilakukan sehebat mungkin agar mencapai hasil yang diharapkan. Tetapi terlalu ambisius hingga gegabah dan menghalalkan segala cara merupakan perilaku sangat buruk. Apalagi tindakan yang dilakukan merugikan atau mencelakai orang lain. Maka dari itu memiliki sifat ambisius tidak selalu negatif tetapi perlu diperhatikan bagaimana kita menyikapinya.


Aduh padahal gue udah ambis banget buat dapetin itu, tapi kayaknya gak mungkin deh, dia lebih pantas



Coba aku mulai dari dulu, pasti sekarang aku sukses seperti dia


Gerutuan tersebut tersirat setiap kali melihat orang berhasil. Ambisi yang telah lama muncul, lenyap kembali karena adanya pesimis. Ini bukan perihal rasa iri, tapi tentang sebuah penyesalan yang berlarut. Rasanya menyesal mengapa semangat di hari ini tak datang di hari kemarin? Apakah aku harus berhenti saja? Gejolak demi gejolak terus datang setiap waktu. Semakin jauh hingga pada akhirnya kita menyerah sebelum berperang.

Gelombang pesimis merupakan hal wajar mengingat kita sebagai manusia mempunyai rasa takut atau keterbatasan akan sesuatu. Pesimis memang membuat kita semakin paham kekurangan dan kelebihan diri, tetapi jika terus berlarut yang ada malah menimbulkan energi negatif. Kita menjadi mudah berspekulasi buruk dan meremehkan kemampuan diri. Tentu ini akan berdampak bagaimana kita bereaksi dan berperilaku.

Kita menjadi enggan untuk menghadapi tantangan karena merasa orang lain lebih mampu dibandingkan kita. Ujung-ujungnya kita hanya meratapi keadaan yang membuat kita semakin tenggelam. Lalu bagaimana cara menghentikan gejolak- gejolak ini?

Pada dasarnya kita tidak bisa menahan apa yang dirasakan. Seperti rasa sakit ketika mendengar cemoohan. Sakit memang, tapi yang bisa kita lakukan hanyalah dengan menyikapinya. Seperti yang dibicarakan sebelumnya, efek yang ditimbulkan dari ambisi maupun pesimis itu tergantung bagaimana kita bertindak. Namun ada satu hal yang dapat membuat kita lebih lega atas gejolak-gejolak yang menghantui kawula muda yaitu jangan pernah berhenti berjuang.  


Jangan pernah berhenti berjuang


Terdengar klise, tapi tak semudah yang diucapkan. Setiap kita mencoba sesuatu, pasti mengalami fase naik turun. Entah itu karena hilangnya ambisi atau rasa pesimis melihat orang lain. Tetapi ada yang perlu diingat jika sewaktu-waktu berada di titik ingin menyerah. Kita harus tanya pada diri sendiri, apa alasan kita telah berjuang sampai saat ini? Resapi apa yang berada dibenak ketika pertama kali melangkah.

Renungkan bahwa sejatinya kita telah berjalan sejauh ini tapi semua akan sia-sia apabila berhenti begitu saja. Yakinkan diri bahwa perjuangan yang dilalui akan membuahkan hasil dan membanggakan orang tercinta.

Sebagai penutup, semoga tulisan ini dapat menjadi bahan renungan kawula muda dalam menggapai impiannya. Jangan pernah menyerah. Buktikan bahwa kita adalah insan muda yang hebat dan siap menaklukan dunia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Just ordinary students

CLOSE