Nasib Wisata Kuliner di Era New Normal

Memasuki masa new normal setelah karantina

Pandemi Covid-19 berdampak cukup besar ke berbagai sektor, salah satunya sektor kuliner atau bisnis restoran. Banyak sekali restoran maupun kafe yang tidak melayani dine-in atau makan di tempat untuk mencegah penyebaran virus selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berlangsung, sehingga langkah untuk mengantisipasi hal tersebut adalah dengan menerapkan sistem pesan antar makanan, take away, dan drive thru. Semejak new normal diberlakukan, restoran maupun kafe akhirnya kembali melayani dine-in namun dengan suasana yang cukup berbeda karena harus melaksanakan protokol kesehatan Covid-19 seperti yang telah dihimbau oleh pemerintah. 

Advertisement

Dimulai dari wajib physical distancing minimal 1 meter antar pengunjung, pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki area restoran, dan menggunakan hand sanitizer. Prosedur keamanan tidak hanya diterapkan kepada pera pengunjung tetapi juga kepada para pekerja. Para pekerja restoran maupun kafe diwajibkan mengecek suhu tubuh sebelum memasuki area restoran, mencuci tangan di air mengalir selama 20 detik, mengenakan masker dan sarung tangan atau gloves bagi chef dan penyaji makanan. Mereka juga harus memastikan kebersihan dapur serta peralatan untuk mengelola bahan pangan, kemudian alat saji yang juga harus steril, hingga pemasangan sekat antar meja pengunjung. 

Dibukanya kembali layanan dine-in pada restoran maupun kafe di era new normal memang tidak akan seramai seperti sebelum terjadinya pandemi Covid-19 karena terdapat perubahan gaya hidup pada setiap konsumen. Konsumen tidak lagi memikirkan seberapa mahal atau mewah suatu produk namun lebih cenderung memikirkan bagaimana kehidupannya dengan membeli, mengonsumsi makanan yang bergizi dan menyehatkan. Orang-orang juga condong memikirkan kebersihan makanan dan keamanan dari produk yang hendak dibeli dimulai dari asal makananm nutrisi yang terkandung, juga sehat atau tidaknya makanan. 

Brand akan menempati posisi kedua ataupun ketiga karena ketersediaan barang yang diutamakan dalam hal yang dicari konsumen, tetapi mereka juga memikirkan keamanan. Apabila tidak aman, mereka tidak akan membeli. Oleh karena itu, banyak sekali orang yang lebih memilih untuk mengolah masakannya sendiri dibandingkan memberi dari luar, sebab mereka dapat menjamin kebersihan serta keamanan atas apa yang akan mereka akan konsumsi. 

Advertisement

Perubahan gaya hidup pada setiap konsumsi berdampak pada bisnis restoran maupun kafe yaitu mengalami penurunan penjualan yang sangat besar sehingga manajemen restoran berusaha mengutak-atik model bisnis dan melakukan pemangkasan sumber daya manusia (SDM) yang tak dapat dihindari agar pendapatan dan pengeluaran lebih efisien. Akibatnya, banyak pegawai yang dituntut untuk serba bisa atau multitasking.  

Sebagai contoh pegawai kasir yang pada kahirnya juga merapel pekerjaan menjadi marketing dan sales, ada pula yang sebelumnya sebagai waiter turut ikut membantu bagian laundry. Kondisi ini sepertinya akan tetap berlangsung selama new normal hingga kurun waktu yang masih belum dapat diketahui. 

Ketua Umum Perkumpulan Chef Profesional, Bambang Nurianti, Rabu (3/6/2020) mengatakan meskipun sudah memasuki new normal dampak pandemi ini akan tetap dirasakan dalam kurun waktu 3-6 bulan ke depan. Beliau juga berpendapat mengenai detail yang dikeluarkan oleh pemerintah masih berupa protokol umum. Beliau menuturkan perlu adanya rincian atau turunan atas protokol umum tersebut untuk bisnis restoran. 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswi Universitas Negeri Jakarta prodi Pendidikan Ekonomi

CLOSE