Pada Langit yang Ada di Bawahmu dan di Atas Kepalaku, Kutitipkan Rindu Ini

Advertisement

Ayah ibu aku tahu, hanya bunga terbaikyang akan dipetik terlebih dahulu, hanya kain terbaik yang akan dibeli terlebih dahulu, dan hanya orang baik yang akan dipanggil Tuhan terlbih dahulu. Itu yang aku ingat ketika rindu ini menusuk hingga ke jantung dan serasa siap menikamku. Rindu ini sudah seperti air yang mengalir dan tak mampu terbendung. Setiap helaan nafas hidupku selalu menyebut namamu ayah, ibu. Ini adalah patah hati terhebat yang aku alami dan ini adalah hal buruk yang nyata yang sudah aku alami.

Ayah ibu, wajarkah jika aku iri dengan teman-temanku yang beruntung itu ? Wajarkah jika aku pergi ke pusat perbelanjaan dan ingin ayah ibu memakai barang yang aku beli dari pusat perbelanjaan itu ? Bolehkah aku sedikit menjauh dari teman-temanku saat mereka bertukar kabar dengan orangtua mereka ? Salahkah aku jika aku memasang senyum palsu saat mereka menceritakan liburan mereka atau ketika mereka mengunjungi orangtuanya ? Jika hal yang aku lakukan selama ini salah, maakan aku ayah ibu.

Tapi aku terlahir bukan sebagai anak perempuan yang munafik. Aku ingin seperti mereka. aku ingin menjadi lasan saat ayah dan ibu menajtuhkan airmat ab ahagia dan bangga. Aku ingin memapah tubuh renta ayah dan ibu. Aku ingin Ayah dan ibu melihat calon pendampingku, aku ingin ayah dan ibu melihat aku menikah dengan pria pilihanku, aku ingin ayah dan ibu melihat putra-putriku. Salahkah aku atas keinginanku ini ?

Advertisement

Aku rindu, sangat rindu. Aku rasa ayah dan ibu sepakat jika obat rindu bukan jawaban"aku juga merindu", tapi bertemu. Tapi kita tak punya daya untuk itu, alam kita sudah berbeda.

Tak ada yang dapat aku lakukan selain ikhlas dan menerima jalan hidup yang Tuhan beri untuk kita. Seperti yang aku katakan di awal, ayah dan ibu adalah orang baik yang Tuhan jemput kembali untuk menempati "rumah" yang sudah Tuhan siapkan.

Advertisement

Kita pasti akan bertemu, tapi nanti saat aku pun sudah "pulang". Kita pasti akan berpelukan, tapi nanti saat titik kehidupan sudah menyapaku. Kita pasti akan memecahkan tabungan rindu yang sudah kita tabung ini. Ayah, ibu aku bangga menjadi putrimu, teramat bangga. Bahagialah di surga, bersama para malaikat Tuhan.

Terimakasih ayah ibu.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mari menulis, membaca, dan mendengar.

CLOSE