Pulau Madura

Udara pedesaan sejuk, tempat legendaris, dan kuliner enak. Beginilah seluk-beluk Madura

Pedesaan mungkin untuk sebagian orang selalu dikaitkan dengan suatu tempat yang sejuk, penuh dengan pepohonan dan sawah yang membentang luas. Untuk aku yang tinggal di pedesaan di sebuah pulau di Jawa Timur, itu sangatlah benar. Terlebih lagi saat di pagi hari, suasana yang dingin, diselimuti oleh kabut yang tebal dan diiringi oleh suara burung yang berkicauan membuatku enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Rasa ingin berada di dalam selimut hingga matahari mulai memasuki dari sela-sela jendela.

Advertisement

Aku ingin memperkenalkan daerah di mana aku tinggal. Tempat di mana aku tumbuh dan menciptakan banyak kenangan di sana. Seperti yang sudah aku sebutkan sebelumnya, aku berasal dari sebuah desa di pulau yang terkenal akan sate dan rujak cingur yang merupakan makanan tradisionalnya, yaitu pulau Madura. Sayangnya beberapa orang yang pernah aku temui kurang mengenal tentang daerah ini.

Pulau Madura merupakan salah satu pulau yang masih termasuk ke dalam Provinsi Jawa Timur. Madura berasal dari kata ‘Madduna Saghara’ atau madunya laut, merupakan nama lain dari Raden/Adi Segoro putra Dewi Ratna Rorogung. Dewi Ratna Rorogung ini adalah putri Prabu Sangiangtunggal Maharaja Kraton Gilling Wesi di wilayah Madangkawulan. Konon karajaan ini berdiri sekitar 929 M di dekat Gunung Semeru dan Gunung Bromo.

Dulunya untuk mengakses ke pulau madura menggunakan transportasi laut. Pada tahun 2003 mulai dibangun jembatan yang dilakukan oleh Presiden ke-5 kita yaitu oleh Presiden Megawati Soekarnoputri. Jembatan tersebut merupakan jembatan terpanjang yang ada di Indonesia dan dikenal dengan Jembatan suramadu. Pulau Madura terdapat empat kabupaten, dari bagian paling barat ke bagian paling timur, yaitu kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep.

Advertisement

Sama halnya seperti jawa yang terdapat banyak kosa kata di tiap daerahnya, di Madura juga pada setiap daerahnya berbeda logat dan kosa kata. Terdapat tingkatan Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan masyarakat sekitar, yaitu dari Bahasa kasar (iya-enja’) biasa digunakan untuk berkomunikasi dengan teman sebaya yang sudah akrab. Selanjutnya ada Bahasa tengah (engghi-enten), biasanya tingkatan Bahasa tersebut digunakan untuk berbincang dengan teman sebaya yang usianya selisih beberapa tahun diatas kita. Dan yang terakhir ada tingkatan Bahasa halus (engghi-bhunten), ini merupakan tingkatan Bahasa paling sopan yang biasanya digunakan untuk berbicara dengan orang yang lebih tua dari kita, misalnya orang tua.

Aku masih ingat saat aku menginjak SMA, guru bahasa daerahku mengajarkan tentang tarian adat Madura. Kami diberi tugas kelompok untuk menciptakan tarian Madura dengan manggunakan lagu tradisionalnya. Walaupun kami merasa cukup lelah dikarenakan tarian kami masih kurang mencapai target nilai, kami merasa senang karena dilakukan bersama teman dan sudah kami anggap sebagai hiburan dikala kami sedang Lelah dengan pelajaran waktu itu.

Advertisement

Banyak hal yang menarik di Madura, mulai dari banyaknya tempat wisata pantai hingga bukit-bukit yang dapat kita datangi untuk melihat luasnya keindahan alam disana. Khususnya di kotaku, terdapat salah satu tempat wisata legenda yang bernama Api Tak Kkunjung Padam. Sesuai dengan namanya, api ini tidak bisa padam walaupun sudah terkena air hujan yang sangat deras. Lokasinya dekat dengan pemukiman warga, maka dari itu disekitar tempat wisata tersebut banyak warga yang berjualan untuk menghidupi kebutuhan hidupnya.

Tidak hanya itu, masih terdapat banyak tradisi yang masih di lestarikan oleh masyarakat madura, salah satunya yaitu karapan sapi. Seperti namanya, tradisi ini merupakan perlombaan yang menggunakan dua ekor sapi dan satu joki untuk mengendalikan arah. Biasanya karapan sapi ini diadakan di sebuah lapangan/persawahan yang sedang tidak ditanami apapun dengan tujuan sebagai hiburan. Terdapat tradisi lainnya yang dikenal oleh masyarakat setempat dengan Rokat Tase atau petik laut. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur atas karunia serta nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, tradisi ini juga dipercaya dapat amemberikan keselamatan serta kelancaran rezeki. Tradisi Rokat, biasanya dimulai dengan acara pembacaan istighosah dan tahlil bersama masyarakat yang dipimpin oleh pemuka agama setempat. Setelah itu, masyarakat menghanyutkan sesaji ke laut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Isi dari sesaji itu adalah ketan-ketan yang berwarna-warni, tumpeng, ikan-ikan, dan lain sebagainya.

Beberapa bangunan peninggalan di kotaku masih terawat. Contohnya karesidenan, bangunan yang awalnya didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada awal abad ke-19 masehi. Sekarang bangunan tersebut telah direnovasi sedikit agar masih bisa mempertahankan keasliannya, serta telah dijadikan sebagai bangunan serba guna. Karesidenan terletak di sebelah utara monumen arek lancor, sebuah monumen yang ada di kota Pamekasan yang merupakan tugu peringatan kepahlawnaan rakyat madura dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Berbentuk kobaran api yang menggambarkan keteguhan dan kesiapsiagaan rakyat madura dalam menghadapi tantangan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE