Salah Masuk Jurusan? Yakinkan Dirimu Dulu Yuk!

Ketika pikiran mencari dan hati yang meyakinkan, di situlah pilihan yang tepat ditemukan.

Menjalani status sebagai mahasiswa baru atau yang sering kita kenal dengan istilah ‘maba’ suatu adalah hal yang nano-nano. Di satu sisi merasa senang karena bisa menjadi salah satu diantara ribuan orang di luar sana yang berjuang demi mendapatkan kursi di bangku perkuliahan. Akan tetapi di sisi lain merasa lelah, sedih dan merasa belum siap dengan keadaan. Salah satu penyebanya adalah dengan banyaknya tugas dari para dosen tercinta. Kalau ditanya memang seberat itu tugasnya? jawabannya sebenarnya tidak, kalau kita menjalaninya dengan sepenuh hati dan ikhlas. Nah, sekarang pertanyaannya, apakah kamu sudah ikhlas menjalani kuliah di program studi yang kamu pilih?

Advertisement

Semester satu adalah masa adaptasi, yaitu masa penyesuaian diri dan masa peralihan dari kehidupan sekolah menengah atas menuju kehidupan perkuliahan. Berat memang, kita semua tahu bahwa di dunia ini tidak ada adaptasi yang mudah. Pasti akan banyak culture shock yang akan dialami. Bahkan dilihat dari segi pergaulan pun sangat berbeda. Apalagi bagi mahasiswa rantau yang baru pertama kalinya hidup sendiri, jauh dari orangtua. Semuanya diharuskan untuk mandiri, mau tak mau setiap orang harus pandai-pandai mengatur waktu dan tentunya mengatur keuangan supaya bisa bertahan. 

Saya memilih program studi yang saya jalani sekarang, sebenarnya bukan atas dasar kemauan diri saya sendiri. Dahulu sewaktu kelas 12 saya merasa bingung ingin melanjutkan kuliah di program studi apa. Kalau ditanya alasannya, karena sebenarnya saya masih belum siap untuk menjalani masa kuliah hehe, masih nyaman berstatus sebagai siswi SMA. Kebingungan itu terus berlanjut hingga guru BK saya membuat form untuk pendataan masuk kuliah. Akhirnya saya berkonsultasi kepada orangtua saya, dan mereka mengarahkan saya ke pendidikan. Sebenarnya tidak ada paksaan dari mereka, akan tetapi karena saya yakin bahwa ridho orangtua juga merupakan ridho dari Tuhan, maka saya ikuti saran mereka.

Singkat cerita dimulailah pendaftaran SNMPTN, dan saya mendaftar di pilihan pertama program studi yang saya jalani saat ini. Bermodalkan doa dan keberuntungan, pada tanggal 28 Maret 2022, ternyata saya mendapatkan warna biru, yang artinya saya lolos seleksi. Pada saat itu saya merasa senang dan bersyukur karena mendapat keberuntungan ini. Hingga akhirnya tibalah saatnya untuk menjalani perkuliahan. Kata yang menggambarkan kondisi perasaan saya saat ini adalah tersenyum seperti logo kumon. Ingin mengeluh tapi baru semester 1. Ditambah lagi beberapa saat yang lalu saya mengalami musibah yang menyebabkan saya harus beristirahat di rumah sakit, dan itu membuah saya merasa stress dan lelah karena banyak hal. Homesick juga salah satu pemicunya. Lelah itu adalah hal yang wajar dan stress karena kuliah juga merupakan hal yang banyak dialami oleh mahasiswa. Saya sudah mencoba untuk enjoy dengan keadaan, bergaul dengan teman-teman, akan tetapi itu tetap tidak membuahkan hasil. Apalagi jika setelah bertemu dengan mata kuliah ‘andalan’ yang terbesit di pikiran adalah, wah saya salah masuk jurusan!.

Advertisement

Unek-unek tentang pikiran salah masuk jurusan itu saya ungkapkan ke kakak saya yang sedang menjalani kuliah semester 7, dan kebetulan kami berkuliah di universitas yang sama. Tanggapan kakak saya mengenai hal itu sangatlah sederhana, yaitu jalani aja dulu. Dia bercerita bahwa dahulu ia juga merasakan hal yang sama, tetapi lama-lama akan terbiasa. Memang seperti itulah fase dalam kehidupan. Saat ini hanyalah permulaan, yang artinya ke depan akan masih banyak hal yang lebih melelahkan. Take it easy, don’t rush, pelan tapi pasti. Nikmati saja lika liku kehidupan, anggap saja ini bisa menjadi bekal untuk cerita ke anak cucu nanti. Hidup tidak asik kalau hanya begitu-begitu saja, tidak ada masalah, tidak ada tantangan. Orangtua sudah mendukung kita, membiayai kuliah yang tentunya tidak sedikit nominalnya. Biaya makan dalam satu bulan, kebutuhan hidup yang cukup, kita harus bisa mensyukuri apa yang kita miliki. Jangan melihat kiri kanan, fokus ke depan sesuai tujuan. Bahagiakan orangtua yang sudah berkorban untuk kita. Begitulah nasihat dari kakak saya. Nah, saat itu saya merasa sadar bahwa apapun itu saya harus memiliki prinsip iso raiso halsuiso! yang artinya mau bagaimanapun itu, saya harus bisa! Jangan berpikir gak kuat di sini, aku mau pindah jurusan ke sana padahal siapa tau disana lebih melelahkan dibanding yang sekarang. Terlalu terburu-buru dalam menentukan keputusan tidaklah baik, berpikirlah lebih dewasa, pikirkan dengan kepala dingin, pikirkan bagaimana resiko yang mungkin akan terjadi.

Menerima dan berdamai dengan keadaan bukanlah hal yang mudah, akan tetapi bisa kita usahakan. Jangan malu untuk berkeluh kesah, namun jangan sampai salah tempat. Pilih orang yang sekiranya cocok untuk dijadikan sebagai pendengar yang baik, dan selalu ingat bahwa Tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi batas kemampuan yang dimiliki.

Bolehlah sesekali menangis, karena setiap orang memiliki hak untuk menangis. Menangis bukan berarti kamu lemah. Menangis adalah salah satu bentuk mengungkapkan emosi dalam diri. Tak apa menangis demi kesehatan mentalmu, asalkan setelah itu bangkit kembali. Self reward juga bisa sesekali dilakukan, sebagai bentuk apresiasi karena sudah mampu bertahan hingga titik ini. Setiap orang memiliki kapasitas dan kemampuan masing-masing, tinggal bagaimana kita mengelolanya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE