Semoga Kelak Aku Tidak Akan Mengecewakanmu, Ayah

Ayah, semoga kelak aku bisa membuktikan bahwa apa yang aku pilih adalah pilihan yang tepat

Setiap orang tentu mempunyai sosok panutan masing-masing dalam hidupnya. Kalau aku, tentu saja itu Ayah ku. Walaupun Ayah termasuk orang yang ‘keras’, tetapi aku tetap yakin kalau itu memang cara Ayah untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang disiplin seperti Ayah, yang tidak pernah telat, selalu ontime, selalu disiplin, kalau iya ya iya, kalau engga ya engga. Kadang ada rasa tertekan setiap kali mendapat perlakuan tegas dari Ayah, but it’s okay, lama kelamaan aku mulai terbiasa dengan semua itu.

Sewaktu aku kecil, dibanding dengan Ibu, aku lebih dekat dengan Ayah. Aku ingat betul, tiap mandi yang mandiin Ayah, tiap pagi aku selalu jalan-jalan menikmati sinar matahari pagi bareng Ayah, diajarin naik sepeda sama Ayah, akupun sering diajak ke tempat-tempat rekreasi bareng Ayah. Yang jelas, waktu itu aku merasa jadi gadis kecil yang sangat bahagia. 

Apapun yang aku mau selalu Ayah wujudkan. Dari situ aku mulai nurut dengan Ayahku. Apapun yang ayah perintah aku selalu mendengarkan dan melakukannya karena memang aku merasa ga ada ruginya melakukan hal itu toh aku selalu merasa disayang sama Ayah.

Hidupku waktu itu terasa bahagia-bahagia saja, hingga suatu ketika aku mulai harus menetukan sebuah pilihan. Pilihan yang nantinya akan menentukan menjadi seperti apakah aku dimasa depan yaitu memilih jurusan kuliah. Dan aku rasa dari situ aku mulai memilih pilihan yang salah. Entah apa yang mengusik pikiranku waktu itu, kenapa waktu itu aku terlalu berambisi pada pilihan yang jelas-jelas tidak mungkin aku capai atau lebih tepatnya aku tak punya keyakinan untuk lolos alias aku ragu dengan diriku sendiri. 

Aku merasa bukan aku yang dulu, bukan gadis kesayangan Ayah yang selalu menuruti apa yang diperintahkan Ayah. Tapi aku heran, mengapa orang tuaku terutama Ayahku yang biasanya akan memarahi anaknya ketika berbuat salah malahan waktu aku menentukan pilihan ku yang salah itu membiarkan ku begitu saja? Why? Atau saking sayangnya sama aku, Ayah membiarkanku memilih jalan hidupku?

Jujur, aku sangat menyesal. Setelah apa yang aku alami selama ini dimana aku selalu mendapati masalah yang tiada habisnya, aku mulai berpikir, mungkin ini semua akibat mengabaikan perintah Ayah. Mengabaikan saran Ayah dalam hal penentuan jalan menuju masa depanku. Ibarat aku sudah dipersilakan untuk melewati jalan tol yang bebas hambatan, tetapi aku dengan bodohnya memilih jalan berbatu yang penuh rintangan. Kalian tentu pernah mendengar kan kalau restu orang tua juga restu Tuhan. Kalau orang tua tidak menghendaki, berarti Tuhan pun juga. Dan jika tetap dilawan atau dipaksa, maka akan menemui jalan yang sulit kedepannya. Dan aku merasa seperti itu.

Ayah, mungkin selama ini aku tampak biasa saja dan baik-baik saja didepanmu. Asal Ayah tahu, keadaanku yang sebenar-benarnya tidaklah seperti itu. Aku memilih menyembunyikannya karena aku aku merasa takut. Aku takut tidak bisa mempertanggungjawabkan pilihanku, kuliah disini. Aku takut tidak bisa membuktikan kalau aku bisa. Aku takut gagal. Aku takut mengecewakan Ayah. Aku takut tidak bisa menjadi gadis Ayah yang membanggakan (lagi).

Aku tidak tahu harus bagaimana saat ini. Dan aku merasa, hubunganku dengan Ayah mulai merenggang. Tidak sedekat dulu. Tidak ada lagi senda gurau. Yang ada hanyalah saling berdiam diri tanpa kata. Aku tahu pasti orang tuaku kecewa denganku. Pasti mulai mengkhawatirkan nasibku kedepannya. Mulai menyesali keputusanku yang tidak sesuai dengan apa yang mereka pinta tetapi mereka pun hanya bisa diam dan menuruti ku, demi anak kesayangannya. Terutama Ayah. 

Karena memang segala sesuatu di keluarga ini Ayah yang mengatur dan menentukan apa-apa di keluarga ini. Ayah, sungguh aku merindukan masa kecilku yang bisa sedekat itu dengan Ayah. Sangat berbeda sekali dengan keadaan kita yang sekarang. Yang aku rasakan, orang tua ku sayang dan kecewa denganku diwaktu yang sama.

Aku tahu, bagaimana pun juga, orang tua pasti akan tetap mendoakan dan berharap yang terbaik untuk anaknya. Terkhusus untukmu Ayah, aku memandang Ayah sebagai sosok yang sangat tegas, pekerja keras, dan bertanggung jawab atas keluarganya. Ayah rela membanting tulang sampai lelah pun tak dihiraukan. Terima kasih atas segala jerih payahmu untuk kami sekeluarga. Aku akan tetap mendoakan yang terbaik untuk Ayah.

Aku pun juga akan meminta pertolongan Tuhan dan berusaha semaksimal mungkin agar aku tidak akan mengecewakan Ayah di kemudian hari. Aku harap, aku bisa menjadi gadis Ayah yang membanggakan. Karena aku tahu, Ayah adalah laki-laki pertama yang tidak pernah menyakitiku. Ayah, jangan terlalu khawatir denganku, semoga kelak aku bisa membuktikan bahwa apa yang aku pilih adalah pilihan yang tepat.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Seseorang yang sedang menikmati kesendiriannya