Sudah Nyaman Menjadi Teman dan Takut Kehilangan

Tanpa sadar banyak orang terjebak dalam keambiguan hubungan. Terkadang teman tetapi membuat kebingungan. Friendzone, topik lama yang masih mengudara. Ketika friendzone membuat keadaan tidak bisa mengekspresikan perasaan. Hal yang dikorbankan adalah pertemanan. Jika memilih menyatakan cinta, sudah pasti akhir pertemanan ujungnya.

Advertisement

Menyimpan perasaan romantis pada sahabatmu, apakah dia tahu? Jangan-jangan dia juga suka padamu? Memang friendzone ini dapat menimbulkan kecewa bahkan frustasi.

Sedikit cerita tentang saya dan friendzone. Bukan curhat hanya ingin mengenang sesuatu yang pernah terpahat.  Boleh tertawa sambil membaca tetapi jangan mencela, ya. Dua kali terjebak dalam skema ini. Dengan dua teman lelaki yang memiliki sisi menarik tersendiri. Bukan dalam waktu bersamaan, sekitar beberapa tahun berselang.

Cerita pertama hadir bersama masa remaja yang baru terbuka. Waktu itu tak terpikirkan sama sekali berkenalan dengan asmara. Hanya bertujuan rajin belajar karena semakin banyaknya saingan. Menganggap semua adalah kawan menjadi keputusan utama.

Advertisement

Menjadi tipe mudah bergaul agak sedikit merepotkan. Ketika mulai berinteraksi dengan lawan jenis menjadi sorotan. Mungkin karena awal jadi remaja yang penuh gejolak masa muda. Sebenarnya tidak keberatan berdekatan dengan lawan jenis, asal masih dalam tahap wajar.

Kebetulan hanya satu dua laki-laki dalam kelas yang terbuka untuk bercerita. Salah satunya mungkin ke saya. Terkadang berbagi cerita atau hanya sekadar membahas tugas. Orangnya asik juga pandai bicara. Teman-teman yang lebih dulu mengenalnya berkata, jorok dia.

Advertisement

Melihat kedekatan kami, teman-teman mulai beropini. Tak sedikit yang terang-terangan untuk mengejek kami. Awalnya saya abaikan, tetapi kenapa mulai timbul perasaan? Tidak ingin terlarut dalam suasana dan mulai menyadarkan diri. Oh, dia hanya teman yang luar biasa. Menutup diri tentang perasaan, saya pikir dia juga sama.

Semakin lama sudah tidak pernah bersua di media sosial. Mungkin karena hal di dunia nyata membuat terlalu canggung untuk menjadi seperti sebelumnya. Tetap saling menjaga rasa agar tidak terjadi salah sangka. Tetap seperti teman biasa agar yang lain tidak mengubah suasana. Sampai sekarang, kami masih berkontak via maya. Sungguh indah pertemanan.

Cerita kedua mungkin lebih bermakna. Suatu ketika kebiasaan yang membuat saya memiliki perasaan pada teman. Lelaki luar biasa yang berpikiran terbuka. Menjadi teman berbagi cerita yang saling mengandalkan. Meja dan kursi di suatu tempat menjadi saksi kami membicarakan dunia ini. Curhat yang cukup mendalam juga pernah kami bicarakan.

Tidak ada teman yang sadar karena mungkin menganggap kami sebagai dua pribadi yang berlawanan. Saya orang bar-bar dan dia cukup pendiam. Mungkin juga karena dia belum lama memutus rasa sebelumnya.

Tak kode maka tak peka. Slogan anak muda yang menandakan ingin memulai rasa. Saya tentu melakukannya, tetapi tidak tahu apa dia peka. Mungkin juga tidak ingin menjalin hubungan yang lain.

Pada akhirnya tidak jadi bersama.  Suatu perjalanan ke luar kota menjadi pertanda bahwa cerita sudah selesai. Dimana kami tidak sama sekali bersua. Oh ada satu, dia menawarkan mejamya di suatu tempat makan karena sudah penuh. Indah ya.

Ketika bingung antara kebiasaan atau kenyamanan. Sudah terbiasa bersama dan menganggap hanya menjadi teman biasa. Terbiasa menjalani hari dengan dia yang memberi motivasi.

Akan tetapi, jika sehari dia tanpa kabar apakah berhak untuk mencemaskannya? Mungkin teman yang pure teman akan mengirim pesan singkat dan kembali ke kehidupan. Akan tetapi, jika sudah timbul perasaan akan penuh kecurigaan.

Lalu bagaimana dengan kenyamanan yang tiba-tiba timbul dan mengancam pertemanan? Nyaman datang bersamaan dengan kebiasaan. Dia membuatmu nyaman dengan selalu menjadi sandaran. Tempatmu berkeluh kesah jika ada hambatan.

Kebiasaan dan rasa nyaman membuat terjebak dalam kesemuan. Ya karena sudah nyaman jangan mengangapnya harus lebih dari pertemanan.

Sekadar perhatian atau memang punya perasaan. Masalah perhatian memang banyak menyebabkan kesalahpahaman. Ketika ingin terlibat dalam setiap lembaran kehidupan. Memiliki teman yang dapat diandalkan memang dambaan setiap orang. Yang tanpa sungkan akan mengulurkan tangan tanpa perhitungan.

Mencoba melampaui friendzone mungkin menjadi pilihan yang tepat. Terkadang laki-laki lamban menyadari perasaanya. Kalau disisi perempuan, cenderung gengsi untuk bilang duluan.

Hal yang perlu dimulai mungkin dapat dengan tampil berbeda dari biasannya. Mengubah suasana menjadi faktor dalam melampaui friendzone. Tidak perlu berlebihan, mulai dengan memilih gaya berpakaian yang lebih menarik. Perempuan juga bisa memulai belajar make up.

Berada dalam circle yang sama akan lebih memudahkan untuk memulai asmara. Namun, banyaknya orang akan sulit untuk mendapatkan perhatiannya. Mungkin dengan banyak menghabiskan waktu bersama dapat menjadi tanda hijau untuk menjalin lovezone.

Memulai hubungan, apalagi dengan teman, juga perlu rasa percaya diri. Dimana lebih sering menunjukkan sisi kekonyolan daripada keseriusan yang akan membuat canggung dalam memulai hubngan.

Percaya diri saya, selama dia juga suka apa salahnya? Jangan lupa kode. Untuk keluar dari friendzone tidak ada salahnya memberi kode jika memiliki perasaan spesial. Tunjukan dengan percaya diri bahwa kamu memiliki rasa lebih dari sekedar teman.

Jika permasalahannya adalah takut kehilangan, waktunya anda memilih. Memilih mengubur perasaan atau merelakan pertemana untuk memulai sebuah asmara. Pilihlah keputusan yang semoga nantinya tidak membuat menyesal.

Banyak orang sudah mencobanya, mengubah friendzone jadi lovezone. Ternyata memulai asmara dengan teman juga bukan pilihan buruk.

Siapkah mengubah friendzone jadi lovezone? Mungkin akan sangat menakutkan diawal, terlebih pertemanan yang akan menjadi taruhan. Menjalin komitmen dengan teman mungkin akan sangat menyenangkan.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswa

CLOSE