Sulitnya Menjalin Hubungan Saat Terjebak Friendzone. Situasi Menyebalkan Tak Tahu Harus Berbuat Apa~

Kalian pernah nggak sih, berada di posisi yang begitu rumit? Terlanjur nyaman tapi sulit mengungkapkan. Mau mengatakan, tapi takut berujung menyakitkan.

Advertisement

Banyak orang bilang tidak ada murni pertemanan antara cewek dan cowok. Katanya, pasti ada yang berharap salah satunya. Entah itu hanya memilih untuk dipendam atau kah diungkapkan.

Aku menganggap itu hanyalah bualan semata. Sejauh yang aku rasakan hubungan kita baik-baik saja. Ya kita. Aku dan dia yang sudah berteman dekat cukup lama. Saling bertukar cerita hingga larut malam sudah hal yang biasa.

Nyaman. Itulah yang aku rasakan. Sangat sulit untuk menjelaskan bagaimana sebenarnya. Saya bahagia bersamanya. Tutur katanya, kedewasaannya, serta cara dia memandang sesuatu adalah hal yang aku kagumi.

Advertisement

Bisa dibilang, dia adalah support system tanpa tuntutan. Menjadi pendengar atas keluh kesah yang aku rasakan. Sungguh, terkadang aku merasa di prioritaskan.

Bersamanya, saya bebas bercerita hal apapun, baik masalah hubungan percintaan, keluarga maupun hidup yang penuh cobaan. Caranya menghibur selalu membuatku tersenyum.

Advertisement

Tatapannya adalah hal yang aku suka. Menyiratkan banyak hal di luar yang kukira. Rasanya tidak adil dia yang selalu mengertiku, tapi tidak diriku. Tapi kata dia tidak apa. Jadi, saya hanya bisa sebagai tempat ketika dia mau berbagi saja.

Kala itu, kita tak pernah membahas perasaan sedikitpun. Terlalu nyaman di posisi yang orang bilang terlalu dekat untuk hubungan pertemanan. Nyatanya kita hanya sebatas teman yang saling nyaman. Aku tak pernah memperdulikan apa kata orang. Saya rasa dia juga.

Kita sama-sama tak sungkan untuk membicarakan ketertarikan kita kepada orang lain. Bagiku itu hal yang wajar, toh ketika aku crita pun dia bersikap biasa aja. Begitu juga kalau dia membicarakan tentang ceweknya. Aku bersikap seolah tau akan perkara cinta.

Nggak cukup satu atau dua kali saya berurusan dengan mantannya. Dia seolah acuh dengan cewek di masa lalunya. Sebenarnya simpel saja. mereka hanya tidak terima diputusin.

Dia memiliki pribadi yang humble. Saya mengenalnya dengan baik. Saya kira kadang sifatnya yang ramah di artikan berlebihan oleh sebagian cewek. Mereka menganggap itu hal yang spesial. Kemampuan mantan playboy memang tidak diragukan lagi.

Berbeda denganku menganggapnya. Bagiku dia adalah sosok yang menjadi panutan layaknya seorang kakak. Aku berharap kita selalu bisa bersama-sama. Meski di posisi yang tak ada ikatan sekalipun. Seorang kakak yang selalu menjadi panutan adiknya.

Hingga saat itu tiba. Saat di mana hal yang tak terduga terjadi. Ungkapan satu kata yang selalu aku ingat hingga kini. Cinta. Itulah yang dia katakan. Dia mencintaiku bukan layaknya seorang kakak kepada adiknya ataupun kepada teman dekat. Tapi, cinta layaknya laki-laki kepada perempuan.

Dia menganggap lebih hubungan kita kala itu. Sungguh aku speechless saat itu juga. Aku berharap ini hanyalah mimpi, yang tak akan pernah terjadi. Tapi, Lagi-lagi aku ditampar oleh kenyataan. Rasa itu benarlah ada. Ungkapan itu yang hanya aku anggap lelucon disampaikan dengan tulusnya.

Ini sungguh menyakitkan. Pertahananku runtuh begitu saja. Pertemanan kami bisa-bisa hancur karena perasaan ini. Jujur saja aku tak ingin hal ini benar terjadi.

Dia bilang dia cukup sabar menunggu saya peka. Dia telah memendam hal itu lama, tapi hanya aku anggap sebatas teman maupun kakak. Sakit. Itulah yang dia rasakan.

Dia hebat mampu selama itu untuk tetap bertahan yang sudah jelas menyakitkan. Aku tahu itu sakit. Sakit tak berdarah.

Tapi, dia terlambat. Tidak ada ruang yang lebih dari seorang teman ataupun seorang adik kepada kakaknya di hati ini. Ada yang telah mengisi hati saya. Dan itu bukan dia.

Saya yang masih terjebak oleh masa lalu. Dan dia tau itu. Sulit untukku terbebas dari jeratan masa lalu yang terus menghantui.

Sosok spesial itu masih saja singgah di hati. Meski sudah ku usahakan untuk pergi.

Kita pernah sepakat bahwa tidak akan timbul perasaan apapun. Dia telah mengingkarinya. Tersematnya rasa cinta menghancurkan segalanya. Seandainya ini tidak terjadi, pasti tidak serumit ini.

Katanya, nggak papa. Dia Cuma mau mengungkapkan. Dibandingkan menyesal sebab tak pernah menyatakan sebenarnya. Aku salut sama dia. Dia dewasa dan penuh pengertian.

Dia tidak memaksaku untuk menjawab dan berada di posisi sulit. Aku mau dia tetap bertahan di sampingku. Sebagai teman yang saling membantu.

Tapi, kata dia tidak bisa. Hal itu begitu sulit untuk kembali seperti awal. Rasa itu sebenarnya sudah berusaha dia tepis namun masih saja ada.

Saya tau, rasa itu tak pernah salah. Begitupun dia. Rasa itu hadir secara tiba-tiba tanpa bisa kita mengontrolnya.

Semuanya sudah terlanjur. Rasa itu telah nyata hadir di ruang hatinya. Aku tidak bisa berbuat apapun. Begitupun dia.

Masing-masing. Itulah yang kita jalani sekarang. Seolah ada sekat yang memisahkan. Bertukar pesan pun sudah jarang Apalagi teleponan sepertinya mustahil untuk terulang.

Aku berharap dia selalu bahagia. Dan tak pernah melupakan kenangan yang terukir indah kala kita bersama-sama.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE