Pergimu Aku Rela, Karena Tidak Ada Guna Menggenggam Layang-layang yang Sudah Putus

Aku rela..

Aku benar-benar sudah merelakan perihal kepergianmu. Pergimu yang tiba-tiba tanpa aba, juga tanpa ada pamit yang terucap. Aku tidak akan bertanya tentang alasanmu memilih melepaskan genggamanku. Aku juga tidak menghalangi langkahmu untuk meninggalkan aku apalagi menahanmu agar tetap bersamaku. Sungguh, aku tidak menjadikan kepergianmu sebuah masalah atau beban.

Advertisement

Selama kita bersama dan seiring bergulirnya waktu tidak menjadikan kita semakin dekat apalagi erat. Kita justru semakin jauh, soal rasa juga sudah semakin hambar. Ketika sedang berjumpa hanya raga kita, perasaan diantara kita hanyalah sebuah rasa yang pernah ada. Kita tidak lagi sedang mempertahankan tetapi hanya menunda. Juga tidak lagi saling memyembuhkan, tetapi hanya menyakiti lebih dalam lagi.

Awalnya aku berpikir aku yang salah. Aku yang tidak bisa memenuhi anganmu, mengikuti inginmu, dan memahami pikiranmu. Aku yang jauh dari dambaanmu. Aku yang masih terlalu polos dan bodoh untuk mendampingi seseorang sepertimu. Namun nyatanya tidak seperti itu. Kamu –lah yang tidak pernah merasa cukup memiliki aku. Kamu yang masih ingin mencari dan terus mencari yang sempurna sesuai versimu.

Untuk itu aku merelakan kamu pergi. Pergilah kemana pun tujuanmu aku tidak akan mengahalangi. Kejarlah apa saja ingin kamu capai yang mungkin jika bersamaku kamu tidak dapat mencapainya. Wujudkan apa-apa yang sudah kamu persiapkan dari lama dan mungkin sebelum bersamaku.

Advertisement

Jika bersamaku menghambat langkahmu maka tinggalkan saja aku di sini. Aku tidak masalah harus menghadapi kenyataan ini. Pun aku juga tidak mengapa sendirian merapikan puing-puing hati yang kamu hancurkan. Aku bisa mengobati lukaku sendiri. Tanpamu dunia tidak akan berhenti berputar dan hidupku juga masih harus terus berjalan meski dengan langkah yang tertatih.

Lagi pula, tidak ada guna aku menggenggam layang-layang yang sudah putus. Yang aku pegang hanya benangnya saja, sedang kepalanya sudah jauh mengudara entah kemana. Tidak peduli bagaimana tempat yang ia tinggalkan.

Advertisement

Ia hanya terus terbang dan mencari tempat yang ingin ia singgahi. Padahal di sini ada telapak tangan yang terluka karena terlalu lama menggenggam benang. Maka aku memilih melepaskannya lalu mengobati lukaku.

Pelan-pelan, aku juga merelakanmu. Aku menyadari tanpamu aku jauh lebih bahagia. Duniaku dan bahagiaku tidak terpusat di kamu saja. Aku dikelilingi oleh orang-orang yang tulus dan menghargaiku. Yang mana saat masih bersamamu aku tidak menyadarinya karena aku terlalu sibuk memikirkan kebahagianmu.

Sampai-sampai aku lupa dengan diriku sendiri juga mereka. Aku sudah benar-benar merelakanmu, semoga di sana kamu menemukan apa yang menjadi dambaanmu. Menemukan teman hidup yang bisa mencintaimu lebih dari aku dan bisa kamu andalkan sepenuhnya.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pemimpi yang sedang belajar mengubah rasa menjadi kata~

CLOSE