Akhirnya, Aku Paham bahwa Tidak Semua Rasa Sakit Harus Dilampiaskan. Sudah Saatnya Belajar Menerima Kenyataan

tidak semua sakit harus dilampiaskan

Kita tidak pernah benar-benar mengerti bagaimana cara waktu dan semesta bekerja. Kita juga tidak pernah benar-benar mengerti kenapa manusia yang  satu dan yang lainnya dipertemukan lalu berpisah begitu saja dan berubah dari yang saling menjadi asing seperti sebelum dipertemukan. Manusia memang hanya bisa merencanakan, dan terkadang yang perlu kita lakukan adalah hanya menjalani kehidupan tanpa harus bertanya-tanya untuk apa semua ini terjadi.

Advertisement

Tidak semua pertanyaan harus ada jawaban kenapa dan untuk apa itu terjadi. Karena bisa jadi apa yang kita pertanyakan ternyata jawabannya sesederhana….  ya begitulah hidup, memang sudah jalannya saja seperti itu. Bahkan untuk beberapa kasus, ada hal yang memang kita tidak perlu tahu demi kedamaian hati.

Memang aku pernah membencimu karena kamu mengahkhiri cerita ini dengan pamit tanpa pertanda. Namun, aku tetap bersyukur bahwa kita pernah dipertemukan, pernah berbagi cerita, bertukar pikiran, dan berbagi perasaan meskipun pada akhirnya semua telah disudahi. Saat itu aku berpikir mungkin perpisahan adalah jalan yang terbaik, meskipun aku tidak tahu letak baiknya di mana.

Mungkin hilangnya sesuatu adalah sebuah jawaban dari doa yang pernah kulangitkan, “jika baik mohon dekatkan, jika buruk tolong jauhkan,". Lantas tidak ada yang perlu kusesalkan.

Advertisement

Seandainya kamu penasaran tentang bagaimana kabar ku sekarang, tenang saja, aku di sini baik-baik saja persis sebelum kita dipertemukan. Itu membuatku paham bahwa sebenarnya bukan waktu yang bisa memulihkan luka hati. Waktu akan terus berjalan tanpa peduli seberapa berat yang kamu hadapi dan tanpa peduli seberapa sakit yang kamu alami sehingga kita tidak punya pilihan untuk tetap terus maju. Luka itu hilang ketika kita akhirnya terbiasa dengan rasa sakit itu setelah lelah menangis, lelah bertanya-tanya, dan tidak sanggup  harus terjebak dalam situasi meyedihkan untuk lebih lama lagi. Pada akhirnya, yang selalu ada untuk kita adalah diri sendiri.

Mungkin kamu bukan yang terbaik untukku dan aku bukan yang terbaik untukmu, tapi bukan berarti aku dan kamu bukanlah manusia yang tidak baik, kan? Memang kita yang tidak cocok untuk bersatu dan tidak ada yang perlu disalahkan dari itu.

Advertisement

Semua itu mengajarkanku untuk berhenti mencari pembenaran sebagai bentuk pelampiasan karena sulit untuk menerima kenyataan. Aku tidak akan menyalahkan waktu seperti orang bilang “kita adalah orang yang tepat di waktu yang salah” atau menyalahkanmu kenapa kamu memiliki prinsip yang berbeda dengan prinsipku.

Akhirnya aku paham bahwa tidak semua rasa sakit harus dilampiaskan, tidak semua rasa sakit harus disampaikan, dan tidak semua rasa sakit harus terbalaskan. Aku belajar untuk menerima rasa sakit dan membiasakan diri untuk menerima kenyataan.  Kenyataan bahwa tidak semua yang kita inginkan akan kita dapatkan, tidak semua sesuatu harus berakhir indah, dan tidak semua  orang yang kita cintai bisa mencintai kita kembali. Aku anggap itu semua bentuk dari pendewasaan mental.

Untukmu yang pernah singgah tapi tak pernah sungguh, hari ini tepat satu tahun yang lalu di mana cerita kita telah berakhir. Di paragraf ini aku sudah mengihklaskanmu. Aku sudah bahagia sebelum bertemu denganmu, lantas aku juga bisa bahagia setelah kepergianmu. Aku berhak untuk bahagia. Ada atau tanpa kamu aku akan baik-baik saja.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

cuma mahasiswa gabut penyembah nasi padang yang berusaha untuk lebih produktif melaui tulisan

Editor

une femme libre

CLOSE