Ujian Itu Menguatkan, Bukan Melemahkan

Di hari Minggu yang cerah, saya berniat ingin refreshing mencari udara segar sembari berolahraga pagi. Stadion Manahan, menjadi tempat yang ingin saya kunjungi. Tak lupa saya juga mengajak teman saya untuk menjadi partner olahraga saya, kalau pergi sendirian nanti terkesan seperti anak hilang, begitulah yang saya pikirkan. Saya pun menghubungi salah satu teman saya. Kami berangkat menuju lokasi yaitu Stadion Manahan dengan mengendarai sepeda motor. Sesampainya kami di Stadion Manahan, ada banyak sekali orang yang datang, ada yang datang sekadar ingin menikmati suasana Sunday morning bersama keluarga, ada yang hunting foto untuk asupan insta story, dan ada juga yang datang untuk berolahraga pagi.

Advertisement

Setelah sekitar tiga putaran berlari, kami memutuskan untuk menepi guna beristirahat sejenak. Membasahi kerongkongan yang sedari tadi sudah meronta-ronta meminta seteguk air mineral. Tiga putaran terasa sangat melelahkan bagi kami. Ya,  bisa dibilang ukuran Stadion Manahan memang cukup besar, jadi tidak heran jika menghabiskan banyak energi untuk dapat mengitarinya dengan berlari selama tiga putaran. Apalagi bagi kami, kaum ‘remaja jompo’ yang jarang sekali berolahraga.

Makan bubur ayam di kedai pinggir jalan adalah hal yang paling nikmat dilakukan setelah lari pagi. Kami pun keluar area stadion dan mengendarai sepeda motor menuju warung bubur ayam terdekat. Mungkin karena terlalu lelah berolahraga, kondisi lapar membuat saya tidak fokus dalam berkendara. Saat sedang menyeberang saya hendak memperbaiki kaca spion motor dengan satu tangan, dan tangan yang lain memegang setang motor. Pada saat itulah saya tidak fokus, dan oleng ke sisi kiri jalan sehingga.. brukkkk!! kami pun terjatuh dari sepeda motor. Kaki kiri saya terjepit motor, dengan posisi kepala terbentur trotoar. Kalau ditanya bagaimana rasanya saat itu, jawabannya adalah mati rasa. Perih, ngilu, nyeri, dan pusing di kepala bercampur, hingga saya hampir pingsan pada saat itu. Tak lama kemudian ada seorang wanita paruh baya mendekat dan menolong saya, dari menyingkirkan motor yang menimpa tubuh saya, hingga membantu berdiri bahkan mengangkat saya dan membawa saya ke tempat yang lebih nyaman.

Setelah itu saya dibawa ke rumah sakit, dan menjalani rontgen tulang dan pemeriksaan dokter. Hasil pemeriksaan dokter mengatakan bahwa saya mengalami dislokasi  dan retak tulang, dan dokter menyarankan saya untuk menjalani rawat inap. Sakit sendirian di kota orang untuk pertama kalinya membuat saya merasa  sedikit putus asa. Tidak bisa berjalan dengan normal selama satu bulan lebih itu adalah hal yang sangat menyulitkan. Biaya perawatan rumah sakit yang tidak sedikit nominalnya, membuat saya semakin merasa bersalah karena semakin menjadi beban orangtua. Tidak bisa mandiri, bahkan untuk jalan saja masih harus dibantu, sangat merepotkan banyak orang. Selama satu minggu saya izin tidak bisa mengikuti perkuliahan. Banyak materi kuliah yang tertinggal, tugas-tugas terbengakalai, semua hal-hal yang sudah saya rencanakan gagal total, banyak peristiwa yang di luar kontrol terjadi.

Advertisement

Saat itu saya sangat putus asa, menyalahkan keadaan, menyalahkan diri saya sendiri, ada sedikit rasa protes kepada semesta. Kapan saya bisa sembuh??, itu adalah kata yang selalu tebayang-bayang dalam pikiran. Hingga pada suatu hari saya menjalani jadwal kontrol dan theraphy, saat sedang di ruang tunggu saya bertemu dengan ibu-ibu usia paruh baya. Kami sama-sama sedang menunggu nomor antrean untuk kontrol di poli orthopedy (spesialis tulang). Ibu tersebut mengajak saya untuk berbincang-bincang kecil, dari menanyakan kuliah di mana, jurusan apa, asalnya mana, hingga menanyakan tentang kondisi saya saat itu. Jujur saja beliau itu sangatlah ramah, dan saya menyukainya. Saya pun juga mulai bertanya tentang kondisi beliau, yang pada saat itu beliau masih duduk di atas kursi roda.

Beliau adalah seorang guru di sekolah menengah atas di Surakarta. Beliau bercerita bahwa sudah lama ia mengalami cidera tulang kaki. Itu berawal sama seperti saya, yaitu kecelakaan, dan sudah selama 3 tahun beliau menjalani perawatan rutin. Kemudian beliau menasehati saya banyak hal, menyemangati saya untuk tetap semangat berjuang untuk sembuh, semangat dalam menimba ilmu, dan senantiasa bersyukur atas karunia yang Tuhan berikan. Beliau mengajari saya untuk tidak berkecil hati dan jangan pernah menyalahkan diri sendiri, karena ini semua adalah ujian dari yang Mahakuasa. Manusia di uji dengan tujuan untuk menguatkan, bukan untuk melemahkan. Semakin kita sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian itu, insyaAllah akan semakin kuat diri kita. Beliau juga bercerita bahwa banyak rintangan yang ia hadapi, apalagi adanya kewajiban beliau sebagai seorang guru. Akan tetapi beliau tidak pernah putus asa menjalaninya. Panjang lebar wejangan yang beliau berikan, hingga sebelum nomor antrean saya dipanggil, beliau berpesan kepada saya bahwa kondisi fisik bukanlah penghalang untuk tetap berkarya.

Nomor 023 a.n. Nisak Nur Azizah, silahkan masuk ke ruang periksa. Suara petugas memanggil nama saya. Kemudian saya  beranjak dari tempat duduk dan tak lupa berterima kasih kepada ibu tadi yang sudah memberikan banyak pencerahan kepada saya. Jujur saja saya merasa ditampar berkali-kali oleh nasihat beliau. Seharusnya saya bisa lebih bersyukur dengan kondisi saya saat ini. Alih-alih mengeluh saya seharusnya bisa mengambil hikmah dan berintropeksi diri dari musibah yang saya alami. Dari situlah saya sadar, bahwa tidak semuanya bisa berjalan sesuai kehendak kita. Manusia tidak bisa memaksakan keadaan sesuai kehendak diri, tapi manusialah yang dipaksa harus bisa menyesuaikan dengan keadaan. Jangan selalu melihat ke atas, sesekali kita perlu melihat ke bawah, bahwa banyak orang di luar sana yang lebih kurang beruntung dari kita. Semua bisa dilalui asalkan tertanam prinsip ikhlas, sabar, dan syukur dalam diri. Selalu ingat bahwa Tuhan tidak akan menguji seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.   

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE