Umur Bukan Halangan, Nenek Penjual Bubur Candil Rela Masuk ke Kampus Tuk Berjualan

Senin, 3 oktober 2022 pukul 15.00 WIB tepatnya, cerita ini bermula saat aku baru saja menyelesaikan mata kuliahku yaitu praktikum kimia dasar. Setelah melakukan percobaan pada praktikum yang aku dan kelompokku lakukan, aku bergegas mengembalikan alat-alat laboratorium ke kakak asisten lab untuk disimpan kempali pada tempatnya. Setelah mengembalikan, aku langsung merapikan kertas catatan yang berisikan data hasil percobaan dan bergegas keluar.

Advertisement

Saat di luar laboratorium banyak teman berkumpul, ada yang bertanya setelah ini kemana atau sekedar bilang kita mau makan di mana habis ini? Tapi beda denganku.

Saat di luar aku mengambil tasku yang masih berada di loker tetapi masih terkunci.  Cukup lama menunggu kunci loker datang, aku pun duduk di pinggir gazebo samping lab sambil menunggu kunci. Saat menunggu dari kejauhan nampak seorang nenek membawa dagangannya yang awalnya aku tidak tahu itu apa. Namun, setelah itu, aku mengabaikan nenek penjual itu dalam hati bilang (ah paling mau minta sumbangan).

Selang beberapa menit akhirnya temanku mendapatkan kunci loker dan langsung kubuka loker yang berisikan tasku. Langsung kuambil tasku dan aku taruh di atas dudukan gazebo. Setelah itu aku langsung buka jas labku dan aku lipat dengan rapi (walau tak pernah ku cuci). Sudah kulipat, aku langsung memasukkannya ke dalam tas ditambah dengan kertas data percobaan, goggles lab ku beserta pulpen yang tinta nya sudah berteriak ingin diganti.

Advertisement

Saat semuanya sudah dimasukkan ke dalam tas, aku berpindah ke arah dekat pintu masuk gedung sambil menunggu teman ku yang masih beberes di depan lab untuk ke parkiran bareng, karena kalau sendirian ke parkiran rasanya macam makan nasi tanpa lauk (hambar, tak sedap xixi).

Sembari menunggu teman, tiba-tiba datang seorang nenek sambil membawa dagangannya yaitu bubur candil yang awalnya kupikir sudah tidak enak karena sudah sore. Nenek itu semakin mendekat ingin menghampiriku, kalau misalkan aku menghindar terlihat sekali aku tidak ingin membelinya, akhirnya aku hanya bisa diam sampai nenek pun menghampiriku untuk menawarkan apa yang beliau jual.

Advertisement

Setelah kulihat ternyata nenek itu menjual bubur candil, tau kan bubur candil itu apa? Itu lho yang biasanya ada di pasar kalau pagi banyak yang jual. Isinya ada bubur kacang hijau, bubur mutiara, bubur sumsum, ketan hitam, biji salak (dari ubi ya bukan biji dari buah salak) semuanya dicampur menjadi satu ditambah dengan gula merah yang sudah dicairkan. Nenek itu lalu bilang "dibeli mba", deg sudah kuduga. Awalnya aku bingung kok bisa si nenek sampai masuk ke gedung kampus, karena setau aku penjual dilarang masuk.

Sejujurnya aku memang sedang ingin yang manis-manis semacam dessert, tapi bukan bubur candil. Tapi karna aku tipe orang yang kalau ditawarin makanan terutama orang yang menawarkan sudah lanjut usia seperti nenek ini rasanya enggan sekali untuk menolak tawarannya. Awalnya ada teman yang kasih isyarat geleng kepala sambil tersenyum yang kasih tanda kalau tidak usah dibeli karna biasanya harganya dimahalin apalagi kita anak rantau plus anak kost pula. Namun, hati tak bisa berkata lain. Akhirnya aku meng-iya kan dengan berkata,


Berapaan bu bubur nya? kata ku.



5000 an aja mba. Ucap nenek itu.


Sebentar bu saya lagi nunggu teman saya siapa tau mau beli juga Sahut ku.

Sampailah temanku yang sudah selesai merapikan printilan lab. Lalu ku tanya teman ku,


Mau gak?


Temanku hanya menatap mataku yang aku tau apa artinya yang menandakan tidak usah beli. Lagi – lagi hati tak bisa bohong, karena aku berpikiran nenek ini sudah tua, tapi masih giat bekerja ya hitung-hitung sedekah lah ya. Apalagi ditambah hari yang sudah sore dan mendung karena di Solo sudah memasuki musim hujan alhasil rasa iba untuk si nenek ini bertambah. Awalnya aku bilang,


"Yah, bu saya nggak ada recehan adanya 50 an, ibu ada kembalian ga?" Sahut ku ke nenek itu.



"Ada kok mbak," kata si nenek.


Ternyata saat kumembuka dompet ada uang 5000 yang terlipat dan jujur aku beneran nggak tau saat itu (pembelaan autor hehe). Lalu kubilang,


Eh ternyata ada bu.



Oh ya nggeh mba.


Aku pun langsung kasih uang ke nenek itu dan di kasihlah bubur candil itu kepadaku.


"Terima kasih ya, Bu" kataku.



"Ya mbak makasih," kata si nenek.


Dari situ langsung aku pergi menuju ke parkiran dan nenek itu terus melanjutkan menawarkan bubur candil ke teman-temanku yang lain.

Dari situ juga aku mengambil pelajaran selagi masih ada umur dan tenaga carilah rezeki dengan halal dan nggak usah malu, toh apa yang dilakukan tidak salah di mata allah. Kita sebagai generasi muda harus lebih semangat karna diluar sana masih banyak yang ingin seperti kalian. Semangat semuanya! 

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

CLOSE