Cinta Bukanlah Penyatu

“Kita sudah jalan selama ini. Apa kita harus mengakhiri semuanya? Entah kenapa kita diciptakan berbeda!”

“Mungkin karena perbedaan maka cinta itu ada agar kita bisa menyatu”

“Apakah kamu mencintai aku?”

“Kenapa kamu bertanya seperti itu? Apa kamu meremehkan cinta aku selama ini?”

“Bukan. Bukan. Bukan itu maksudku. Tapi aku hanya ingin mengklarifikasi apa itu cinta dan perbedaan”

“Apa maksudmu?”

“Begini. Kita sudah lama saling berdampingan. Tapi kita tidak diizinkan untuk menikah hanya karena perbedaan kita soal kepercayaan. Aku bertanya, apakah kamu mencintai aku adalah sebuah landasan dari apa yang kamu nyatakan”

“Jelas aku mencintai kamu”

“Apa cinta bisa menyatukan kita? Dengan melihat keadaan kita sekarang?'

“…”

Advertisement

Ini bukan tentang persoalan pesimistis tentang cinta yang lama seperti telah hilang dari kehidupan gue. Ini tentang cinta yang tidak bisa menyatukan dua kepribadian menjadi satu. Apa itu cinta? Sebuah perasaan? Sebuah tindakan? Sebuah status? Atau hanya sebuah kata manis agar manusia bisa saling berdampingan?

Cinta seperti sebuah pemanis dalam kehidupan manusia. Manusia memberikan cinta kepada manusia lainnya dan begitu sebaliknya -Menerima-. Apa gue pesimis? Nggak. Gue hanya ingin berpendapat bahwa cinta sesungguhnya bukanlah kata sebagai penyatu dalam hubungan antar manusia. Kalau gue cinta sama seseorang dan begitu juga sebaliknya. Apa kami di jamin akan bisa bersatu? Tentu tidak. Banyak faktor yang membuat manusia bisa bersatu.

Sebuah syarat mencintai adalah faktor umum yang harus kita hadapi untuk bisa bersatu. Saat gue berpasangan dengan wanita berbeda keyakinan maka syarat untuk kami bisa bersatu adalah melengkapi syarat itu. Salah satu dari kami harus pindah keyakinan.

Advertisement

Mengutip percakapan disebuah film Indonesia tentang perbedaan, begini kira – kira.

“Gue ganteng, lu cantik. gue pinter dan lu cerdas,….”

“Gue islam, lo kristen”

“Kalo gitu lu jadi Kristen aja biar kita bisa menikah”

“Lu yakin mau nikah sama gue? Tuhan gue aja, bisa gue khianatin. Apalagi lo yang cuma manusia?"

“….”

Advertisement

Masuk akal memang jika menilik lebih jauh soal perbedaan dan cinta. Andai Sang wanita mau pindah keyakinan, bukankah dia sudah mengkhianati kepercayaan yang sudah dia jalani selama hidupnya? Bagaimana nanti jika sudah menikah? Bisa jadi kepercayaan manusia juga bisa dia khianati.

Manusia zaman modern juga tidak selalu menganggap cinta adalah sebuah yang wajib ada dalam hubungan. Ada harta, tahta bahkan faktor keluarga juga bisa menjadi faktor lunturnya cinta menjadi penyatu antar manusia.

Bahkan perkataan “Makan tuh cinta!” Menjadi momok menakutkan untuk mencintai seseorang. Manusia tidak bisa hidup dengan bermodalkan cinta. Ada materi yang dimaksudkan disana. Ada sandang, pangan dan papan yang dituntut untuk di penuhi.

Gue butuh cinta untuk hidup. Sebuah cinta yang bisa membuat hidup menjadi lebih manis, tapi bukan cinta yang bisa menyatukan gue dengan seseorang ketika gue mencintai seseorang. Tuntut gue untuk memberikan sesuatu yang lebih, dan bukan apa adanya. Seperti lagu Tulus yah.

Penyatuan visi dan misi dalam berpasangan adalah mutlak untuk membangun sebuah pondasi dalam berhubungan. Tentukan arah, komitmen, serta bagi tanggung jawab kepada pasangan agar mengerti apa hal yang harus dilakukan dan tidak untuk dilakukan. Bukankah kita hidup untuk memuliakan nama Tuhan?

Kunjungi saya di @HariandiLion_D

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku mah ya gini. Ya gini aja udah. Tapi kalo kepo ya bisa liat Gue di andi1992.wordpress.com

CLOSE