Inilah 7 Alasan Kamu Maunya Serba Instan dalam Kehidupan

Apa-apa maunya serba instan?

Kata banyak orang, sekarang zamannya serba cepat, apa-apa maunya serba instan. Semuanya ingin gampang, pengen segera lulus kuliah, ingin kerja, pengen naik pangkat, ingin sukses, pengen punya ini, punya itu. Kalo bisa gak usah kerja keras. Nyari yang instan saja, gampang dapatnya. Apa-apa maunya serba instan.

Apa-apa maunya serba instan?

Serba instan, gak sedikit orang yang pola pikirnya begitu. Gak sedikit dari kita yang lebih suka cara-cara instan. Inginnya gampang dalam semua hal. Sekarang ini, gak banyak orang yang rela sakit demi mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Entah karena berjiwa cengeng, terbiasa manja, atau udah kelamaan ada di zona nyaman. Lalu makin ke mari, apa-apa maunya serba instan.

Serba instan, pingin gampang, selalu ingin hasil besar. Tanpa mau merasakan perjalanan pahit getirnya sebuah proses. Di bidang apapun, dalam hal apapun, sungguh gak akan ada yang serba instan kecuali hanya mie instan.

Orang pintar, iya mereka pun kini memegang teguh prinsip "Sedikit kerja banyak hasil". Seperti prinsip ekonomi bilang "Modal sedikit mendapatkan untung banyak". Sangat menggiurkan sekali. Semua orang pun menjadikan itu sebagai prinsip hidup. Prinsip apa-apa maunya instan, prinsip semuanya asal gampang.

Apa bisa begitu? Apa-apa maunya serba instan?

Jawabnya, gak ada yang serba instan. Semuanya butuh proses, butuh perjalanan pahit getir. Butuh kesabaran dan konsistensi dalam melakukannya. Apapun harus ada ilmunya, harus ada prosesnya, maka hasilnya pun akan baik.

Gak ada pohon yang langsung berbuah lebat. Tanpa kita tahu memiih bibit yang bagus, memupuknya, merawatnya hingga tumbuh besar. Dan pada masanya, akan berbuah lebat. Semuanya butuh proses. Gak ada yang serba instan, gak ada yang gampangan.

Memang betul, gak ada orang yang gak mau bahagia. Gak ada orang yang mau sengsara atau melarat. Tapi untuk bisa bahagia, untuk tidak sengsara sangat-sangat dibutuhkan proses. Butuh niat baik dalam hidup, butuh ikhtiar yang baik. Maka hasilnya pun, insya Allah baik. Gak mungkin ada yang dipanen kalo gak ada yang ditanam.

Semua yang serba instan itu enaknya sebentar tapi sangat berbahaya.

Apa-apa maunya serba instan?

Kalo saya ditanya orang, apakah saya berani mengemudikan pesawat terbang?

Pasti saya jawab berani. Tapi jujur, saya gak mahir untuk mengemudikan pesawat. Itu sangat berbahaya. Gak akan ada orang yang mau ikut terbang dengan saya. Sekali lagi bahaya. Artnya apa? Hidup itu gak cukup dengan modal berani doang, tapi butuh kemahiran. Semuanya harus ada ilmunya, harus dipelajari, perlu latihan, harus ada prosesnya hingga pada akhirnya bisa.

Jika Anda punya mimpi besar, gak cuku modalnya cuma keberanian. Tapi Anda harus mau belajar, harus punya ilmunya, harus mahir, harus punya kompetensi. Baru hasilnya pasti bagus. Apalah artinya berani tanpa mahir? Hingga saat ini pun, saya masih menulis setiap malam hari dari sejak tahun 2000-an. Dari dulu gak bisa menulis sampe sekarang saya merasa mudah, gampang untuk menulis. Gak ada yang serba instan, saya belajar betul dari apa yang saya lakukan sendiri.

Dan kita perlu tahu, belajar atau kerja dengan keluhan itu tidak akan pernah meringankan. Maka lakukan segalanya dengan senang hati.

“Hujan itu tak pernah capek untuk jatuh, karena ia mencintai bumi".

Apa-apa maunya serba instan?

Gak mungkin sekali. Semua ada prosesnya. Gak usah ngelihat hasilnya doang. Jangan ngelihat ujungnya saja. Akhir yang baik butuh awal yang baik. Hasil yang baik butuh proses yang luar biasa. Bersusah dulu, bersenang kemudian.

Emang kenapa sih pengennya serba instan? Semuanya pengen gampang. Gak mau susah. Sungguh itu terjadi hanya karena kamu punya sifat-sifat negatif yang menyerang diri sendiri. Diri sendiri saja kamu jadikan musuh, apalagi orang lain.

Ini 7 alasan kamu menjadi orang yang berpikir negatif dan maunya serba instan:

1. Kacau pikiran dan hati selalu merasa tidak tenang.

2. Lebih suka melihat kehidupan orang lain sebagai keirian sosial.

3. Tidak pernah mau menghargai diri sendiri.

4. Lebih sering mengeluh dan merasa sengsara

5. Selalu tidak fokus untuk urusan apapun

6. Tidak bisa dipercaya

7. Selalu merasa kurang.

Obah Ngarep Kobet Mburi. Bersusah dahulu, bersenang kemudian.

Itu filsafat Jawa yang patut direnungi. Untuk melawan prinsip “serba instan, gampangan". Obah ngarep kobet mburi. Sikap untuk selalu siap bersusah-susah dulu untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Hidup yang sejati itu harus siap untuk susah, lalu siap untuk senang.

Hidup terlihat memang sederhana. Tapi gak ada hidup yang instan. Gak ada hidup yang gampang. Semuanya harus dijalani dengan baik, dengan proses yang benar dan bertawakal pada ketentuan Allah. Kita hanya ikhtiar dalam proses. Allah akan tentukan hasilnya. Tapi gak usah pengen instan. Tanpa mau bersusah hanya ingin senang. Gak ada yang instan, gak ada yang gampang.

PETANI tangguh itu lahir dari kerja keras mereka dalam merawat sawah pada musim apapun. Tidak ada panen tanpa membasuh keringat mereka.

Gak ada hidup enak kalo caranya instan. Semua ada prosesnya. Gak perlu cengeng, gak perlu manja dalam hidup. Karena sebelum mengalahkan apapun maka kamu harus mengalahkan diri sendiri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

One Comments