7 Nasihat Karir Untuk Kamu yang Belum Mengarungi Dunia Kerja

Kamu mahasiswa, atau lulusan baru yang sedang mencari kerja? Kamu harus tahu apa saja yang akan menyambutmu di dunia kerja. Sayangnya, ada beberapa hal tentang kehidupan profesional yang sampai sekarang tak cukup banyak ditekankan. Padahal, pemahaman tentang hal-hal ini bisa sangat membantu kiprahmu di bursa kerja. Saat sudah diterima, kamu juga akan mampu menjadi karyawan yang pesat dalam berkembang.

Jadi, apa saja sih nasihat-nasihat karir yang selama ini tak cukup banyak disampaikan orang? Apakah mereka akan mengubah pemahamanmu yang sekarang?

1. Bukan hanya IPK yang menentukan nasibmu. Sama pentingnya adalah pengalaman kerja.

Cari pengalaman kerja sejak kamu jadi mahasiswa

Cari pengalaman kerja sejak kamu jadi mahasiswa via www.stylescoop.co.za

IPK bisa jadi sangat berpengaruh bagi perusahaan-perusahaan mapan yang disasar banyak pelamar fresh graduates. Untuk menyaring dokumen administrasi yang jumlahnya bisa lebih dari ribuan tersebut, mereka mematok syarat IPK yang tak main-main. Angka 2.75 adalah minimal — bahkan ada pula perusahaan yang hanya meloloskan ke tes tahap selanjutnya para pelamar yang lulus cum laude.

Tapi selain IPK, hal lain yang bisa membuat CV-mu bersinar adalah pengalaman kerja atau proyek yang kalian tekuni semasa mahasiswa. Ini karena model pendidikan yang diterapkan universitas mencetak sarjana, bukan pekerja. Akibatnya, ada kesenjangan antara kapasitas berteori para lulusan dengan kesiapan kerja mereka. Nah, jika kamu sudah punya pengalaman kerja, diharapkan kesenjanganmu tidak akan sebesar para pelamar lainnya.

Jadi sebagai pelamar, jangan lupa sertakan pengalaman kerja, volunteering, atau magang-mu di CV. Jelaskan apa saja yang telah kamu pelajari dan kontribusi apa yang telah kamu berikan disana.

Jika kamu masih mahasiswa, jangan ragu untuk melamar kerja paruh waktu, kerja sukarela, atau magang. Kalau kamu mengambil jurusan Sastra, misalnya, carilah lowongan paruh waktu menjadi guru bahasa Indonesia untuk orang asing atau menjadi penerjemah di forum-forum internasional. Jika kamu mahasiswa IT, carilah kesempatan sertifikasi, misalnya CCNA atau MTCNA. Kalaupun bidang kerja yang kamu jajal tidak memungkinkanmu menerapkan teori yang kamu dapat di kelas, itu tetap akan melatihmu menjadi seseorang beretos kerja profesional.

2. Daripada obral diri, lebih baik cari perusahaan yang benar-benar kamu minati

Fokuslah ke perusahaan yang benar-benar kamu minati

Fokuslah ke perusahaan yang benar-benar kamu minati via safrazali.com

Kesalahan umum para fresh graduate adalah mengirimkan lamaran mereka ke begitu banyak perusahaan karena belum tahu ingin bekerja di bidang apa. Padahal, perusahaan lebih mengutamakan seseorang yang punya passion. Karyawan bukan hanya orang yang bekerja untuk mereka, tapi juga mesti memiliki dorongan yang kuat untuk memajukan perusahaan bersama.

Jika kamu melamar ke terlalu banyak tempat — apalagi kalau posisi yang kamu lamar jauh berbeda satu sama lainnya — jangan salahkan perusahaan jika mereka menganggap kamu tidak serius. Mereka tidak ingin pelamar yang punya pemikiran “Yaah…kerja apa aja deh, daripada jadi pengangguran!” Perusahaan ingin diistimewakan.

Lebih salah lagi kalau kamu ikut tes cuma karena coba-coba. Mungkin kamu cuma ikutan teman, atau ingin tahu bagaimana rasanya wawancara kerja. Ingat, membaca CV dan mewawancarai kamu itu butuh waktu. Jika kamu diterima dan pada akhirnya kamu menolak tawaran kerjanya, kamu cuma akan membuang-buang waktu orang yang sudah memproses lamaranmu.

3. Jangan merasa segan melamar di bidang yang “nggak nyambung” dengan jurusan kuliahmu

Jangan segan melamar ke bidang yang lain dari fokus kuliahmu

Jangan segan melamar ke bidang yang lain dari fokus kuliahmu via www.agvstudyabroad.com

Tidak perlu merasa konyol kalau kamu, yang sarjana Akuntansi, akhirnya melamar di industri periklanan. Sah-sah juga kok melamar posisi business analyst meskipun kamu dulu kuliah di jurusan Hubungan Internasional. Jangan merasa lapangan kerjamu dibatasi oleh jurusan kuliahmu.

Jangan merasa ilmu yang kamu dapat semasa kuliah tidak akan berguna jika kamu melamar di bidang-bidang di luar jurusan kuliahmu. Kamu yang Sarjana Akuntansi sudah pasti terbiasa berpikir teliti, ajeg, dan detil. Kemampuan analisis adalah aset seorang penulis kopi. Kamu yang lulusan HI memiliki pengetahuan luas tentang berbagai masyarakat dunia. Ini akan membantumu ketika mesti berkomunikasi dengan berbagai macam orang sebagai seorang business analyst.

Selama kuliah S-1, kita tidak hanya akan mendapatkan teori. Yang tak kalah penting adalah pengembangan pribadi. Tanpa mengesampingkan ilmu yang kita dapat di kelas, kita belajar jauh lebih banyak dari itu. Jadi, jangan merasa gentar untuk melamar di bidang yang “nggak nyambung” dengan jurusan kuliahmu.

4. Jangan datang ke sesi interview dengan harapan diterima. Hadirlah untuk mencari tahu apa kamu benar-benar cocok kerja disana.

Jangan datang interview dengan harga mati ingin diterima

Jangan datang interview dengan harga mati ingin diterima via tokyogirlsupdate.com

Sesi wawancara kerja seharusnya bisa berjalan dua arah. Bukan hanya pewawancara yang bertanya padamu,kamu juga harus bertanya pada mereka. Cari tahu apa kamu akan benar-benar senang bekerja disana. Gali informasi tentang budaya kerja di perusahaan tersebut, sifat-sifat apa yang menjadikan seseorang karyawan yang baik, serta apakah visi dan misi pribadimu sesuai dengan visi-misi perusahaan.

Jangan malah datang dengan pemikiran “Aku jawab apa saja deh, asal bisa menyenangkan pewawancara dan akhirnya diterima.” Kalau sudah begini, bukan hanya kamu akan mengeluarkan jawaban-jawaban yang sebenarnya “bukan kamu”. Ketika sudah diterima, kamu mungkin akan mendapati bahwa ternyata bekerja disana tidak senyaman yang kamu kira. Jadi repot sendiri, ‘kan?

5. Mau jadi sepintar apapun saat kuliah, kamu masih harus belajar di tempat kerja. Sifat mau belajar adalah kunci utamamu supaya diterima.

Kamu harus mau belajar

Kamu harus mau belajar via digitallylux.com

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, universitas mencetak sarjana, bukan pekerja. Dunia akademik dan dunia kerja adalah dua loci yang berbeda. Kamu boleh saja berstatus Sarjana Teknik dari universitas terbaik di Indonesia, tetapi kalau mendapat tugas mengarsip dokumen, kamu harus mau belajar caranya mengarsip.

Mungkin juga kamu merasa pintar karena mampu menulis tentang sastra di majalah mahasiswa. Tapi setelah lulus, kamu akan menemukan bahwa “kepintaranmu” itu belum apa-apa. Jika akhirnya bekerja di media online, misalnya, kamu masih harus belajar banyak hal — analisis data hanya salah satunya.

Jadi, satu hal paling penting yang harus kamu miliki sebagai fresh graduate adalah kemauan untuk belajar. Perusahaan tempatmu melamar akan sangat menghargai sikapmu yang selalu ingin tahu.

6. Perlakukan atasanmu bukan hanya sebagai orang yang mengatur-atur, tapi juga seorang mentor

Perlakukan atasan sebagai mentor

Perlakukan atasan sebagai mentor via theusindependent.com

Selagi masih muda, belajarlah dari semua orang. Terutama para senior di perusahaan. Mereka punya jauh lebih banyak pengalaman darimu, dan bisa memberikan banyak pelajaran jika saja kamu mengizinkan.

Jangan segan untuk mendatangi mereka dan membuka percakapan. Misalnya, saat rehat kerja atau jam makan siang. Kamu bisa bertanya tentang tanggung jawab mereka sekarang, serta apa yang mereka lakukan saat mereka seumuranmu. Selain bisa merekatkan hubungan dengan atasan, kamu juga akan tahu bagaimana menjadi karyawan yang lebih baik lagi.

7. Pikir dua kali sebelum memutuskan jadi “kutu loncat”

Jangan gampang loncat

Jangan gampang loncat via www.huffingtonpost.com

Sebagai fresh graduate, kamu mungkin ingin menggali sebanyak-banyaknya pengalaman dari berbagai tempat kerja yang berbeda. Karena itu, walau baru satu tahun bekerja di suatu perusahaan, kamu sudah berpikir untuk pindah ke perusahaan lain. Posisi yang ditawarkan lebih menantang, dan kompensasinya pun lebih besar.

Tapi, pikirkan lebih jauh lagi sebelum kamu hengkang. Apa kamu yakin bahwa ilmumu dari satu tahun bekerja di perusahaan itu memang sudah cukup? Untuk menjadi “ahli” di departemen tempatmu berada, kamu butuh 2-5 tahun kerja.

Kalau memang mau menggali pengalaman, kenapa tidak mencoba memaksimalkan kesempatan yang ditawarkan perusahaan? Misalnya, tawarkan diri bergabung dalam proyek di bidang yang belum pernah kamu jamahi sebelumnya. Dengan begini kamu bisa menambah pengalaman baru tanpa harus berpindah tempat kerja.

Banyak “kutu loncat” yang pindah-pindah tempat kerja karena tidak tahu apa yang mereka butuhkan untuk sukses. Karena itu, sebelum merugikan perusahaanmu, susun baik-baik target karirmu untuk 2, 5, dan 10 tahun yang akan datang. Rinci hal apa saja yang harus kamu lakukan untuk mencapai target tersebut.

Kalau memang belum yakin seberapa lama kamu akan bekerja disana, beri tahu mereka sejak sesi wawancara. Punya rencana S-2 tahun depan? Beberkan saja. Sedang merintis usaha dan berencana fokus berwiraswasta dalam tiga tahun? Beri tahu mereka. Dengan ini, mereka jadi tahu risikonya ketika memutuskan mempekerjakanmu.

Bagaimana menurutmu? Apakah 7 nasihat di atas sudah cukup membantu? Jika ada lagi nasihat karir yang kamu anggap penting, silakan tambah di kolom komentar di bawah! Selamat menjadi pejuang di dunia kerja 🙂

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Ophelia of the postmodern age.