Mengirim tulisan seperti artikel atau menjadi kontributor di media online bukan hal baru lagi. Nggak sedikit orang yang menekuninya untuk menambah penghasilan atau sekadar menghidupi hobi. Apakah kamu juga salah satunya, SoHip?
Kedengarannya sih, menulis artikel merupakan sesuatu yang gampang, apalagi menulis dianggap bisa dilakukan oleh siapa aja. Sebenarnya anggapan ini nggak keliru, tapi sedikit kurang tepat. Siapa pun memang bisa menulis, tapi bisakah semua orang membuat tulisan yang ‘bernyawa’ alias mampu menggerakkan ruang berpikir dan cara bertindak pembacanya?
Tulisan yang bagus adalah tulisan yang dapat memberikan pengaruh pada pembaca. Ini menjadi PR pertama yang harus dipenuhi penulis. Kalau kamu jadi kontributor di sebuah platform, PR-mu bertambah lagi nih, yakni menulis sesuai dengan gaya platform tersebut.
Seperti yang kita tahu, setiap platform/media punya ciri khas yang membuatnya unik, berbeda dari media lain. Demikian juga dengan Hipwee, SoHip. Kalau ingin menjadi bagian dari ratusan creator yang membagikan kisahnya di Hipwee, kamu wajib paham sama gaya penulisannya supaya artikelmu nyambung sama pembaca.
“Gimana sih gaya menulis ala Hipwee?”
“Apa aja yang perlu diperhatikan saat menulis artikel di Hipwee?”
Temukan semua jawabannya di sini, SoHip. Hipwee Premium udah menyusun panduannya yang lengkap dan tepat. Selama ini, para penulis berpengalaman di Hipwee menerapkan cara ini juga. Penasaran, kan? Simak langsung, yuk!
1. Wajib nih, pahami dua jenis kepenulisan artikel yang sering diterbitkan di Hipwee
Berusaha menjembatani banyak cerita baik dari para SoHip, Hipwee menerapkan dua jenis kepenulisan artikel nih. Harapannya, dua jenis kepenulisan ini bisa memudahkan pembaca untuk menangkap pesan yang terkandung dalam artikel. Kira-kira kamu tahu nggak, apa saja dua jenis ini?
Ya, listicle dan narasi. Dua jenis tulisan ini bisa kamu submit di platform komunitas Hipwee. Biasanya, jenis tulisan listicle yang paling sering ditulis. Jika menggunakan jenis tulisan ini, kamu harus membagi isi artikel menjadi beberapa poin utama. Di setiap poin, kamu bisa menambahkan foto/ilustrasi yang merepresentasikan topik yang sedang dibahas dalam poin tersebut.
Berbeda dengan listicle, jenis narasi ditulis tanpa poin-poin utama karena bertujuan unik menceritakan sesuatu. Jenis ini kerap diandalkan kalau creator ingin menulis isi hati dan opini yang layak dibagikan ke banyak orang.
Sekarang, coba perhatikan, ya, apakah jenis tulisan yang dipakai di artikel yang sedang kamu baca ini?
![Menulis Artikel Hipwee]()
Bingung menulis artikel Hipwee nih | Illustration by Hipwee
2. Membedah ‘anatomi’ artikel di Hipwee. 4 susunan ini harus ada di dalam artikelmu
Kalau kamu perhatikan, susunan artikel yang tayang di Hipwee nggak jauh berbeda dengan artikel media lain. Di dalamnya ada topik dan sudut pandang (angle) yang ingin ditulis, lalu ada judul yang nggak boleh ketinggalan, ada foto utama (featured image) serta foto dalam artikel, dan pastinya ada isi. Ketika menulis artikel di Hipwee, pastikan keempat susunan ini ada di dalamnya, ya.
Setiap susunannya pun perlu ditulis dengan cerdik agar artikel yang dihasilkan menarik. Misalnya nih, menentukan angle menjadi proses krusial. Topik yang kamu pilih bisa jadi sama dengan penulis lain, tapi tulislah topik dengan sudut pandang atau angle yang unik dan berbeda.
Sedikit bocoran aja, semakin lama jam terbangmu dalam menulis, terutama di Hipwee, kamu bakal makin lihai mengemas 4 susunan tersebut menjadi artikel yang bagus. Jadi, sering-seringlah membaca dan menulis agar sensivitasmu dalam membuat artikel makin terasah.
3. Tulis judul artikel yang khas Hipwee. Jelas, representatif, dekat, dan anti clickbait!
Judul lumayan sering jadi bahan pertanyaan para kontributor Hipwee. Mereka merasa clueless sekali dengan gaya penulisan judulnya. Jika kamu perhatikan lebih detail, ketentuan judul artikel di Hipwee memang berbeda.
Kamu sedang membaca konten eksklusif

Dapatkan free access untuk pengguna baru!
Maaf, kamu tidak memiliki akses
Yuk langganan
atau beli akses artikel ini untuk melanjutkan.
Kuncinya, jangan mengadopsi cara pembuatan judul di kebanyakan media saat menulis artikel Hipwee. Soalnya, bisa dipastikan tulisanmu akan tampak kaku yang malah bikin pembaca Hipwee kabur. Syarat utama membuat judul ala Hipwee adalah jelas, anti clickbait (membuat pembaca terpancing, tapi mengabaikan kualitas tulisan), seolah sedang bercerita, dan meninggalkan kesan dekat. Inilah yang jadi kekuatan artikel Hipwee sehingga bisa mendatangkan rasa penasaran.
Terkadang, perkara judul ini bikin para creator cukup pusing. Pasalnya, membuat judul yang Hipwee banget udah kayak memikirkan cara membangun seribu menara. Eh, bercanda~
4. Gunakan bahasa yang ringan dan ramah anak muda. Topik yang serius bisa ditulis dengan gaya yang mudah dipahami~
Sejak awal, Hipwee memang menyasar anak muda sebagai target pembacanya. Oleh sebab itu, Hipwee hadir untuk berusaha mengangkat dan memahami permasalahan anak muda.
Dengan melihat segmentasi pembaca ini, kamu harus menulis artikel dengan gaya yang ramah anak muda di Hipwee. Seberat apa pun topiknya, gunakan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Kalau disuguhkan artikel gaya penulisan yang serius, pembaca Hipwee malah akan pergi. Jangankan membaca isi artikel, baru baca paragraf pembuka aja, pembaca bisa langsung tutup halaman Hipwee di Google.
![Menulis Artikel di Hipwee]()
Pahami ini, yuk, saat menulis artikel Hipwee | Illustration by Hipwee
5. Menguasai PUEBI udah jadi harga mati, tapi penggunaan beberapa kata nggak baku masih bisa dimaklumi
Menulis artikel sesuai ketentuan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) ibarat jurus yang harus dikuasai oleh para penulis tetap di Hipwee. Meskipun gaya penulisannya cenderung informal, fun, dan sesuai anak muda, menaati ketentuan menulis juga tetap diprioritaskan.
“Tapi, aku pernah membaca kata ‘nggak’ di artikel Hipwee. Kan, kata itu nggak sesuai ketentuan kata baku.”
Betul, memang ada beberapa pemakluman untuk beberapa kata nggak baku. Artinya, penulis tetap bisa menggunakannya untuk membuat gaya tulisan yang ramah anak muda sesuai target awal. Demi menciptakan kesan dekat, kata-kata yang biasanya dipakai dalam bahasa lisan tetap digunakan oleh Hipwee.
Makanya, kamu bisa menemukan kata “nggak”, misalnya, dalam artikel. Pun, beberapa kali Hipwee juga menggunakan kata yang sedang jadi tren di kalangan anak muda, seperti sapaan bestie atau bunda. Balik lagi ke tujuannya, untuk menciptakan kedekatan dengan pembaca. Sehingga pembaca nggak merasa berjarak dengan Hipwee.
6. Pakai kata sapaan “SoHip” biar makin akrab sama pembaca
Hipwee punya panggilan khusus buat para pembaca setianya, yakni SoHip. Di awal artikel ini pun, sapaan itu udah disebut berkali-kali, ya. Panggilan ini memberikan efek psikologis. Pembaca merasa dianggap kehadirannya oleh Hipwee. Membaca artikel terasa seperti bicara dengan teman sendiri. Jadi, kalau menulis artikel ala Hipwee, jangan sungkan untuk menuliskan kata “SoHip” ya, SoHip.
7. Sajikan artikel selengkap mungkin agar para SoHip puas, tapi isinya nggak perlu sangat panjang pula
Di tengah tuntutan serba cepat dalam memberikan informasi, beberapa media memilih untuk sedikit meminggirkan kelengkapan isi artikelnya. Semua dilakukan atas nama kecepatan sebab siapa yang lebih cepat menghadirkan informasi akan tampil terdepan.
Sayangnya, Hipwee nggak memilih cara mainstream ini. Hipwee justru berusaha untuk memberikan informasi terbaru, tapi tetap komprehensif. Kelengkapan isi artikel masih jadi nomor satu dan selalu ditekankan pada para penulisnya. Hipwee nggak mau memberikan informasi yang sebatas di permukaan aja pada para SoHip tercinta nih.
Namun, jangan kebablasan saat sedang menulis sampai-sampai panjang artikelmu udah seperti makalah aja. Usahakan isi artikel tetap lengkap, tapi dengan panjang yang masih bikin pembaca nggak bosan. Biasanya, kisaran 750-800 kata jadi patokan aman.
Itu dia 7 panduan menulis artikel sesuai gaya Hipwee. Sekarang, SoHip udah tahu trik tepatnya, kan? Apakah SoHip ingin langsung praktik dengan cara mengirim tulisan ke Hipwee?