Seram dan Bersejarah, 6 Museum ini Menyimpan Kisah Tragis Zaman Penjajahan. Berani Berkunjung?

Museum yang menyimpan kisah tragis

Saat berwisata biasanya kita akan disuguhi hiburan, permainan, pemandangan alam atau hal-hal yang up to date. Wisata di museum kita justru menghadirkan pengalaman lain. Kita bisa melihat koleksi benda-benda langka atau bersejarah dan tempat terjadinya suatu peristiwa. Nggak heran, selain identik dengan wisata edukasi, museum juga identik dengan wisata mistis, karena beberapa museum menyimpan kisah tragis peristiwa di masa lalu.

Advertisement

Misalnya museum yang menyimpan kisah tragis zaman penjajahan. Selain bisa belajar sejarah, mengenang perjuangan para pahlawan, museum yang menyimpan kisah tragis biasanya punya benda atau tempat yang ikonik. Hal ini justru menjadi daya tarik wisata, apa lagi jika museum tersebut memiliki program night tour atau wisata malam. Berikut beberpa museum yang meyimpan kisah tragis zaman penjajahan!

1. ‘Gerbong Maut’ di Museum Brawijaya Malang. Kisah tragis zaman penjajahan yang menimpa para tahanan

‘Gerbong Maut’ di halaman belakang Museum Brawijaya | Photo by CrafterPremier via commons.wikimedia.org

Salah satu koleksi paling ikonis di Museum Brawijaya adalah gerbong kereta. Gerbong ini adalah gerbong kereta barang yang dahulu digunakan tentara Belanda untuk mengangkut 100 tahanan pribumi dari penjara Bondowoso menuju penjara Bubutan, Surabaya. Sepanjang perjalanan kondisi di dalam gerbong sangat menyiksa, udara yang minim dan perjalanan di siang hari membuat gerbong seperti neraka yang begitu menyiksa bagi para tahanan.

Peristiwa ini menjadi kisah tragis karena ketika tiba di Surabaya, ternyata dari 100 orang tahanan, 46 orang di antaranya telah meninggal dunia. Sementara itu, 42 orang dalam kondisi sakit dan 12 orang dalam kondisi baik. Gerbong bernomor GR10152 yang menjadi saksi bisu kisah tragis zaman penjajahan ini, akhirnya terkenal dengan sebutan ‘Gerbong Maut’ dan tersimpan di halaman belakang Museum Brawijaya.

Advertisement

2. Penjara bawah tanah untuk kalangan pelanggar hutang dan tahanan politik di Museum Fatahillah Jakarta

Museum Fatahillah menyimpan kisah tragis di penjara bawah tanahnya | Photo by Rhmtdns via commons.wikimedia.org

Selain menyimpan benda-benda peninggalan masa penjajagan, museum yang terletak di kawasan Kota Tua ini punya penjara bawah tanah yang menyimpan kisah tragis zaman penjajahan. Penjara tersebut dibagi menjadi dua jenis yaitu penjara wanita dengan tinggi 1 meter, dan penjara pria yang tingginya 170 meter, sementara lebarnya masing-masing 3 meter. Tiap ruangan diisi 40 hingga 50 tahanan yang dibiarkan tanpa diberi makan.

Sementara kaki mereka diberi bola besi seberat 50kg. Tahanan dibiarkan berdesakan tanpa diberi kesempatan keluar sedikit pun. Dalam kondisi tersebut nggak sedikit tahanan yang meninggal sebelum diadili di pengadilan. Kebanyakan dari mereka meninggal karena terserang berbagai penyakit.

3. Barak untuk wanita pribumi yang dijadikan pemuas nafsu tentara Belanda di Benteng Pendem Cilacap

Advertisement

Deretan barak di Benteng Pendem | Photo by Crisco 1492 via commons.wikimedia.org

Benteng pendem dibangun oleh pekerja rodi pribumi dan dijadikan tempat pertahanan bagi tentara Belanda. Para pekerja yang sudah nggak produktif di bunuh dengan tujuan supaya mereka nggak membocorkan lokasi benteng pada musuh. Bentuk benteng ini seperti barak yang dilengkapi lorong besar dan jenderla di tiap lorongnya. Konon, barak-barak ini nggak hanya dijadikan markas dan tempat pertahanan aja.

Beberapa barak dijadikan penjara bagi wanita pribumi yang dijadikan pemuas nafsu para tentara. Tragisnya, banyak tahanan yang nekat mengakhiri hidupnya karena nggak kuat menghadapi kekejaman tentara Belanda saat itu. Sekarang Benteng Pendem dijadikan cagar budaya sekaligus destinasi wisata sejarah yang menyimpan kisah tragis zaman penjajahan Belanda.

4. Monumen Korban 40 Ribu Jiwa di Makasar, saksi bisu tragisnya peristiwa Westerling pada masa penjajahan Belanda

Kuburan masal korban tragedi Westerling | Credit photo via YouTube Al Nania via www.youtube.com

Monumen ini berada di Jalan Kornan 40 Ribu Jiwa yang terlatak di utara kota Makasar. Tempat ini dulunya merupakan lokasi kuburan masal korban pembantaian yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling pada tahun 1946-1947. Peristiwa ini dikenal juga dengan tragedi Westerling.

Dilansir dari Detik Travel , sebenarnya korban pada tragedi tersebut nggak mencapai 40 ribu jiwa. Namun, angka tersebut memang dijadikan gugatan pada Belanda karena pelanggaran HAM yang terjadi saat itu. Di monumen ini memiliki patung yang sangat ikonik, berupa orang yang berdiri dengan satu kaki dan tanpa lengan. Patung ini menggambarkan kondisi korban saat tragedi tersebut terjadi.

5. Benteng Fort Rotterdam, saksi perjuangan pribumi melawan kekejaman VOC yang merampas hak perdagangan di wilayah Makasar

Benteng berusia ratusan tahun, saksi kekejaman monopoli dagang VOC | Photo by Sanko via commons.wikimedia.org

Sebelum jatuh ke tangan Belanda, benteng ini disebut dengan Benteng Ujung Pandang. Saat itu terjadi ketegangan antara VOC dengan pribumi di Makasar. VOC menyerang kapal-kapal pedagang yang akan menjual beras ke Portugis. Saat itu perang Makasar akhirnya terjadi hingga tahun 1667. VOC pun berhasil memaksa penandatanganan Perjanjian Bongaya yang sangan merugikan pribumi. Hingga akhirnya VOC berhasil merampas seluruh hasil bumi di Makasar dan mengambil alih Benteng Ujung Pandang.

6. Penjara dalam saluran air di Museum Lawang Sewu Semarang pada zaman penjajahan Jepang

Lorong saluran air yang dijadikan penjara bawah tanah oleh tentara Jepang | Photo by Crisco 1492 via commons.wikimedia.org

Museum Lawang Sewu dulunya merupakan kantor perusahaan kereta api swasta milik Belanda. Gedung ini diambil alih oleh Jepang dan digunakan sebagai kantor transportasi sekaligus gedung militer. Gedung utama terdiri dari dua lantai yang dulu dijadikan kantor dan aula yang cukup besar, serta ruang bawah tanah yang dijadikan saluran air. Pada zaman Belanda, saluran air ini berfungsi untuk pendingin lantai gedung. Namun, saat diambil alih oleh Jepang, bagian bawah tanah ini justrus dijadikan penjara.

Ruang bawah tanah ini berbentuk lorong, di bagian tengah lorong terdapat sekat ruang. Konon, sekat ini digunakan oleh tentara Jepang sebagai penjara. Tahanan diminta berdiri di sana secara berhimpitan lalu ditutup dengan terali besi, sehingga nggak bisa duduk. Pada ruang lain terdapat sekat lebih pendek yang tingginya pas untuk jongkok orang dewasa. Tahanan diminta untuk jongkok di antara sekat tembok lalu atasnya ditutup terali besi. Tragisnya, tahanan dibiarkan sampai meninggal dalam kondisi tersebut. Jenazahnya dibuang ke sungai di samping gedung melalui lubang ventilasi.

Deretan museum bersejarah ini nggak jarang menimbulkan kesan seram bagi pengunjung. Namun, di balik kisah tragis masa lalu di museum-museum ini justru membuat daya tarik bagi wisatawan yang penasaran dan ingin melihat langsung tempat dan benda-benda bersejarah di sini. Apakah kamu juga ingin berkunjung ke museum-museum ini?

Cari panduan lengkap buat traveling? Mulai dari info destinasi sampai tips, dan akomodasi ada di sini.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penikmat buku dan perjalanan

Editor

Penikmat jatuh cinta, penyuka anime dan fans Liverpool asal Jombang yang terkadang menulis karena hobi.

CLOSE